Share

19. Ancaman Melisa

Penulis: Evie Edha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 19:00:41

Okta mendatangi kantor pengadilan di hari sidang pertamanya bersama Melisa. Dia datang untuk menghormati calon mantan istrinya itu. Memakai kaca mata hitam, pria itu pun turun dari mobil.

Ketika baru saja turun, mobil lain datang parkir tepat di samping mobilnya. Dia mengenali mobil itu. Mobil Melisa. Okta sengaja berhenti untuk menunggu istrinya itu turun.

Senyum Okta terbit kala melihat keberadaan Melisa. Pria itu melepaskan kaca matanya lalu menyapa sang istri. "Halo istriku, Sayang. Eh salah. Halo calon mantan istri tepatnya." Dia membenahi panggilannya.

Melisa sendiri hanya menatap Okta tanpa ekspresi. "Ngapain kamu di sini?" tanya Melisa kemudian.

Okta menggeleng pelan. "Loh, loh, loh. Gimana sih? Ini, kan hari persidangan kita. Ya aku harus datang dong. Katanya kamu ingin bercerai dari aku."

Melisa mengembuskan napas kasar. "Seharusnya kamu tidak perlu datang, Mas agar proses perceraian ini cepat selesai dan kita bisa segera berp
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   20. Keputusan Bagus

    Rani meletakkan paperbag yang dia bawa pada meja di hadapannya. Di seberangnya, duduk seorang pria yang tak lain adalah Toto.Toto sendiri menatap Rani dan paperbag itu secara pergantian. kerutan terlihat di kening Toto karena pria itu merasa bingung dengan apa yang dilakukan putrinya ini. Datang-datang memberinya sesuatu. Padahal beberapa kali Rani datang sebelumnya selalu dengan tangan kosong."Apa ini?" tanya Toto kemudian.Rani mendorong paper bag itu untuk mendekati Toto. "Ini adalah perlengkapan yang harus Anda kenakan saat menjadi wali nikah saya nanti. Mulai dari pakaian dan juga sepatu," ujar Rani kemudian"Wali nikah?" tanya Toto dengan satu alis menukik naik.Rani mendelik. "Jangan bilang kalau Anda pura-pura lupa. Anda harus menjadi wali nikah saya nanti." Tatapannya terlihat mengancam.Toto pun mengangguk dengan kekehan cukup keras. "Tenang-tenang. Aku tidak lupa. Aku hanya penasaran saja. Memangnya kau sudah akan menikah?" Toto bertanya.Detik kemudian Rani pun mengangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   21. Undangan Dari Okta Untuk Melisa

    Widi dan Khalif tengah asyik menonton TV di ruang tengah ketika Okta datang membawa Rani. Pasangan suami istri itu menatap putranya dengan kerutan di kening. Mereka sama-sama bingung dengan kehadiran keduahya."Untuk apa kamu ke sini membawa dia?" tanya Windy dengan nada sinis dan juga tatapan tidak suka ke arah Rani.Okta tersenyum tipis. Dia menatap Rani sebentar dan mengangguk lalu keduanya duduk di hadapan kedua orang tua Okta. "Selamat malam, Om, Tante," sapa Rani dengan senyuman manis.Namun, bagi Windy itu terlihat memuakkan karena dia tahu perempuan ini tengah berpura-pura. "Baik. Selamat malam," jawab Khalif dengan nada datarnya. Dia menatap kedua orang itu secara bergantian. "Ada apa?" tanyanya kemudian."Maaf kalau kedatangan Okta mengganggu, Pa. Okta datang membawa Rani ke sini karena Okta mau mengatakan kalau Okta ingin menikahi Rani beberapa hari lagi," ujar pria itu dengan nada penuh ketegasan.Khalif dan Windy tidak terkejut karena mereka sudah menduga kalau putranya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   22. Acara Pernikahan Rani Dan Okta

    Sejak pembicaraan pembagian perusahaan beberapa hari lalu oleh Bagus pada Melisa, di mana Riyanti yang tiba-tiba memasuki ruang kerja suaminya dan mengatakan kalau Rani pasti akan membantu Melisa, tetapi Bagus menolaknya, mereka belum pernah mengobrol kembali.Namun, karena suatu hal Riyanti malam ini mencoba untuk mendekati suaminya kembali guna memberitahukan sesuatu yang penting. Perempuan itu pun mengetuk pintu ruang kerja sang suami sebelum masuk. Dia tidak ingin suaminya kembali marah seperti beberapa hari lalu ketika dia tiba-tiba masuk begitu saja."Masuk." Suara dari dalam terdengar.Riyanti pun membuka pintu di hadapannya dan tersenyum melihat ke arah suami yang tampak sibuk berkutat dengan sesuatu. Riyanti mendekati sang suami. "Papa lagi apa?""Mengurus beberapa hal," ujarnya itu dengan datar tanpa mengalihkan pandangan ke arah Riyanti.Riyanti ini sudah berdiri di samping Bagus. Dia melihat berkas di tangan suaminya dan tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   23. Lemparan Telur di Acara Nikahan Okta dan Rani

    Semua yang ada di sana semakin tertawa keras melihat Rani yang tantrum di tempatnya. Seolah pemandangan ini adalah pemandangan yang lucu dan tidak ada rasa kasihan untuk perempuan itu. "Kalian semua brengsek!" teriak Rani dengan sangat keras menunjuk orang-orang di sana, yang sedang mentertawakan dirinya. Dia menatap Okta lalu menangis. "Acara kita hancur," ujarnya kemudian. Riyanti yang melihat keadaan itu langsung mendekati putrinya. "Ya Tuhan, Nak. Kenapa ini? Heh, kalian! Apa yang kalian lakukan pada putriku!" teriaknya marah. Namun, bukannya berhenti orang-orang itu malah berteriak sangat keras. Okta pun merasa bingung juga panik. Dia menepuk pundak Rani sembari menahan bau tidak sedap yang keluar dari tubuh calon istrinya itu. "Sabar, Sayang. Kamu harus sabar," ujar pria itu mencoba menenangkan Rani. "Bagaimana bisa sabar kalau sepwrti ini?" Lagi-lagi dia mengentakkan kakinya sangat keras. Seorang pria berpeci hitam dengan sarung berlari ke tengah halaman masjid. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   24. Okta Dicoret Dari Ahli Waris

    "Apa maksud Mama?" tanya Okta kemudian dengan ekspresi terkejut. Dia tampak syok mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Windy.Windy menatap Okta dengan ekspresi datar. "Saya rasa kamu tidak memiliki hak lagi untuk memanggil saya Mama," ujar Windy kemudian."Ma. Jangan bercanda." Okta berujar dengan suara bergetar. Dia Tidak menyangka kalau mamanya akan bertindak sejauh ini."Saya tidak bercanda." Windi menggeleng pelan. "Apa yang saya katakan tadi itu benar," lanjutnya.Apa yang dikatakan Windy beberapa saat lalu tidak hanya membuat Okta dan Rani terkejut. Akan tetapi Riyanti yang berdiri di samping putrinya pun memiliki ekspresi yang sama.Dia terkekeh tipis. "Jeng. Sepertinya Jeng sedang ada masalah sampai-sampai mengatakan hal itu. Mungkin sebaiknya kita bicarakan di rumah saja," ujarnya kemudian. Dia menatap sekitar di mana beberapa orang masih menatap mereka dengan ekspresi yang seperti mensyukuri apa yang baru saja dikatakan oleh Windi.Windi mengangkat tangannya. "Tidak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   25. Okta Diusir

    Mobil yang membawa Rani dan juga Okta berhenti di depan kediaman orang tua Okta. Pasangan yang baru saja resmi menjadi suami istri itu memutuskan untuk mendatangi kediamaan orang tua Okta guna membicarakan perihal tadi. Bayangan indah Rani di mana Okta akan membawanya pulang ke rumah dengan acara digendong buyar begitu saja.Bagaimana tidak? Kini keduanya dalam keadaan tidak karu-karuan. Bau busuk yang menyengat juga pakaian yang sudah sangat kotor. "Kita turun. Kita temui Papa," ujar Okta kemudian."Iya ayo. Rasanya aku sudah tidak tahan dengan bau ini. Aku ingin cepat-cepat mandi." Keduanya pun turun besama masih dengan Okta yang memegangi tangan Rani dengan sangat erat.Tanp mengetuk pintu lebih dulu, keduanya pun memasuki rumah itu. Okta melihat keberadaan papanya yang sedang bermain catur dengan sang sopir, tetapi tidak dengan keberadaan sang mama. Entah ke mana perempuan itu setelah memberikan kabar mengejutkan tadi."Pa," panggil Okta yang sudah berdiri di samping papanya.Tent

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   26. Turun Jabatan

    Okta memasuki perusahaan papanya seperti biasa. Pria itu langsung menuju ke ruangannya di mana dia yang menjabat menjadi seorang direktur. Meski bukan direktur utama, jabatan Okta tentuhya bukan jabatan yang main-main. Dia berniat menggunakan jabatan ini untuk mengembalikan haknya sebagai ahli waris dari keluarganya.Okta langsung memasuki ruangan. Namun, dia dibuat mengerutkan kening kala melihat ruangan yang biasa dia tempati telah bersih. Tidak ada barang-barang apa pun di atas meja padahal biasanya di sana ada barang-barang milik Okta.Pandangan Okta jatuh pada keberadaan seorang pria yang berseragam office boy. Pria itu tengah menyapu ruangan ini dan kini tengah menatap ke arah dirinya. "Ke mana barang-barang saya?" tanya Okta kemudian.Pria itu mengangguk sekilas pertanda sopan. "Sudah dibersihkan, Pak." Dia menjawab."Dibersihkan? Apa maksudnya?" tanya Okta marah. Sejak menikah dua hari lalu, Okta memang tidak masuk kerja karena dia harus menghabiskan waktu bersama dengan sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   27. Tinggal Atau Pergi? Terserah

    Melisa berdiri menjulang di depan Rani, dengan melipat tangan di depan dada, perempuan itu menatap adik tirinya dengan tatapan remeh."Ada apa Rani? Kenapa kamu datang-datang langsung ingin menamparku? Tingkahmu begitu bar-bar. Seperti orang yang tidak berpendidikan. Pantas saja kamu belum lulus juga sampai sekarang. Kamu sih. Bukannya belajar malah sibuk menggoda suami orang." Dia tersenyum sinis.Sedangkan Rani yang masih duduk di bawah menatap kakaknya dengan kemarahan yang semakin memuncak. "Akh!" Dia berteriak kesal seperti orang kesurupan.Detik kemudian dia pun bangkit dengan buru-buru. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh dengan gigi bergemerutuk. "Kau ...." Tangan Rani terangkat menunjuk ke arah wajah Melissa.Melissa yang melihat itu mengerutkan kening. Dia segera menyingkirkan jari Rani lalu berujar, "Aku tidak suka ditunjuk seperti ini." Dia memasang ekspresi datar."Akh!' Rani berteriak kembali."Persetan," ujar Rani yang mengibaskan tangan di udara."Kau ... kau, ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   107. Selesai

    Melissa yang mendapat laporan dari Irit pun merasa bingung. Perempuan itu mengerutkan kening pertanda berpikir. "Seingat aku ini bukanlah hari di mana aku dan dia harus mengecek lokasi pekerjaan."Namun, Argo menepuk pundaknya dan membuat mereka saling tetap. Argo meggangguk. "Temuilah dulu. Toh pekerjaan kita selesai bukan? Aku akan pulang lebih dulu," ujar pria itu kemudian.Melissa mengangguk. "Baikkah."Dia menatap Irin. "Minta saja dia masuk," ujar Melisa kemudian."Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu," ujar Argo. pria itu berpamitan lalu keluar dari ruangan Melisa.Di depan ruangan, dia berpapasan dengan Kafka. Keduanya hanya saling mengangguk tanpa berbicara lalu melanjutkan langkah.Kafka sendiri langsung memasuki ruang Melissa. "Selamat siang.""Siang. Duduklah," ujar Melisaa dengan menunjuk ke arah kursi yang ada di hadapannya.Kafka pun mengangguk, pria itu duduk dan berhadapan dengan Melissa "Ada apa? Bukankah hari ini bukan jadwal kita untuk meninjau lokasi?" tanya Me

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   106

    Suasana ruangan tempat Melissa dirawat tampak akwward. kedatangan Keluarga Kafka membuat Tuan Bagus tidak menyukai hal itu. Namun, adanya campur tangan Kafka dalam menyelamatkan Melissa membuat pria tua itu tidak bisa mengusir mereka yang datang.Windi mendekati Melissa. Perempuan itu tersenyum tipis dan berdiri di samping brankar mantan menantunya. Dia meraih tangan Melissa dan menggenggamnya."Kabar kamu bagaimana?" tanya Windy dengan suara pelan.Melissa pun tersenyum tipis. "Baik, Tante."Windi yang mendengar itu sedikit merasa tercubit hatinya, karena rasa sakit ini. Beberapa waktu lalu Melisa masih memanggilnya dengan sebutan Mama, tapi kini tak ada lagi panggilan itu.Melissa sudah memanggilnya dengan sebutan Tante. Windi menarik nafas dalam. "Syukurlah," ujarnya kemudian.Namun, ada ekspresi sedih yang dipasang perempuan itu. "Maafkan Okta, ya sudah merepotkan kamu. Maaf kalau Okta sudah membuat kamu seperti ini," ujar perempuan itu. Dia mengelus punggung tangan Melissa yang s

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   105

    "Kami berhasil menyelamatkan Melissa dan saat ini Kak Okta sudah ditahan oleh polisi," ujar Kafka lebih jelas.Windi yang mendengar itu meremas tangannya. Ada rasa lega kalau Kafka mengatakan jika mereka berhasil menyelamatkan Melissa. Namun, ada rasa sedih juga ketika mendengar putra pertamanya kini sedang dalam penjara.Jujur saja dia merasa tidak tega terlepas bagaimana parahnya sikap anaknya itu selama ini."Mama sedih?" tanya Kafka yang melihat ekspresi mamanya.Windi langsung tersenyum sedikit samar. "Tidak," jawabnya kemudian. Meskipun perempuan itu mengatakan tidak, Kafka tahu benar bagaimana perasaan mamanya. Dia meraih tangan Windi dan menggenggamnya dengan erat."Kafka tahu Mama sayang sama Kak Okta. Sama seperti mama sayang pada Kafka. Kami tahu itu. Tapi, apa pun itu Kak Okta harus mendapatkan hukumannya. Dia harus menjalani itu semua. Itu adalah risiko dari apa yang sudah dia lakukan." Kafka mencoba menjelaskan."Iya Mama tahu," ujar Windi seperti seseorang yang frustas

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   104

    Kejadian itu begitu tiba-tiba dan mengejutkan semua orang. Kini, semua mata tertuju pada dua pria yang kali ini sedang beradu mekanik. Okta yang sempat mengambil pisau kecil dari saku celananya sempat melukai lengan pria yang tidak dikenal dan mencampuri urusannya itu."Lisa," panggil Argo lirih. Dia pun berlari cepat untuk mendekati Melissa."Melissa," panggil Argo sekali lagi ketika berada di samping perempuan itu."Argo," panggil Melissa dengan suara takut. Perempuan itu langsung memeluk Argo dengan erat."Aku takut," ujarnya kemudian.Argo membelai kepala Melissa dengan lembut. "Tenang. Kamu tenang, ya. Kamu sudah aman sekarang," ujarnya kemudian."Bawa dia menjauh," ujar Kafka menatap Argo.Argo pun mengangguk. "Ayo kita menjauh dari tempat ini," ujarnya pada Melissa.Melissa pun mengangguk lalu mengikuti langkah Argo untuk berada di tempat yang aman.Kafka yang melihat itu hanya tersenyum sendu. Sedih pastinya, karena dia melihat kemesraan antara Argo dan juga Melissa. Namun, di

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   103

    "Diam!" bentak Okta kemudian. Dia merasa kesal karena mobilnya tidak bisa dikendalikan.Dan kini Melissa yang sudah sadar. "Apa yang kamu lakukan, Okta? Apa yang terjadi?" tanya Melissa bertubi-tubi. Dia tidak peduli jika Okta marah dan memintanya untuk diam.Hingga sebuah sirine dia dengar. Melissa langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Dia melihat beberapa mobil polisi yang terparkir tidak jauh dari keberadaan mobilnya. "Polisi," ujarnya penuh dengan rasa senang.Dia merasa bahwa dirinya akan selamat dari tragedi ini. Melisa pun mencoba untuk membuka pintu mobil yang tertutup. Namun, tidak bisa. "Buka pintunya, Okta," ujar Melissa kemudian dengan mencoba, terus mencoba disertai tatapannya yang begitu tajam ke arah Okta."Tidak. Kamu tidak boleh ke mana-mana. Kamu harus tetap sama aku," ujar Okta Yang sepertinya tidak tahu jika nasibnya sudah berakhir."Kamu sudah terkepung Okta. Kamu tidak bisa lari. Lebih baik menyerah saja. Kamu tidak melihat begitu banyak poli

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   102

    Okta langsung membanting ponsel miliknya k atas ranjang. Dia pun bangkit dari duduknya sembari meraih tangan Melissa. "Ayo," ujarnya dengan ekspresi yang menunjukkan kepanikan.Melisaa yang tida tahu apa yang terjadi pun menatap Okta dengan bingung. "Ayo?" tanyanya kemudian."Iya ayo. Cepat kita pergi." Okta kembali berujar. Kali ini dengan sedikit menarik tangan Melissa.Melisaa yang masih belum paham pun tetap pada posisinya. "Pergi? Pergi ke mana? Makanannya kan belum habis," ujar Melissa dengan menunjuk ke arah mangkuk miliknya yang masih teleihat banyak.Okta menggeram kesal. "Hah! Itu kita bisa beli lagi nanti. Yang penting ayo kita pergi sekarang," ujar Okta yang semakin terlihat panik."Ngapain sih buru-buru banget?" Melissa menatap curiga Okta. Hingga sesuatu terlintas di kepalanya."Nanti lah." Dia menarik tangannya yang dipegang Okta. "Nikmatin dulu aja makanannya. Udah dari pagi belum makan, sekarang makan malah disuruh cepet-cepet. Mending kalau udah habis. Lah ini masih

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   101.

    Argo menatap Tuan Bagus. "Irin baru saja menghubungi saya, Om. Dia mengatakan satpam yang kemarin bertugas menjaga pos melihat kedatangan Okta yang katanya ingin mengambil uang pesangon. Tapi mereka baru sadar tidak pernah melihat Okta keluar dari perusahaan. Dugaan Argo, bisa saja yang mengendarai mobil Melissa ketika pergi dari perusahaan adalah Okta," jelasnya tanpa ada yang ditutupi karena rasanya itu percuma.Sebab Tuan Bagus bukanlah orang yang mudah dibohongi."Jadi menurutmu Okta menjebak Melisa?" tanya dengan mengepalkan tangan.Argo mengangguk dan menggeleng sedikit. Terlihat rumit. "Entahlah. Ini susah dijelaskan tapi saya yakin dia yang melakukan semua ini. Dan saya juga yakin dia juga yang membawa mobil Melissa.""Jadi, menurutmu Melissa dibawa ke mana sama dia?" tanya Tuan Bagus.Argo menggeleng. "Saya juga belum tahu, Om. Tapi yang jelas dia ingin membawa Melisa jauh dari kita karena yang kita tahu Okta sangat menginginkan Melisa bersamanya," ujarnya kemudian.Tuhan Bag

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   100

    Kepulangan Argo Malam ini terasa sangat berat. Aplagi dia yang belum bisa menemukan Melisa dan tidak tahu harus mengatakan apa pada Tuan bagus. Mengingat bagaimana kondisi pria itu saat ini sepertinya tidak boleh mendengarkan hal-hal buruk tentang apapun.Argo memasuki rumah, dia langsung disambut oleh tawa Lisa yang berlari ke arah dirinya dan memeluk pria itu. "Papa baru pulang?" tanya Lisa dengan suara khas anak kecilnya.Argo tersenyum, lebih tepatnya memaksakan senyum. Pria itu mengangguk di depan Lisa. "Ya. Papa baru pulang.""Pasti papa lelah," ucapnya kemudian."Kamu tahu saja." Argo menyentil hidung Lisa lalu keduanya tertawa bersama."Gimana, Pa? Papa sudah menemukan Mama?' tanya Lisa kemudian.Dia tahu betul kalau kepergian Argo hari ini adalah untuk mencari Melisa. Argo yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa mengembuskan napas kasarnya. "Maaf, Sayang. Papa belum bisa menemukan Mama," ujarnya penuh penyesalan.Lisa yang sebelumnya penuh senyuman ini melunturkan sen

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   99

    Melissa melotot melihat keberadaan Okta di hadapannya. erempuan itu menata benci mantan suaminya yang telah menculik dirinya."Di mana aku?" tanya Melisa dengan suara keras. Dia masih berusaha untuk melepaskan tangannya meski saat ini sudah merasakan sakit.Okta yang melihat itu malah tersenyum. "Jangan teriak-teriak. Nanti suara kamu jadi serak terus tenggorokan kamu jadi sakit," ujar Okta. Pria itu menutup kembali pintu lalu mendekati Melissa dan duduk di samping mantan istrinya itu.Dia menatap Melissa yang masih terus berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan yang dia buat. Okta hanya tersenyum miring. Dia meletakkan bungkusan makanan yang baru saja dia beli di atas meja samping ranjang."Kamu jangan bergerak seperti itu. Nanti tangan kamu lecet." Kali ini Okta mengulurkan tangan dan melihat tangan Melissa yang masih terikat."Tuh lihat. Pergelangan tangan kamu sudah memerah. Kalau kamu terus seperti ini, nanti benar-benar luka," ujar pria itu penuh perhatian.Mungkin jika Okta m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status