Home / Rumah Tangga / Adikku Ingin Jadi Maduku / 27. Tinggal Atau Pergi? Terserah

Share

27. Tinggal Atau Pergi? Terserah

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-10-25 23:23:43

Melisa berdiri menjulang di depan Rani, dengan melipat tangan di depan dada, perempuan itu menatap adik tirinya dengan tatapan remeh.

"Ada apa Rani? Kenapa kamu datang-datang langsung ingin menamparku? Tingkahmu begitu bar-bar. Seperti orang yang tidak berpendidikan. Pantas saja kamu belum lulus juga sampai sekarang. Kamu sih. Bukannya belajar malah sibuk menggoda suami orang." Dia tersenyum sinis.

Sedangkan Rani yang masih duduk di bawah menatap kakaknya dengan kemarahan yang semakin memuncak. "Akh!" Dia berteriak kesal seperti orang kesurupan.

Detik kemudian dia pun bangkit dengan buru-buru. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh dengan gigi bergemerutuk. "Kau ...." Tangan Rani terangkat menunjuk ke arah wajah Melissa.

Melissa yang melihat itu mengerutkan kening. Dia segera menyingkirkan jari Rani lalu berujar, "Aku tidak suka ditunjuk seperti ini." Dia memasang ekspresi datar.

"Akh!' Rani berteriak kembali.

"Persetan," ujar Rani yang mengibaskan tangan di udara.

"Kau ... kau, ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   28. Rani Mencelakai Bagus

    Riyanti menemui suaminya. Dia duduk di samping Bagus yang sedang mengontrol sesuatu melalui laptop. Memang, sejak mengatakan kalau pria itu akan menyerahkan segala urusan perusahaan pada Melisa, Bagus lebih sering di rumah dan mengontrol perusahaan dari sana."Pa. Bagaimana keadaan Rani sekarang, ya?" tanya perempuan itu yang merasa khawatir dengan keadaan putrinya mengingat terakhir kali kalau Okta telah dicoret dari ahli waris keluarganya.Bukankah itu berarti Okta sudah tidak lagi memiliki apa-apa?"Kenapa tanya padaku? Bukankah dia sudah ikut suaminya? Kenapa tidak kau tanyakan pada suaminya saja?" tanya Bagus dengan kesan yang cuek. Seperti tidak peduli lagi dengan Rani sama sekali. Bahkan pria itu menjawab pertanyaan Riyanti tanpa menoleh sedikit pun pada perempuan itu.Riyanti menatap sedih suaminya yang kian hari semakin memperlihatkan ketidakpeduliannya terhadap Rani. "Pa. Papa, kan tahu sendiri kejadian kemarin. Windi datang dan mengatakan kalau Okta dicoret dari ahli waris

    Last Updated : 2024-10-26
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   29. Rani Bukan Adikku

    Melissa langsun berlari mendekati tubuh ayahnya yang tergeletak dengah darah di keningnya. Dia menatap Rani dengan tajam. "Apa yang kau lakukn!" teriaknya marah pada Rani.Perempuan itu menatap kembali papanya. "Pa. Pa bangun, Pa. Bangun."Riyanti pun ikut berlari mendekati suaminya, berjongkok di seberang Melissa. "Pa. Papa sadar, Pa. Pa." Dia pun khawatir melihat keadaan suaminya saat ini. Darah yang terus keluar dari keningnya membuat dia merasa takut.Rani pun juga bergegas mendekati papanya. "Pa." Namun, baru saja dia mendekati Bagus, Melissa sudah lebih dulu mendorong tubuh adiknya itu hingga Rani jatuh terduduk di lantai."Jauhi papaku!" teriak Melissa dengan sangat keras. Dia menatap tajam Rani dan sorotnya penuh akan kebencian.Riyanti tak menduga Melisa akan melakukan itu. "Mel. Hati-hati. Adik kamu sedang hamil," ujar Riyanti memperingati Melissa.Kini tatapan kebencian Melissa tidak hanya pada Rani tetapi pada Riyanti juga. "Aku tidak peduli!" teriaknya marah. Bisa-bianya

    Last Updated : 2024-10-28
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   30. Kunjungan Calon Mantan Mertua

    "Apa yang kamu lakukan?" teriak Okta dengan sangat keras. Pria itu langsung mendekati istrinya yang terjatuh di bawa, memegangi kedua pundak Rina dan menatapnya khawatir."Kamu tidak apa-apa?" tanyanya kemudian."Sakit, Mas," ujar Rani dengan suara yang memelas, wajahnya pun menunjukkan ekspresi penuh kesedihan.Riyanti yang mendengar kegaduhan di depan kamar rawat suaminya langsung keluar. Gerakan Riyanti yang tiba-tiba menyerobot keberadaan Melissa membuat dia menabrak Melissa cukup keras sehingga posisi Melisa bergeser dari depan pintu.Detik kemudian dia melotot kala melihat putrinya duduk di bawah. "Ya Tuhan. Ada apa ini?" tanyanya yang ikut membantu Rani."Aku didorong kak Melissa, Ma," ujar Rani dengan menatap kakak tirinya itu. Melisa yang tahu kalau Rani sedang berpura-pura pun berdecak dan memutar bola matanya malas.Riyanti langsung menatap Melisa dengan tajam. "Melissa. Bukannya mama sudah mengatakan kalau kamu harus berhati-hati sama adik kamu. Dia sedang hamil," ujar per

    Last Updated : 2024-10-29
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   31. Okta Menganggur

    "Kami pulang dulu, ya,' ujar Windi pada Melissa."Semoga Pak Bagus segera sembuh." Kali ini Khalif berujar pada Melissa.Melissa mengangguk. "Terima kasih atas kunjungannya. Maaf Papa masih belum sadar.""tidak apa. Yang terpenting dia segera sehat dan bisa kembali beraktifitas," ujar Khalif kemudian. Windi mengangguk dengan senyuman.Setelah keduanya lebih dulu keluar dari ruangan Bagus, kali ini Kafka yang berhadapan dengan Melisa. "Aku keluar dulu," ujar pria itu dengan ekspresi datarnya.Melisa hanya mengangguk. Jujur saja dia merasa canggung untuk berbicara dengan calon mantan adik iparnya itu. Dari dulu mereka jarang berinteraksi. Bukan hanya karena Kafka yang bicaranya irit, tetapi karena pria itu yang lebih memilih untuk ke luar negeri.Terakhir kali yang Melisa tahu pria itu sedang mengemban ilmu di sana, tetapi hari ini dia dibuat terkejut dengan keberadaan Kakak di sini. Apalagi dengan penampilannya yang memakai jas begitu rapi."Kau memikirkan apa?" tanya Kafka kemudian ya

    Last Updated : 2024-10-30
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   32. Mencari Pekerjaan Ternyata Sulit

    "Selamat. Akhirnya kamu telah resmi bercerai dari Okta," ujar Kafka pada Melissa. Pria itu mengulurkan tangan ke arah mantan istri kakaknya.Melissa meraih tangan itu. "Terima kasih karena kamu sudah membantu prosesnya." Dia berujar kemudian.Okta yang melihat keberadaan mantan istrinya dan sang adik pun mendekat. "Aku tidak menyangka kalau kamu membutuhkan bantuan adikku untuk hal semacam ini," ujar Okta dengan melirik Kafka sinis.Melissa hanya menanggapinya dengan senyum tipis. "Yang terpenting aku bisa terlepas dari kamu. Itu saja," ujarnya kemudian.Okta tersenyum miring. "Semoga kamu tidak akan menyesal dengan keputusan kamu bercerai denganku."Melissa ingin sekali tertawa mendengar perkataan dari mantan suaminya ini. Namun, dia menahannya dan berakhir dia yang tersenyum tipis. "Tidak akan." Dia pun menjawab mantap.Okta tidak suka dengan jawaban itu. Apalagi melihat ketenangan Melissa saat ini. Memasukkan kedua tangan pada saku celana, dia pun berujar, "Aku sarankan kalau kamu

    Last Updated : 2024-10-31
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   33. Lowongan di Perusahaan Mantan Istri

    "Baiklah. Kesepakatan kita sudah dibuat. Kita akan melakukan pekerjaan ini secara profesional. Selamat bekerja sama," ujar Bagus yang mengulurkan tangan ke arah Kafka. Kedua pria berbeda usia itu saling berjabat tangan.Setelahnya kini giliran Melisa yang melakukan jabat tangan dengan Kafka. Dia melempar senyum."Selama bekerja sama," ujar Kafka dengan ekspresi dinginnya."Ya. Selamat datang di kerja sama ini," balas Melisa.Setelah melakukan pembicaraan itu, Melissa pun keluar lebih dulu karena dia melihat papanya masih ingin berbicara dengan Kafka. Namun, tidak jauh keberadaan dirinya dari ruangan sang papa seseorang memanggilnya.Melissa menoleh dan melihat Kafka di sana. Dia pun memutuskan untuk menunggu pria itu lalu berjalan bersama. "Bagaimana kabarmu? tanya Kafka tanpa menatap ke arah perempuan itu.Kerutan terlihat jelas di kening Melissa. Dia merasa ada sesuatu di balik pertanyaan dari Kafka. Padahal kalau kita dengar itu adalah Kalimat yang wajar. "Baik." Dia mengangguk pel

    Last Updated : 2024-11-08
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   34. Melamar Di Perusahaan Mantan Istri?

    Okta menatap gedung perusahaan yang ada di hadapannya. Tidak pernah dia membayangkan sebelumnya kalau dia akan melamar pekerjaan di perusahaan ini. Perusahaan mantan mertuanya yang mana kini sudah dipegang oleh mantan istrinya.Okta mengembuskan napas kasar. "Kalau bukan paksaan Rani juga, aku malas melamar di sini. Bagaimana mungkin aku akan bekerja di bawah naungan mantan istriku sendiri?" tanyanya sembari menggerutu dengan pandangan yang terus mengarah pada bangunan di hadapannya.Beberapa orang terlihat memasuki perusahaan itu dengan map di tangan. Okta yakin mereka adalah para pelamar juga. "Pokoknya aku harus mendapatkan pekerjaan ini. Bukan mereka." Dia pun segera memasuki perusahaan itu dan berharap tidak bertemu dengan mantan istrinya.Dia lupa apa bagaimana kalau hampir semua karyawan di perusahaan ini megenali dirinya. Apalagi dengan skandal yang beberapa waktu lalu dia buat dengan adiknya Melissa.Benar saja, pandangan semua orang sudah tertuju pada dirinya tepat setelah

    Last Updated : 2024-11-11
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   35. Rani Pendarahan

    Rani yang sedang asyik bermain dengan ponselnya tiba-tiba saja dikejutkan dengan pintu apartemen yang terbuka secara kasar. Dia menoleh dan mendapati suaminya yang baru datang. Rani menatap Okta yang memasuki apartemen dengan wajah marah. "Kamu kenapa?" tanya Rani dengan heran."Datang-datang kok marah?" Dia melanjutkan. Rani mengikuti pergerakan Okta yang kini sudah duduk di sofa sampingnya.Okta yang mendengar Rani bertanya pun langsung menatap ke arah istrinya dengan tajam. Dia masih merasa kesal dengan sikap Melissa dan dua orang di perusahaan tadi, ditambah dengan kenyataan Rani yang tidak mengatakan pada dirinya posisi apa yang sedang dicari oleh perusahaan Melissa."Kamu yang kenapa?" bentak Okta kemudian.Rani yang notabenenya tidak takut pada Okta pun malah menatap suaminya dengan mendelik kesal disertai ekspresi bingung. "Kamu nih apa-apaan sih? Datang-datang malah marah-marah. Sama aku lagi?" Dia menatap tidak suka dengan sikap suaminya

    Last Updated : 2024-11-11

Latest chapter

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   107. Selesai

    Melissa yang mendapat laporan dari Irit pun merasa bingung. Perempuan itu mengerutkan kening pertanda berpikir. "Seingat aku ini bukanlah hari di mana aku dan dia harus mengecek lokasi pekerjaan."Namun, Argo menepuk pundaknya dan membuat mereka saling tetap. Argo meggangguk. "Temuilah dulu. Toh pekerjaan kita selesai bukan? Aku akan pulang lebih dulu," ujar pria itu kemudian.Melissa mengangguk. "Baikkah."Dia menatap Irin. "Minta saja dia masuk," ujar Melisa kemudian."Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu," ujar Argo. pria itu berpamitan lalu keluar dari ruangan Melisa.Di depan ruangan, dia berpapasan dengan Kafka. Keduanya hanya saling mengangguk tanpa berbicara lalu melanjutkan langkah.Kafka sendiri langsung memasuki ruang Melissa. "Selamat siang.""Siang. Duduklah," ujar Melisaa dengan menunjuk ke arah kursi yang ada di hadapannya.Kafka pun mengangguk, pria itu duduk dan berhadapan dengan Melissa "Ada apa? Bukankah hari ini bukan jadwal kita untuk meninjau lokasi?" tanya Me

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   106

    Suasana ruangan tempat Melissa dirawat tampak akwward. kedatangan Keluarga Kafka membuat Tuan Bagus tidak menyukai hal itu. Namun, adanya campur tangan Kafka dalam menyelamatkan Melissa membuat pria tua itu tidak bisa mengusir mereka yang datang.Windi mendekati Melissa. Perempuan itu tersenyum tipis dan berdiri di samping brankar mantan menantunya. Dia meraih tangan Melissa dan menggenggamnya."Kabar kamu bagaimana?" tanya Windy dengan suara pelan.Melissa pun tersenyum tipis. "Baik, Tante."Windi yang mendengar itu sedikit merasa tercubit hatinya, karena rasa sakit ini. Beberapa waktu lalu Melisa masih memanggilnya dengan sebutan Mama, tapi kini tak ada lagi panggilan itu.Melissa sudah memanggilnya dengan sebutan Tante. Windi menarik nafas dalam. "Syukurlah," ujarnya kemudian.Namun, ada ekspresi sedih yang dipasang perempuan itu. "Maafkan Okta, ya sudah merepotkan kamu. Maaf kalau Okta sudah membuat kamu seperti ini," ujar perempuan itu. Dia mengelus punggung tangan Melissa yang s

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   105

    "Kami berhasil menyelamatkan Melissa dan saat ini Kak Okta sudah ditahan oleh polisi," ujar Kafka lebih jelas.Windi yang mendengar itu meremas tangannya. Ada rasa lega kalau Kafka mengatakan jika mereka berhasil menyelamatkan Melissa. Namun, ada rasa sedih juga ketika mendengar putra pertamanya kini sedang dalam penjara.Jujur saja dia merasa tidak tega terlepas bagaimana parahnya sikap anaknya itu selama ini."Mama sedih?" tanya Kafka yang melihat ekspresi mamanya.Windi langsung tersenyum sedikit samar. "Tidak," jawabnya kemudian. Meskipun perempuan itu mengatakan tidak, Kafka tahu benar bagaimana perasaan mamanya. Dia meraih tangan Windi dan menggenggamnya dengan erat."Kafka tahu Mama sayang sama Kak Okta. Sama seperti mama sayang pada Kafka. Kami tahu itu. Tapi, apa pun itu Kak Okta harus mendapatkan hukumannya. Dia harus menjalani itu semua. Itu adalah risiko dari apa yang sudah dia lakukan." Kafka mencoba menjelaskan."Iya Mama tahu," ujar Windi seperti seseorang yang frustas

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   104

    Kejadian itu begitu tiba-tiba dan mengejutkan semua orang. Kini, semua mata tertuju pada dua pria yang kali ini sedang beradu mekanik. Okta yang sempat mengambil pisau kecil dari saku celananya sempat melukai lengan pria yang tidak dikenal dan mencampuri urusannya itu."Lisa," panggil Argo lirih. Dia pun berlari cepat untuk mendekati Melissa."Melissa," panggil Argo sekali lagi ketika berada di samping perempuan itu."Argo," panggil Melissa dengan suara takut. Perempuan itu langsung memeluk Argo dengan erat."Aku takut," ujarnya kemudian.Argo membelai kepala Melissa dengan lembut. "Tenang. Kamu tenang, ya. Kamu sudah aman sekarang," ujarnya kemudian."Bawa dia menjauh," ujar Kafka menatap Argo.Argo pun mengangguk. "Ayo kita menjauh dari tempat ini," ujarnya pada Melissa.Melissa pun mengangguk lalu mengikuti langkah Argo untuk berada di tempat yang aman.Kafka yang melihat itu hanya tersenyum sendu. Sedih pastinya, karena dia melihat kemesraan antara Argo dan juga Melissa. Namun, di

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   103

    "Diam!" bentak Okta kemudian. Dia merasa kesal karena mobilnya tidak bisa dikendalikan.Dan kini Melissa yang sudah sadar. "Apa yang kamu lakukan, Okta? Apa yang terjadi?" tanya Melissa bertubi-tubi. Dia tidak peduli jika Okta marah dan memintanya untuk diam.Hingga sebuah sirine dia dengar. Melissa langsung mengalihkan pandangan ke luar jendela kaca mobil. Dia melihat beberapa mobil polisi yang terparkir tidak jauh dari keberadaan mobilnya. "Polisi," ujarnya penuh dengan rasa senang.Dia merasa bahwa dirinya akan selamat dari tragedi ini. Melisa pun mencoba untuk membuka pintu mobil yang tertutup. Namun, tidak bisa. "Buka pintunya, Okta," ujar Melissa kemudian dengan mencoba, terus mencoba disertai tatapannya yang begitu tajam ke arah Okta."Tidak. Kamu tidak boleh ke mana-mana. Kamu harus tetap sama aku," ujar Okta Yang sepertinya tidak tahu jika nasibnya sudah berakhir."Kamu sudah terkepung Okta. Kamu tidak bisa lari. Lebih baik menyerah saja. Kamu tidak melihat begitu banyak poli

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   102

    Okta langsung membanting ponsel miliknya k atas ranjang. Dia pun bangkit dari duduknya sembari meraih tangan Melissa. "Ayo," ujarnya dengan ekspresi yang menunjukkan kepanikan.Melisaa yang tida tahu apa yang terjadi pun menatap Okta dengan bingung. "Ayo?" tanyanya kemudian."Iya ayo. Cepat kita pergi." Okta kembali berujar. Kali ini dengan sedikit menarik tangan Melissa.Melisaa yang masih belum paham pun tetap pada posisinya. "Pergi? Pergi ke mana? Makanannya kan belum habis," ujar Melissa dengan menunjuk ke arah mangkuk miliknya yang masih teleihat banyak.Okta menggeram kesal. "Hah! Itu kita bisa beli lagi nanti. Yang penting ayo kita pergi sekarang," ujar Okta yang semakin terlihat panik."Ngapain sih buru-buru banget?" Melissa menatap curiga Okta. Hingga sesuatu terlintas di kepalanya."Nanti lah." Dia menarik tangannya yang dipegang Okta. "Nikmatin dulu aja makanannya. Udah dari pagi belum makan, sekarang makan malah disuruh cepet-cepet. Mending kalau udah habis. Lah ini masih

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   101.

    Argo menatap Tuan Bagus. "Irin baru saja menghubungi saya, Om. Dia mengatakan satpam yang kemarin bertugas menjaga pos melihat kedatangan Okta yang katanya ingin mengambil uang pesangon. Tapi mereka baru sadar tidak pernah melihat Okta keluar dari perusahaan. Dugaan Argo, bisa saja yang mengendarai mobil Melissa ketika pergi dari perusahaan adalah Okta," jelasnya tanpa ada yang ditutupi karena rasanya itu percuma.Sebab Tuan Bagus bukanlah orang yang mudah dibohongi."Jadi menurutmu Okta menjebak Melisa?" tanya dengan mengepalkan tangan.Argo mengangguk dan menggeleng sedikit. Terlihat rumit. "Entahlah. Ini susah dijelaskan tapi saya yakin dia yang melakukan semua ini. Dan saya juga yakin dia juga yang membawa mobil Melissa.""Jadi, menurutmu Melissa dibawa ke mana sama dia?" tanya Tuan Bagus.Argo menggeleng. "Saya juga belum tahu, Om. Tapi yang jelas dia ingin membawa Melisa jauh dari kita karena yang kita tahu Okta sangat menginginkan Melisa bersamanya," ujarnya kemudian.Tuhan Bag

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   100

    Kepulangan Argo Malam ini terasa sangat berat. Aplagi dia yang belum bisa menemukan Melisa dan tidak tahu harus mengatakan apa pada Tuan bagus. Mengingat bagaimana kondisi pria itu saat ini sepertinya tidak boleh mendengarkan hal-hal buruk tentang apapun.Argo memasuki rumah, dia langsung disambut oleh tawa Lisa yang berlari ke arah dirinya dan memeluk pria itu. "Papa baru pulang?" tanya Lisa dengan suara khas anak kecilnya.Argo tersenyum, lebih tepatnya memaksakan senyum. Pria itu mengangguk di depan Lisa. "Ya. Papa baru pulang.""Pasti papa lelah," ucapnya kemudian."Kamu tahu saja." Argo menyentil hidung Lisa lalu keduanya tertawa bersama."Gimana, Pa? Papa sudah menemukan Mama?' tanya Lisa kemudian.Dia tahu betul kalau kepergian Argo hari ini adalah untuk mencari Melisa. Argo yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya bisa mengembuskan napas kasarnya. "Maaf, Sayang. Papa belum bisa menemukan Mama," ujarnya penuh penyesalan.Lisa yang sebelumnya penuh senyuman ini melunturkan sen

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   99

    Melissa melotot melihat keberadaan Okta di hadapannya. erempuan itu menata benci mantan suaminya yang telah menculik dirinya."Di mana aku?" tanya Melisa dengan suara keras. Dia masih berusaha untuk melepaskan tangannya meski saat ini sudah merasakan sakit.Okta yang melihat itu malah tersenyum. "Jangan teriak-teriak. Nanti suara kamu jadi serak terus tenggorokan kamu jadi sakit," ujar Okta. Pria itu menutup kembali pintu lalu mendekati Melissa dan duduk di samping mantan istrinya itu.Dia menatap Melissa yang masih terus berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan yang dia buat. Okta hanya tersenyum miring. Dia meletakkan bungkusan makanan yang baru saja dia beli di atas meja samping ranjang."Kamu jangan bergerak seperti itu. Nanti tangan kamu lecet." Kali ini Okta mengulurkan tangan dan melihat tangan Melissa yang masih terikat."Tuh lihat. Pergelangan tangan kamu sudah memerah. Kalau kamu terus seperti ini, nanti benar-benar luka," ujar pria itu penuh perhatian.Mungkin jika Okta m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status