Sasha sedang dalam perjalanan menuju tempat dimana targetnya berada. Sebelum melakukan eksekusi biasanya Sasha melakukan pengintaian terlebih dahulu. Mengamati buruannya selama beberapa hari untuk mengetahui rutinitasnya.Ia tidak akan gegabah dalam mengambil setiap tindakannya. Karena akan membahayakan dirinya sendiri.Setelah melakukan pengamatan, Sasha biasanya melakukan pembunuhan saat korbannya keluar dari mobil atau meninggalkan sebuah gedung saat berada di tempat yang aman dan sepi.Saat semua siap, Sasha akan berbicara kepada Yuri atau Sergei tentang detail bagaimana dia akan menjalankan tugas dan meminta seseorang mengemudikan mobil. Karena tanpa supir, Sasha akan kesulitan untuk melarikan diri.Pengemudi itu menggunakan mobil yang khusus dibeli untuk pekerjaan tersebut dan dia akan mengantar dan menjemput Sasha dari lokasi pembunuhan.Sebelum melakukan pekerjaannya, Sasha terlebih dahulu membuat dirinya tak mudah dikenali.Sasha akan menciptakan sosok manusia pada umumnya,
Kemarin operasi Hector ayah dari Maria berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Namun hingga pagi ini ia belum membuka matanya, dokter mengatakan bahwa itu merupakan efek dari obat bius.Maria dan Alonzo, beserta ibu dan kakaknya masih menanti diluar ruangan. Dokter sedang mengecek perkembangan dari pasien.Sekilas Maria dapat melihat ayahnya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai peralatan yang menempel di tubuhnya. Maria melihatnya saat dokter memasuki ruangan. Mereka belum diperbolehkan untuk masuk ke dalam."Kalian pergilah cari makan, kami akan menunggunya," seru Luisa pada Maria dan Alonzo, karena semalaman mereka benar-benar tidak pulang dan hanya tidur sebentar."Tapi bu," Maria hendak memprotes tapi Luisa langsung menggeleng menandakan bahwa ia tak ingin dibantah. "Kesehatan kalian lebih penting, setelah kalian giliran kami," jelas Luisa seraya menatap Ellena yang setia disampingnya."Hmm, baiklah jika itu maumu bu," jawab Maria. "Tapi jika ada apa-apa l
"Ayah…" lirih Maria. Hector memandang Maria dengan mata yang nanar, Hector jarang sekali bertemu dengan Maria, karena Maria bekerja diluar kota.Ia ingin mengucapkan bahwa ia sangat menyayangi putrinya tersebut, namun mulutnya seakan terkunci. Meskipun begitu Hector tak menyerah, ia menyalurkan rasa cinta dan rindunya melalui tatapannya.Matanya kini beralih pada seorang pria yang berada tak jauh dari Maria. Apakah dia Tuan Alonzo, pria yang merupakan majikan dari putrinya dan yang membayarkan semua biaya pengobatan dan operasi dirinya? Sungguh ia ingin berterima kasih secara langsung.Air mata menggenang dipelupuk matanya, tak sanggup menahan emosi dalam dirinya. Masih ada orang kaya sebagai pria muda itu. Hector sedih, apakah ia mampu untuk membalas kebaikannya.Alonzo merasa ayah Maria menatapnya dengan intens, dan seakan ia ingin mengucapkan sesuatu, Alonzo dapat membacanya.Perlahan Alonzo mendekat dan menyentuh tangannya dengan lembut. "Tidak usah berterima kasih, aku membantuny
"Kau yakin tak memikirkan apapun?" tanya Arsen pada Lily setelah menyuruh Alicia dan Charlotte kembali pada tugas mereka masing-masing.Arsen sempat melihat Alicia, ia sudah mengawasinya akhir-akhir ini dan ada perubahan dalam dirinya. Arsen dapat memastikan bawah Alicia kini tak akan menjadi ancaman dan mengganggu Lily lagi. Jika sampai seperti itu maka tak segan-segan Arsen akan mengirimkan Alicia pada Paul.Lily menggeleng pelan, namun mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu, "Aku hanya merindukan ibuku, Arsen," cicitnya pelan.Arsen merangkul pinggang Lily seraya duduk di bangku di rumah kaca tersebut. "Apa keberadaanku tidak membantumu?" tanyanya. "Aku ada disampingmu, menggantikan kedua orang tuamu, untuk menjagamu, sekarang kita akan menjadi keluarga yang sempurna, setelah dia lahir," lanjut Arsen seraya mengelus perut Lily perlahan.Gelenyar aneh mulai menghinggapi tubuh Lily, bahagia mulai dirasakannya. Baru sekarang Arsen mengucapkan bahwa mereka adalah sebuah keluarga. Se
Maria masih menangis tersedu, bahkan kemarin ia sempat beberapa kali pingsan, hatinya begitu sakit dengan kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal.Dokter sudah berusaha untuk menyelamatkannya, tindakan medis yang dilakukan selama kurang lebih 30 menit tidak membuahkan hasil sama sekali, nyawa pasien tak dapat tertolong lagi.Dokter mengatakan, bahwa pasien mengalami kejang pasca operasi. Terkadang pasien seakan sembuh dan dalam keadaan membaik secara signifikan, tapi bisa langsung tiba-tiba drop, dan meninggal. Dan itulah yang dialami oleh Hector ayah dari Maria. Mereka sudah melakukannya sebaik mungkin, namun takdir berkata lain.Anak-anak Luisa mengelilinginya. Luisa tak mampu membendung air matanya lagi. Ellena, Estes, dan Maria memeluknya agar ibu mereka lebih tenang.Luisa sangat mencintai Hector, bagaimanapun mereka sudah puluhan tahun bersama. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya, meratapi kepergiancinta sejatinya, pasangannya, suaminya, ayah dari anak-anaknya.Tubuh Ma
Pertahanan dan perlawanan dari kelompok Viet Bong Toi dapat dengan mudah di lumpuhkan oleh Camilio.Seperti yang Camilio prediksi sebelumnya, kelompok tersebut tidak terlalu terlatih, meskipun 2 orang anak buahnya berhasil di lenyapkan.Namun pengorbanan kedua anak buahnya membuahkan hasil, kini pemimpin Viet Bong Toi berhasil Camilio bawa, Lam Phuong.Kini mereka dalam perjalanan menuju rumah yang berada di ladang. Sesampainya di sana Lam diseret dengan paksa oleh anak buah Camilio dan dimasukkan ke dalam sebuah ruangan.Lam sudah dipukuli agar dia mengaku, dan menyebutkan siapa yang membayar mereka. Namun ia tetap bungkam seribu bahasa, membuat Camilio naik pitam dan meninju wajahnya. Hingga wajah Lam terluka, namun ia tetap tak bergeming.Sejak dia berhasil di tangkap, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ketahanan tubuhnya menerima rasa sakit patut Camilio acungi jempol, serta kesetiaannya yang luar biasa.Namun Camilio tidak menyerah hingga ia terus memerintahkan
Seorang anak buah Camilio berlari terpogoh-pogoh menghampiri Camilio yang sedang berada bersama Pascoe dan Dante."Tuan..., Lam.." napasnya tersengal-sengal karena berlari dengan cepat. "Lam.., bunuh diri," jelasnya terputus-putus.Camilio yang sedang duduk langsung terbangkit, dan segera melangkah menuju kamar tempat Lam berada. Tangannya mengepal dengan kuat, menahan emosi yang menerjang dirinya."Bagaimana ini bisa terjadi??!" geram Camilio kesal seraya meninju tembok lorong yang dilaluinya.Sedangkan Pascoe dan Dante mengikutinya dari belakang tanpa berniat untuk menginterupsinya. Mereka tahu kini Camilio sedang dalam posisi emosi yang meledak-ledak.Jika mengganggu Camilio saat ini sudah pasti tubuh mereka sebentar lagi tergantung di atas pohon.Camilio memasuki ruangan di mana Lam berada. Ia langsung melihat kondisi Lam yang tergantung di jendela dengan baju miliknya yang dibuat seperti tali untuk menggantung dirinya sendiri.Camilio marah dan kesal karena ia merasa kecolongan.
Lily tak sabar menunggu kedatangan Maria, Arsen memberitahunya melalui Paman Albert bahwa Maria sebentar lagi sampai di mansion bersama Alonzo. Sedangkan Arsen masih berada di kantor.Lily mondar-mandir tak karuan menanti Maria. Hingga Charlotte beberapa kali harus mengingatkan Lily untuk lebih berhati-hati."Ah, Charlotte maafkan aku karena membuatmu khawatir, aku hanya tidak sabar menunggu Maria," sesal Lily, kemudian memilih untuk duduk."Tidak apa-apa Nyonya, asal Nyonya lebih berhati-hati dengan langkah anda," seru Charlotte mengingatkan."Terima kasih Charlotte, kau memang baik," ucap Lily dengan tulus."Tidak Nyonya, " Charlotte menggelengkan kepalanya,"Menjaga keselamatan dan kenyamanan Nyonya adalah tugas utama saya," lanjutnya."Tapi, kau juga teman ku Charlotte, jadi kau tidak usah sungkan padaku," seru Lily dengan lembut."Terima kasih atas kebaikan anda, Nyonya," jawab Charlotte dengan senyuman.Lily kembali sedikit berbincang dengan Charlotte hingga akhirnya ia mendengar
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag
Setelah menempuh waktu hampir 3 jam akhirnya helikopter yang ditumpangi oleh rombongan Black Nostra sampai di Miami.Waktu menunjukkan pukul 10 malam lewat saat mereka tiba. Richard dan beberapa anak buahnya menyambut kedatangan Arsen dan yang lainnya.Begitu melihat Arsen dan Mike, Richard langsung menghormat, Arsen dan Mike hanya menganggukkan kepalanya sedikit. Sangat jarang mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan ketua Black Nostra langsung seperti ini.Selama Richard bergabung dengan Black Nostra dan memimpin Black Nostra di cabang Florida, ini kali keduanya bertemu dengan Arsen. Saat ia dilantik dan saat ini. Biasanya ia hanya akan berhubungan dengan Mike saja. Meskipun Richard sering melihat wajah Arsen di televisi, majalah maupun surat kabar."Tuan." Seru Richard."Hmm, bagaimana kabarmu Richard?" Tanya Arsen. Bagaimanapun Richard adalah anak buahnya yang sudah banyak memberikan kontribusi pada Black Nostra.Bisnis Black Nostra sangat aman terkendali di Florida berka
Arsen berjalan memasuki markas, malam ini mereka akan terbang ke Miami dan menyerang markas dan mansion Giuseppe."Mike...," panggilannya pada Mike yang sedang duduk memperhatikan rekaman CCTV di samping Pascoe.Mike langsung menolehkan wajahnya pada Arsen, bukan hanya dia saja yang menoleh dan memberi hormat padanya tapi yang lainnya juga."Ya, Tuan." Seru Mike pada akhirnya."Ke ruanganku!" Titah Arsen."Baik." Jawab Mike kemudian langsung beranjak berdiri dan mulai mengikuti langkah Arsen.Sesampainya di dalam ruangan Arsen mereka duduk saling berhadapan di meja milik Arsen. Arsen tampak membuka laci mejanya dan mengeluarkan sesuatu dari sana dan menaruhnya di atas meja."Sebelum berangkat, sebaiknya kita menghubungi The Composser terlebih dahulu. Agar mereka menutupi tindakan-tindakan yang akan kita lakukan. Dan membuatnya samaran bagi pemerintahan." Jelas Arsen.Mike tampak mengangguk. "Aku setuju Tuan. Penyerangan kita kali ini terbilang besar, apa lagi pada dua tempat. Dan lint
Hari yang ditentukan akhirnya telah tiba. Setelah menghubungi Richard dan Enrico untuk mengkonfirmasi kesiapan pasukan dan bahan peledak, semuanya sudah sempurna dan tak ada yang terlewat.Rencana Penyerangan akan di lakukan menjelang dini hari, dimana mereka semua sedang terlelap, jauh di dalam mimpi mereka saat mereka tidur. Arsen memperkirakan hanya akan ada beberapa orang yang masih terjaga untuk tetap menjaga keamanan mansion maupun markas milik Giu.Mereka akan mulai berangkat menuju Miami setelah makan malam, makan malam mereka percepat 1 jam dari jam biasanya. Karena setelah itu mereka akan kembali berkumpul dan melakukan briefing terakhir sebelum penyerangan.Setelah menikmati makan malamnya, Arsen, Mike dan seluruh anggota inti Black Nostra bersiap berangkat. Mereka makan malam bersama di markas untuk menghemat waktu.Sedangkan Pascoe masih saja berkutat dengan laptop miliknya di ruang rapat. Sebelum keberangkatan Pascoe memutuskan untuk kembali mengecek CCTV-CCTV baik di ma
"Yeayy! Akhirnya aku sudah berhasil meretas CCTV yang berada di markas dan mansion milik Giu." Kali ini Pascoe lah yang tiba-tiba berseru dengan gembira."Perlihatkan pada kami, Pas." Titah Mike."Tunggu, aku akan memperlihatkannya pada kalian melalui layar proyektor agar terlihat dengan jelas oleh semua orang." Seru Pascoe kemudian kembali berkutat dengan Marrie-nya.Dan dalam waktu singkat mereka semua yang berada di dalam ruangan dapat melihat hasil kerja Pascoe yang terpampang di layar di hadapan mereka.Tampak beberapa gambar video terlihat secara bersamaan. Kotak-kotak kecil dan tertulis keterangan tempat di setiap kotak itu. Gerbang, pintu masuk, ruang tengah, halaman, halaman belakang dan banyak lagi."Ini kediaman Giu." Jelas Pascoe.Kemudian gambar pada layar tiba-tiba berubah namun tetap sama terdapat kotak-kotak kecil beberapa."Dan ini markas mereka." Pascoe kembali menjelaskan."Kau memang hebat, Pas!" Puji Mike pada Pascoe."Tentu saja, aku hebat, jangan pernah meraguka
Setelah sarapan, Mike segera berangkat menuju markas untuk memimpin rapat persiapan penyerangan ke Gio Bruscha di Miami. Sedangkan Sasha tinggal di mansion untuk menemani Oleg dan dua orang pengawalnya yang akan kembali ke Moskow sore hari.Mike memasuki ruang rapat di markas, bersamaan dengan semua anggota inti."Dante dan Alonzo, kau cari informasi denah markas dan mansion Gio Bruscha terbaru, lalu serahkan semua pada Camilio supaya bisa dipelajarinya." Seru Mike seraya menatap Alonzo, Dante dan Camilio bergantian."Baik!" jawab Alozo, Dante dan Camilio bersamaan."Jeofre dan Riobard, persiapkan pasukan, rompi anti peluru dan senjata untuk penyerangan kita ke Miami. Pilih 25-30 orang yang terbaik untuk kita berangkatkan." Seru Mike sambil menatap Jeofre dan Riobard."Baik!" jawab Jeofre dan Riobard bersamaan."Karena perjalanan cukup jauh, pasukan harus kita berangkatkan dua hari sebelumnya. Mereka berangkat naik mobil tapi jangan beriringan supaya tidak mencolok dan dicurigai oleh