Home / Rumah Tangga / Adikku Ingin Jadi Maduku / 22. Acara Pernikahan Rani Dan Okta

Share

22. Acara Pernikahan Rani Dan Okta

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-10-23 01:00:33

Sejak pembicaraan pembagian perusahaan beberapa hari lalu oleh Bagus pada Melisa, di mana Riyanti yang tiba-tiba memasuki ruang kerja suaminya dan mengatakan kalau Rani pasti akan membantu Melisa, tetapi Bagus menolaknya, mereka belum pernah mengobrol kembali.

Namun, karena suatu hal Riyanti malam ini mencoba untuk mendekati suaminya kembali guna memberitahukan sesuatu yang penting. Perempuan itu pun mengetuk pintu ruang kerja sang suami sebelum masuk. Dia tidak ingin suaminya kembali marah seperti beberapa hari lalu ketika dia tiba-tiba masuk begitu saja.

"Masuk." Suara dari dalam terdengar.

Riyanti pun membuka pintu di hadapannya dan tersenyum melihat ke arah suami yang tampak sibuk berkutat dengan sesuatu. Riyanti mendekati sang suami. "Papa lagi apa?"

"Mengurus beberapa hal," ujarnya itu dengan datar tanpa mengalihkan pandangan ke arah Riyanti.

Riyanti ini sudah berdiri di samping Bagus. Dia melihat berkas di tangan suaminya dan tahu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   23. Lemparan Telur di Acara Nikahan Okta dan Rani

    Semua yang ada di sana semakin tertawa keras melihat Rani yang tantrum di tempatnya. Seolah pemandangan ini adalah pemandangan yang lucu dan tidak ada rasa kasihan untuk perempuan itu. "Kalian semua brengsek!" teriak Rani dengan sangat keras menunjuk orang-orang di sana, yang sedang mentertawakan dirinya. Dia menatap Okta lalu menangis. "Acara kita hancur," ujarnya kemudian. Riyanti yang melihat keadaan itu langsung mendekati putrinya. "Ya Tuhan, Nak. Kenapa ini? Heh, kalian! Apa yang kalian lakukan pada putriku!" teriaknya marah. Namun, bukannya berhenti orang-orang itu malah berteriak sangat keras. Okta pun merasa bingung juga panik. Dia menepuk pundak Rani sembari menahan bau tidak sedap yang keluar dari tubuh calon istrinya itu. "Sabar, Sayang. Kamu harus sabar," ujar pria itu mencoba menenangkan Rani. "Bagaimana bisa sabar kalau sepwrti ini?" Lagi-lagi dia mengentakkan kakinya sangat keras. Seorang pria berpeci hitam dengan sarung berlari ke tengah halaman masjid. Dia

    Last Updated : 2024-10-23
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   24. Okta Dicoret Dari Ahli Waris

    "Apa maksud Mama?" tanya Okta kemudian dengan ekspresi terkejut. Dia tampak syok mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Windy.Windy menatap Okta dengan ekspresi datar. "Saya rasa kamu tidak memiliki hak lagi untuk memanggil saya Mama," ujar Windy kemudian."Ma. Jangan bercanda." Okta berujar dengan suara bergetar. Dia Tidak menyangka kalau mamanya akan bertindak sejauh ini."Saya tidak bercanda." Windi menggeleng pelan. "Apa yang saya katakan tadi itu benar," lanjutnya.Apa yang dikatakan Windy beberapa saat lalu tidak hanya membuat Okta dan Rani terkejut. Akan tetapi Riyanti yang berdiri di samping putrinya pun memiliki ekspresi yang sama.Dia terkekeh tipis. "Jeng. Sepertinya Jeng sedang ada masalah sampai-sampai mengatakan hal itu. Mungkin sebaiknya kita bicarakan di rumah saja," ujarnya kemudian. Dia menatap sekitar di mana beberapa orang masih menatap mereka dengan ekspresi yang seperti mensyukuri apa yang baru saja dikatakan oleh Windi.Windi mengangkat tangannya. "Tidak.

    Last Updated : 2024-10-23
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   25. Okta Diusir

    Mobil yang membawa Rani dan juga Okta berhenti di depan kediaman orang tua Okta. Pasangan yang baru saja resmi menjadi suami istri itu memutuskan untuk mendatangi kediamaan orang tua Okta guna membicarakan perihal tadi. Bayangan indah Rani di mana Okta akan membawanya pulang ke rumah dengan acara digendong buyar begitu saja.Bagaimana tidak? Kini keduanya dalam keadaan tidak karu-karuan. Bau busuk yang menyengat juga pakaian yang sudah sangat kotor. "Kita turun. Kita temui Papa," ujar Okta kemudian."Iya ayo. Rasanya aku sudah tidak tahan dengan bau ini. Aku ingin cepat-cepat mandi." Keduanya pun turun besama masih dengan Okta yang memegangi tangan Rani dengan sangat erat.Tanp mengetuk pintu lebih dulu, keduanya pun memasuki rumah itu. Okta melihat keberadaan papanya yang sedang bermain catur dengan sang sopir, tetapi tidak dengan keberadaan sang mama. Entah ke mana perempuan itu setelah memberikan kabar mengejutkan tadi."Pa," panggil Okta yang sudah berdiri di samping papanya.Tent

    Last Updated : 2024-10-24
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   26. Turun Jabatan

    Okta memasuki perusahaan papanya seperti biasa. Pria itu langsung menuju ke ruangannya di mana dia yang menjabat menjadi seorang direktur. Meski bukan direktur utama, jabatan Okta tentuhya bukan jabatan yang main-main. Dia berniat menggunakan jabatan ini untuk mengembalikan haknya sebagai ahli waris dari keluarganya.Okta langsung memasuki ruangan. Namun, dia dibuat mengerutkan kening kala melihat ruangan yang biasa dia tempati telah bersih. Tidak ada barang-barang apa pun di atas meja padahal biasanya di sana ada barang-barang milik Okta.Pandangan Okta jatuh pada keberadaan seorang pria yang berseragam office boy. Pria itu tengah menyapu ruangan ini dan kini tengah menatap ke arah dirinya. "Ke mana barang-barang saya?" tanya Okta kemudian.Pria itu mengangguk sekilas pertanda sopan. "Sudah dibersihkan, Pak." Dia menjawab."Dibersihkan? Apa maksudnya?" tanya Okta marah. Sejak menikah dua hari lalu, Okta memang tidak masuk kerja karena dia harus menghabiskan waktu bersama dengan sang

    Last Updated : 2024-10-24
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   27. Tinggal Atau Pergi? Terserah

    Melisa berdiri menjulang di depan Rani, dengan melipat tangan di depan dada, perempuan itu menatap adik tirinya dengan tatapan remeh."Ada apa Rani? Kenapa kamu datang-datang langsung ingin menamparku? Tingkahmu begitu bar-bar. Seperti orang yang tidak berpendidikan. Pantas saja kamu belum lulus juga sampai sekarang. Kamu sih. Bukannya belajar malah sibuk menggoda suami orang." Dia tersenyum sinis.Sedangkan Rani yang masih duduk di bawah menatap kakaknya dengan kemarahan yang semakin memuncak. "Akh!" Dia berteriak kesal seperti orang kesurupan.Detik kemudian dia pun bangkit dengan buru-buru. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh dengan gigi bergemerutuk. "Kau ...." Tangan Rani terangkat menunjuk ke arah wajah Melissa.Melissa yang melihat itu mengerutkan kening. Dia segera menyingkirkan jari Rani lalu berujar, "Aku tidak suka ditunjuk seperti ini." Dia memasang ekspresi datar."Akh!' Rani berteriak kembali."Persetan," ujar Rani yang mengibaskan tangan di udara."Kau ... kau, ka

    Last Updated : 2024-10-25
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   28. Rani Mencelakai Bagus

    Riyanti menemui suaminya. Dia duduk di samping Bagus yang sedang mengontrol sesuatu melalui laptop. Memang, sejak mengatakan kalau pria itu akan menyerahkan segala urusan perusahaan pada Melisa, Bagus lebih sering di rumah dan mengontrol perusahaan dari sana."Pa. Bagaimana keadaan Rani sekarang, ya?" tanya perempuan itu yang merasa khawatir dengan keadaan putrinya mengingat terakhir kali kalau Okta telah dicoret dari ahli waris keluarganya.Bukankah itu berarti Okta sudah tidak lagi memiliki apa-apa?"Kenapa tanya padaku? Bukankah dia sudah ikut suaminya? Kenapa tidak kau tanyakan pada suaminya saja?" tanya Bagus dengan kesan yang cuek. Seperti tidak peduli lagi dengan Rani sama sekali. Bahkan pria itu menjawab pertanyaan Riyanti tanpa menoleh sedikit pun pada perempuan itu.Riyanti menatap sedih suaminya yang kian hari semakin memperlihatkan ketidakpeduliannya terhadap Rani. "Pa. Papa, kan tahu sendiri kejadian kemarin. Windi datang dan mengatakan kalau Okta dicoret dari ahli waris

    Last Updated : 2024-10-26
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   29. Rani Bukan Adikku

    Melissa langsun berlari mendekati tubuh ayahnya yang tergeletak dengah darah di keningnya. Dia menatap Rani dengan tajam. "Apa yang kau lakukn!" teriaknya marah pada Rani.Perempuan itu menatap kembali papanya. "Pa. Pa bangun, Pa. Bangun."Riyanti pun ikut berlari mendekati suaminya, berjongkok di seberang Melissa. "Pa. Papa sadar, Pa. Pa." Dia pun khawatir melihat keadaan suaminya saat ini. Darah yang terus keluar dari keningnya membuat dia merasa takut.Rani pun juga bergegas mendekati papanya. "Pa." Namun, baru saja dia mendekati Bagus, Melissa sudah lebih dulu mendorong tubuh adiknya itu hingga Rani jatuh terduduk di lantai."Jauhi papaku!" teriak Melissa dengan sangat keras. Dia menatap tajam Rani dan sorotnya penuh akan kebencian.Riyanti tak menduga Melisa akan melakukan itu. "Mel. Hati-hati. Adik kamu sedang hamil," ujar Riyanti memperingati Melissa.Kini tatapan kebencian Melissa tidak hanya pada Rani tetapi pada Riyanti juga. "Aku tidak peduli!" teriaknya marah. Bisa-bianya

    Last Updated : 2024-10-28
  • Adikku Ingin Jadi Maduku   30. Kunjungan Calon Mantan Mertua

    "Apa yang kamu lakukan?" teriak Okta dengan sangat keras. Pria itu langsung mendekati istrinya yang terjatuh di bawa, memegangi kedua pundak Rina dan menatapnya khawatir."Kamu tidak apa-apa?" tanyanya kemudian."Sakit, Mas," ujar Rani dengan suara yang memelas, wajahnya pun menunjukkan ekspresi penuh kesedihan.Riyanti yang mendengar kegaduhan di depan kamar rawat suaminya langsung keluar. Gerakan Riyanti yang tiba-tiba menyerobot keberadaan Melissa membuat dia menabrak Melissa cukup keras sehingga posisi Melisa bergeser dari depan pintu.Detik kemudian dia melotot kala melihat putrinya duduk di bawah. "Ya Tuhan. Ada apa ini?" tanyanya yang ikut membantu Rani."Aku didorong kak Melissa, Ma," ujar Rani dengan menatap kakak tirinya itu. Melisa yang tahu kalau Rani sedang berpura-pura pun berdecak dan memutar bola matanya malas.Riyanti langsung menatap Melisa dengan tajam. "Melissa. Bukannya mama sudah mengatakan kalau kamu harus berhati-hati sama adik kamu. Dia sedang hamil," ujar per

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   89.

    "Kamu ini ngapain sih di sini? Udah di rumah saja istirahat," ujar Pak Bowo ketika melihat kedatangan Tuan Bagus."Hei. Kau ini. Dijenguk kawan bukannya seneng aku malah mau diusir. Aku, kan hanya ingin membantumu. Menemani kamu karena aku tahu Argo harus mengawasi usaha kalian," ujar Tuan bagus dengan lagak yang dia buat sombong."Iya tidak, Ta?" tanya Tuan Bagus menatap calon menantunya itu."Sebenarnya nggak papa ditinggal juga kok, Om. Kan tinggal hubungin pegawai saja." Argo berujar sopan."Tuh, kan." Pak Bowo tertawa.Tuan Bagus mencebikkan bibir. Dia mengibaskan tangan ke udara. "Ya anggap saja aku kesepian di rumah dan sedang mencari teman ngobrol. Gampang, kan." Dia menarik kursi yang ada di samping brankar lalu duduk di sana."Gimana perkembangan kasusnya?" tanyanya kemudian.Argo menggeleng. "Kami belum mendapatkan kabar dari polisi. Mungkin mereka masih menginterogasi para penghuni kontrakan." Dia menjelaskan.Ruan Bagus tampak berpikir. Dia pun mengangguk kemudian. "Hah.

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   88

    "Mama kenapa sih, Ma?" tanya Khalif ketika melihat istrinya yang terus melamun. Dia duduk di samping Windi lalu merangkul pundak istrinya itu dengan senyuman tipis.Windi menarik napasnya dalam sampai bahunya naik perlahan lalu mengembuskan dengan berbarengan pundaknya yang urun. "Ya mikirin apa lagi, Pa kalau bukan lamaran mama yang ditolak sama Tuan Bagus karena dia sudah menjodohkan Melissa dengan orang lain," jawabnya malas.Khalif mengangguk dan paham kekecewaan sang istri. Dia mengelus pundak Windi dengan lembut. "Sudahlah, Ma. Mungkin Melissa dan Kafka itu memang tidak berjodoh. Janganlah dipaksa terus menerus.""Mama ini tidak memaksa, Pa. Mama ini hanya sedang berusaha." Windi berujar dengan penuh penekanan."Berusaha untuk mencarikan jodoh terbaik untuk anak kita. Dan Melissa menurut mama itu yang paling pas dan cocok," lanjut Windi."Ya kalau bukan jodohnya mau gimana, Ma? Mau diapain juga tidak akan bisa bersama kalau Tuhan tidak berkehendak. Dan, jika Tuhan memang mentakd

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   87.

    Mendapat tawaran dari Melissa untuk tinggal di rumahnya, tentu saja Lisa langsung mengiyakan hal itu. Daripada tidur di rumah sendirian, atau tidur di rumah sakit lagi dan itu tidak membuatmu nyaman, lebih baik tidur di rumah calon mamanya kan?"Sekarang, Lisa cuci muka, cuci kaki dan gosok gigi, ya." Melissa berujar ketika mereka sudah bersiap untuk tidur.Lisa pun mengangguk dan kduanya menuju kamar mandi untuk melakukan ritual itu. Setelah beberapa saat selesai, mereka pun siap untuk mengistirahatkan diri.Melissa membenahi selimut Lisa. "Jangan lupa berdoa sebelum tidur," ujarnya dengan senyuman.Lisa mengangguk dan melakukan apa yang diminta Melissa. Setelahnyamerekapun mulai merebahkan diri. "Terima kasih, Tante Lisa." Gadis itu berujar.Melissa mengangguk. "Sama-sama." Dia pikir setelah itu Lisaakan langsung tidur. Akan tetapi gadis kecil itu masih membuka matanya."Kamu kenapa? Kok masih belum tidur?" tanyanya kemudian.Lisa menatap Melissa dengan takut-takut. "Lisa mau tanya,

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   86.

    Suara klakson langsung berbunyi keras setelah mobil milik Melissa berhenti. Beberapa mobil di belakangnya berhenti dengan jarak yang sangat dekat.Melissa dan Tuan Bagus sama-sama menoleh. "Mel. Kamu ini." Tuan Bagus memperingati."Maaf-maaf." Melissa segera menjalankan kembali mobilnya."Kamu ini ada-ada saja, Mel." Tuan Bagus menggeleng pelan."Lagian Papa bikin aku terkejut aja." Melissa mengerucutkan bibirnya. Dia tetap memfokuskan pandangan lurus ke depan."Maksud ucapan Papa tadi apa?" tanyanya kemudian."Ya Tante Windi tadi?" tanya Tuan Bagus dan dia melihat putrinya yang mengangguk."Ya seperti yang kamu dengar tadi. Tante Windi tadi datang ke rumah dan dia mengatakan niatnya kalau dia ingin kamu menjadi menantunya lagi," ujar Tuan Bagus."Katanya, kamu ingin dinikahkan dengan Kafka," lanjutnya kemudian.Melissa yang mendengar hal itu menggeleng pelan. "Astaga. Asli. Mel nggak pernah bayangin hal ini, Pa.""Sama." Tuan Bagus berujar."Lalu Papa bilang apa sama Tante Windi?" ta

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   85. Kedatangan Mantan Besan

    "Ayo, Jarot. Mandi yang bersih ya, Jar. Biar seger," uja Tuan Bagus. Pria itu tengah menyemprot air pada burung peliharaannya. Pagi ini adalah waktu yang pas untuk mandi."Abis mandi nanti, kamu latihan lagi berkicau. Biar suara kamu tetap merdu dan semakin merdu," lanjut Tuan Bagus. Dia menatap senang empat ekor burung yang dia miliki."Ini, Tuan camilannya," ujar asisten rumah tangga Tuan Bagus.Tuan Bagus menoleh. "Terima kasih, Bi." Dia mengangguk. Duduk di gazebo dia mulai menikmati lapis legit yang baru saja dia dapatkan semampu menatap burung-burung miliknya yang sedang dijemur."Buka usaha jual beli burung sepertinya asyik," ujarnya kemudian.Beberapa saat kemudian, asisten rumah tangganya kembali mendekat. Dia berdiri di depan Tuan Bagus sembari menunduk untuk memberitahukan sesuatu."Tuan, maaf. Ada nyonya Windi datang dan ingin bertemu." Dia berujar.Tuak Bagus langsung mengerutkan kening mendengar perkataan asisten rumah tangganya. "Windi? Mau apa dia?" tanyanya kemudian.

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   84.

    Malam telah larut ketika Argo mengantar Melissa pulang. Jalanan sepi, hanya sesekali kendaraan melintas dengan lampu yang menyorot redup. Mobil Argo berhenti tepat di depan rumah besar milik Tuan Bagus. Melissa menghela napas lega, lalu menoleh ke arah Argo. "Makasih ya, Go, udah nganterin aku pulang. Maaf jadi ngerepotin."Argo tersenyum tipis, "Harusnya aku yang berterima kasih sama kamu. Kamu sudah repot hari ini karena aku. Bantu di panti---""Itu, kan memang kegiatan yang rencananya dirutinin sama kita," ujar Melissa memotong kalimat Argo. Keduanya terkekeh bersama.Argo mengangguk. "Ya. Tapi nggak hanya itu aja. Misal tadi kamu ikut ke sekolahan dan membantu Lisa. Secara tidak langsung kamu membersihkan namanya," ujar Argo.Melissa mendengus. "Aku hanya tidak suka bullying."Argo mengangguk. "Ya. Untuk itu aku berterima kasih.""Ya udah sama-sama.""Yuk aku antar sampai depan rumah. Aku mau sekalian pamit sama Om Bagus. Boleh, kan?" tanya Argo.Melissa mengangguk. "Ya haruslah.

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   83. Mencari Pelaku

    Sambil menunggu hasil pemeriksaan, Pak Bowo duduk di ranjang rumah sakit, menatap kosong ke langit-langit. Ia masih mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ada kendaraan lain yang menabraknya? Atau apakah sopirnya kehilangan kendali? Pikirannya dipenuhi pertanyaan.Beberapa saat kemudian, seorang dokter masuk ke ruangannya. "Pak Bowo, kondisi Anda cukup stabil. Hanya ada luka ringan di dahi dan sedikit benturan di kepala. Tapi kami sarankan Anda tetap beristirahat.""Bagaimana dengan sopir saya, Pak Dokter?" tanya Pak Bowo cemas.Dokter itu menarik napas sebelum menjawab, "Pak Herman mengalami cedera di bagian kepala, tapi saat ini kondisinya stabil. Kami masih melakukan observasi lebih lanjut untuk memastikan tidak ada pendarahan internal."Pak Bowo menghela napas lega, meskipun masih ada kekhawatiran di hatinya. Ia menatap keluar jendela rumah sakit, melihat lalu lintas yang kembali normal. Seakan kejadian beberapa jam lalu hanyalah mimpi buruk yang hampir merenggut ny

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   82. Kabar Buruk

    Okta menggeram dalam hati. Amarahnya semakin membara sejak ia dipecat. Baginya, ini bukan sekadar kehilangan pekerjaan, melainkan penghinaan yang tak bisa ia terima begitu saja. Dan semuanya bermula dari satu nama: Argo. Jika bukan karena pria itu, hidupnya tidak akan berantakan. Dan kini, hanya ada satu tujuan dalam pikirannya—membalas dendam.Dendam itu semakin berkobar ketika mengingat perjodohan Melissa dan Argo. Okta tak bisa menerimanya. Rasa cinta yang ia miliki berubah menjadi obsesi berbahaya. Ia merasa dunia telah merampas haknya dan kini saatnya ia mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.Hari itu, Okta mulai bergerak. Ia menelusuri rumah Argo dengan penuh kehati-hatian. Awalnya, ia hanya ingin mengawasi, mencari celah untuk melancarkan aksinya. Namun, di luar dugaan, ia justru melihat seseorang yang mungkin lebih mudah dijadikan target awal—Pak Bowo.Pak Bowo, pria berusia lima puluhan tahun itu, adalah papanya Argo, informasi ya

  • Adikku Ingin Jadi Maduku   81. Pesan Terakhir Dari Istri Mantan Kekasih

    Argo terdiam mendengar pertanyaan dari Melissa. Pria itu menunduk menatap lantai lalu tersenyum miring. "Untuk saat ini, aku tidak memiliki hal untuk membela diri. Kamu boleh menganggapnya apa, terserah. Karena itu juga hak kamu. Aku tidak bisa melarang."Argo menatap Melissa. "Sudah aku katakan sejak tadi. Aku memang ingin kamu tahu ini agar semuanya tidak terlambat. Bagaimana tanggapan kamu setelahnya, aku akan menerima semua yang kamu putuskan."Melissa mendongak, dia menarik napas dalam dan mencoba untuk menenangkan dirinya setelah menemukan hal-hal yang benar-benar membuat dirinya merasa terkejut.Melissa kembali menatap Argo lalu bertanya, "Jadi, pertemuan antara papaku dan papa kamu adalah sebuah kesengajaan untuk menjalankan kembali rencana kalian yang sebelumnya?" Melisa bertanya dengan menaikkan salah satu alisnya.Argo yang mendengar itu terkekeh, tak lama dia malah tertawa. "Aku memang mengatakan bahwa terserah kamu akan menganggapnya apa tentang semua ini. Tapi satu hal y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status