Justin memusnahkan mantra Chrosnostasis penghenti waktunya. Waktu telah kembali berjalan, dan semua terlihat baik-baik saja, kecuali Justin, Alice dan juga Karina. Norman menoleh ke belakang, mendapati Karina yang seperti baru saja berbincang dengan Justin dan Alice. Raut wajah Alice sangat marah, lalu meninggalkan mereka."Loh, Alice mau ke mana?" tanya Norman yang entah ia tujukan untuk siapa."Ayo pulang," ajak Justin."Kamu gak salah ngajakin kita pulang?" Karina memastikan bahwa apa yang ia dengar tidaklah salah.Justin diam, ia lupa kalau ia sedang berusaha menjauh dari Karina."Norman, elo inget kata-kata gue tadi. Gue gak mau elo sampai jadi target mereka buat ngejalanin projek palsu!" Justin menatap Norman, tapi Norman tidak menghiraukannya, dan Justin pergi, berlari mengejar Alice.Karina sadar bahwa Justin sangat menyayangi Alice, bahkan saat Alice marah, Justin nampak merasa sangat bersalah dan berusaha memperbaikinya."Kak, emangnya tadi Kak Justin ngomongin apa?""Justin
"Jangan-jangan apa?" tanya Justin."Jangan-jangan iblis itu Karina!" imbuh Alice sembari memelototkan mata. Justin dan Dave memasang wajah datar bersamaan."Loh, aku kan hanya berasumsi aja! Karina bisa liat monster rubah ekor sembilan waktu itu loh!"Saat Alice belum selesai memberikan alasan ia menyangka Karina adalah iblis, Justin dan Dave sudah menghilang dari hadapannya, menimbulkan perasaan kesal pada kedua orang tersebut. Alice tahu bahwa Justin tidak akan ke apartemen karena iblis itu sedang memancing Justin agar Justin merasa sedang dipermainkan.Tapi ternyata, Alice salah, Justin menuju apartemen dengan Pangeran Biru yang sudah menunggunya di depan gedung apartemen. Sementara Dave sudah kembali ke galaksi putih. Di apartemen, Justin bisa melihat ada garis polisi di depan unitnya, dengan beberapa tanda yang terdapat nomor, pertanda barang bukti. Padahal pelaku sudah tertangkap, tapi polisi masih ragu, karena pelaku itu bersikeras ia tidak melakukan itu dengan kesadarannya.Me
Mereka keluar dari unit itu, dan hanya berdiam di ujung lorong. Alice menatap Justin dengan tatapan yang seolah mengatakan sesuatu, tapi ia tidak bisa menjelaskannya. Justin sepenuhnya tak paham, mengapa Alice menatapnya begitu dalam, seperti sedang mengatakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan."Pangeran, apa kamu merasakan apa yang aku rasakan?" tanya Alice pada Pangeran. Pangeran biru menunduk, matanya terpejam, ia seperti sedang mencoba menggali sesuatu yang ia ingin ketahui. Karena sejak sebelum Alice bertanya padanya, Pangeran lebih dulu merasakan itu. Ia merasakan adanya energi terburuk dari sosok iblis di sekitarnya.Auranya mengerikan dan membuat siapapun yang merasakannya akan bergiding merinding. Alice juga bisa merasakan aura itu dalam sekelebatannya. Sementara Justin yang masih bingung, belum bisa merasakan aura ini. Ia terlarut dalam emosinya, karena tiba-tiba saja ia teringat ia sedang meninggalkan Karina di unit. Karena Justin melihat Alice dan Pangeran yang sepertiny
Mereka benar-benar tidak bisa mendeteksi ke mana perginya Karina dan Norman. Justin dan kedua makhluk galaksi putih itu nampaknya mulai menyerah, karena mereka mengerahkan segala kekuatannya sejak dua jam yang lalu untuk mendeteksi keberadaan Karina dan Norman.Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi. Incheon yang tak pernah tidur malam ini menyimpan seribu misteri. Dunia memang memiliki sisi yang tersembunyi, sebagian besar dari mereka menganggap bahwa semakin sedikit yang kita tau, maka semakin baik. Tapi hal itu nyatanya tidak berlaku untuk Justin, ia menggila karena belum bisa menemukan Karina.Di unit itu, Alice memanggil satu-satunya orang yang bisa membantu mereka, yakni Dave. Tapi Dave tidak mau datang karena ia sedang melakukan penyucian untuk beberapa iblis yang sudah menemukan jalan terang. Meski Alice memohon, Dave tidak akan turun tangan, karena sejak awal ini adalah tugas Justin dan Alice. Bahkan Pangeran Biru sebenarnya bukan bagian dari misi ini, ia hanya orang y
"Justin, awas!" Pangeran menarik Justin dari tempatnya, dan keduanya tersungkur di lantai. Sementara Alice sudah merasakan bahwa itu jebakan dari awal, ia sudah was-was dan siap menghindar tapi tak sempat memberi tahu Pangeran dan Justin.Pangeran menarik Justin karena ada sosok yang muncul dari belakang Justin dan melesat mendekati Justin. Sosok itu gagal mengenai Justin."Siapa kau?" Pangeran bangkit dan merubah wujudnya agar leluasa mengeluarkan kekuatannya tanpa hambatan.Mereka bisa melihat punggung orang tersebut. Seorang pria dengan wujud iblis. Tapi, kepalanya bukan seperti kepala manusia, hanya gumpalan aura hitam yang menyatu dengan energi gelap. Perlahan sosok itu memutar badannya, kemudian tertawa. Meski tanpa wajah, sosok itu nampaknya mamu berkomunikasi dengan jelas.Dari suaranya, mereka yakin kalau itu adalah orang yang mereka cari, Norman."Kak Justin! Karina!" katanya dengan nada mengejek, lalu tertawa sangat lepas, seperti begitu puas melihat orang-orang di hadapann
Alice membutuhkan beberapa detik untuk memahami maksud Justin. Tapi Pangeran sudah paham bahkan sebelum Alice menampar Justin. Pangeran percaya bahwa Justin tidak akan terpengaruh hanya dengan iming-iming itu. Iblis tetaplah iblis, penuh ingkar dan kebohongan. Saat mereka mati, belum tentu Norman akan mengembalikan Karina ke bumi, malah bisa saja Karina juga dimusnahkan oleh Norman tanpa belas kasih."Jangan coba-coba untuk membohongi aku," Norman berdiri, melangkah lenggang mendekati mereka."Aku tau, kalian sedang merencanakan untuk menghianatiku, kan?" imbuhnya dengan mengubah wujudnya seperti Norman asli, yang memiliki wajah, ia kemudian membuat ekspresi sedih yang dibuat-buat, Justin sangat muak dengan wajah penuh penghianatan itu."Mending wajah kamu itu gak usah dilihatin, bikin aku pengen muntah," Alice membuang pandangannya yang semula ia pusatkan pada Norman."Ohh, kamu lebih suka aku yang gini, ya?" balas Norman kembali ke wujud aslinya."Aku sih, lebih suka kalo kamu mati,
"Rin? Kamu bisa denger aku?" Justin merasa Karina ada pergerakan dan mulai sadar, tapi belum membuka matanya. Justin menunggu respon dari wanita yang ia gendong, namun Karina tidak kembali bergerak. Justin terpaksa menggunakan kekuatannya untuk menyadarkan Karina, karena jika terlalu lama Karina dalam pengaruh dimensi hampa, Karina bisa mati, karena ia manusia biasa.Justin mendudukkan Karina di kursi kristal milik Norman, kemudian ia memusatkan cakra kekuatannya pada telapak tangan, dan mentransfer energi baik agar pengaruh dimensi hampa hilang dari tubuh Karina. Beberapa saat kemudian, Karina mulai sadar, matanya mengerjap-ngerjap karena baru saja menerima cahaya terang dari alam fana. Sesuatu yang pertama kali Karina lihat saat membuka matanya adalah Justin, wajahnya hanya berjarak beberapa centimeter saja dari wajah Karina.Saat Karina sadar bahwa itu adalah Justin, ia membelalak dan langsung memeluk Justin. Yang dipeluk tentu saja terkejut, Karina seperti baru saja mengalami hal
Ketiganya mematung, matanya menatap sebuah tubuh yang tak lagi terbentuk karena sebagian sudah sirna. Justin benar-benar merasa ini adalah pertempuran terbesarnya sepanjang ia memburu makhluk jahat di bumi. Meski pertempurannya dengan Ruin, Sin Rose, dan juga rubah ekor sembilan adalah pertempuran besar, Justin merasa perlawanannya dengan Norman adalah perlawanan terbesar. Ia tidak tahu mengapa ia merasa demikian, apa karena Norman menggunakan Karina sebagai tamengnya?Mereka masih hening, bahkan saat makhluk itu sudah benar-benar tiada, musnah dari hadapan mereka. Pangeran membuyarkan lamunan mereka dengan menghilangkan dimensi persempitan ruangan. Mereka bisa melihat ada cahaya biru yang sedang melindungi seseorang di dalamnya, Karina.Mata Justin tertuju pada wanita yang tengah tergeletak itu, ia berlari menghampirinya karena takut Karina terluka. Mendengar langkah yang jelas, Karina membuka matanya, melihat ada Justin yang mendekat, benteng itu kemudian musnah saat Justin menembus