"Ayah…" lirih Maria. Hector memandang Maria dengan mata yang nanar, Hector jarang sekali bertemu dengan Maria, karena Maria bekerja diluar kota.Ia ingin mengucapkan bahwa ia sangat menyayangi putrinya tersebut, namun mulutnya seakan terkunci. Meskipun begitu Hector tak menyerah, ia menyalurkan rasa cinta dan rindunya melalui tatapannya.Matanya kini beralih pada seorang pria yang berada tak jauh dari Maria. Apakah dia Tuan Alonzo, pria yang merupakan majikan dari putrinya dan yang membayarkan semua biaya pengobatan dan operasi dirinya? Sungguh ia ingin berterima kasih secara langsung.Air mata menggenang dipelupuk matanya, tak sanggup menahan emosi dalam dirinya. Masih ada orang kaya sebagai pria muda itu. Hector sedih, apakah ia mampu untuk membalas kebaikannya.Alonzo merasa ayah Maria menatapnya dengan intens, dan seakan ia ingin mengucapkan sesuatu, Alonzo dapat membacanya.Perlahan Alonzo mendekat dan menyentuh tangannya dengan lembut. "Tidak usah berterima kasih, aku membantuny
"Kau yakin tak memikirkan apapun?" tanya Arsen pada Lily setelah menyuruh Alicia dan Charlotte kembali pada tugas mereka masing-masing.Arsen sempat melihat Alicia, ia sudah mengawasinya akhir-akhir ini dan ada perubahan dalam dirinya. Arsen dapat memastikan bawah Alicia kini tak akan menjadi ancaman dan mengganggu Lily lagi. Jika sampai seperti itu maka tak segan-segan Arsen akan mengirimkan Alicia pada Paul.Lily menggeleng pelan, namun mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu, "Aku hanya merindukan ibuku, Arsen," cicitnya pelan.Arsen merangkul pinggang Lily seraya duduk di bangku di rumah kaca tersebut. "Apa keberadaanku tidak membantumu?" tanyanya. "Aku ada disampingmu, menggantikan kedua orang tuamu, untuk menjagamu, sekarang kita akan menjadi keluarga yang sempurna, setelah dia lahir," lanjut Arsen seraya mengelus perut Lily perlahan.Gelenyar aneh mulai menghinggapi tubuh Lily, bahagia mulai dirasakannya. Baru sekarang Arsen mengucapkan bahwa mereka adalah sebuah keluarga. Se
Maria masih menangis tersedu, bahkan kemarin ia sempat beberapa kali pingsan, hatinya begitu sakit dengan kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal.Dokter sudah berusaha untuk menyelamatkannya, tindakan medis yang dilakukan selama kurang lebih 30 menit tidak membuahkan hasil sama sekali, nyawa pasien tak dapat tertolong lagi.Dokter mengatakan, bahwa pasien mengalami kejang pasca operasi. Terkadang pasien seakan sembuh dan dalam keadaan membaik secara signifikan, tapi bisa langsung tiba-tiba drop, dan meninggal. Dan itulah yang dialami oleh Hector ayah dari Maria. Mereka sudah melakukannya sebaik mungkin, namun takdir berkata lain.Anak-anak Luisa mengelilinginya. Luisa tak mampu membendung air matanya lagi. Ellena, Estes, dan Maria memeluknya agar ibu mereka lebih tenang.Luisa sangat mencintai Hector, bagaimanapun mereka sudah puluhan tahun bersama. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya, meratapi kepergiancinta sejatinya, pasangannya, suaminya, ayah dari anak-anaknya.Tubuh Ma
Pertahanan dan perlawanan dari kelompok Viet Bong Toi dapat dengan mudah di lumpuhkan oleh Camilio.Seperti yang Camilio prediksi sebelumnya, kelompok tersebut tidak terlalu terlatih, meskipun 2 orang anak buahnya berhasil di lenyapkan.Namun pengorbanan kedua anak buahnya membuahkan hasil, kini pemimpin Viet Bong Toi berhasil Camilio bawa, Lam Phuong.Kini mereka dalam perjalanan menuju rumah yang berada di ladang. Sesampainya di sana Lam diseret dengan paksa oleh anak buah Camilio dan dimasukkan ke dalam sebuah ruangan.Lam sudah dipukuli agar dia mengaku, dan menyebutkan siapa yang membayar mereka. Namun ia tetap bungkam seribu bahasa, membuat Camilio naik pitam dan meninju wajahnya. Hingga wajah Lam terluka, namun ia tetap tak bergeming.Sejak dia berhasil di tangkap, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ketahanan tubuhnya menerima rasa sakit patut Camilio acungi jempol, serta kesetiaannya yang luar biasa.Namun Camilio tidak menyerah hingga ia terus memerintahkan
Seorang anak buah Camilio berlari terpogoh-pogoh menghampiri Camilio yang sedang berada bersama Pascoe dan Dante."Tuan..., Lam.." napasnya tersengal-sengal karena berlari dengan cepat. "Lam.., bunuh diri," jelasnya terputus-putus.Camilio yang sedang duduk langsung terbangkit, dan segera melangkah menuju kamar tempat Lam berada. Tangannya mengepal dengan kuat, menahan emosi yang menerjang dirinya."Bagaimana ini bisa terjadi??!" geram Camilio kesal seraya meninju tembok lorong yang dilaluinya.Sedangkan Pascoe dan Dante mengikutinya dari belakang tanpa berniat untuk menginterupsinya. Mereka tahu kini Camilio sedang dalam posisi emosi yang meledak-ledak.Jika mengganggu Camilio saat ini sudah pasti tubuh mereka sebentar lagi tergantung di atas pohon.Camilio memasuki ruangan di mana Lam berada. Ia langsung melihat kondisi Lam yang tergantung di jendela dengan baju miliknya yang dibuat seperti tali untuk menggantung dirinya sendiri.Camilio marah dan kesal karena ia merasa kecolongan.
Lily tak sabar menunggu kedatangan Maria, Arsen memberitahunya melalui Paman Albert bahwa Maria sebentar lagi sampai di mansion bersama Alonzo. Sedangkan Arsen masih berada di kantor.Lily mondar-mandir tak karuan menanti Maria. Hingga Charlotte beberapa kali harus mengingatkan Lily untuk lebih berhati-hati."Ah, Charlotte maafkan aku karena membuatmu khawatir, aku hanya tidak sabar menunggu Maria," sesal Lily, kemudian memilih untuk duduk."Tidak apa-apa Nyonya, asal Nyonya lebih berhati-hati dengan langkah anda," seru Charlotte mengingatkan."Terima kasih Charlotte, kau memang baik," ucap Lily dengan tulus."Tidak Nyonya, " Charlotte menggelengkan kepalanya,"Menjaga keselamatan dan kenyamanan Nyonya adalah tugas utama saya," lanjutnya."Tapi, kau juga teman ku Charlotte, jadi kau tidak usah sungkan padaku," seru Lily dengan lembut."Terima kasih atas kebaikan anda, Nyonya," jawab Charlotte dengan senyuman.Lily kembali sedikit berbincang dengan Charlotte hingga akhirnya ia mendengar
Saat ini mereka sudah berada di bandara dan berjalan menuju pesawat yang akan membawa mereka pulang ke New York.Camilio masih berwajah muram dan penuh dengan emosi. Karena ia merasa gagal, dan sedang menunggu hukuman apa yang akan di dapatkannya dari Arsen.Dante dan Pascoe pun tidak akan luput dari hukuman Arsen, karena mereka turut lalai dalam menjalankan misi.Tapi sepertinya hukuman yang menanti Pascoe dan Dante tidak membuat mereka tertekan.Bahkan kini Dante sedang menelepon beberapa kekasihnya."Hallo Anastasya," seru Dante dengan riang."...""Aku akan menemuimu hari selasa ya, tunggu aku sayang. Aku mencintaimu."Kemudian Dante menutup panggilannya, dan ia tampak kembali berkutat dengan ponselnya."Hai Babe, aku sedang dalam perjalanan kembali ke New York.""...""Tentu saja, Celine ku yang cantik aku mencintaimu, rabu aku akan ke apartememu.""...""Bye."Dante menutup panggilannya kemudian kembali menekan nomor seseorang lagi."Honey ku Alura, pangeranmu sedang dalam perja
Arsen mendapatkan informasi bahwa pesawat yang ditumpangi oleh Camilio, Pascoe dan Dante sudah mendarat, dan sebentar lagi mereka akan menuju ke markas Black Nostra.Arsen beserta Mike segera menuju markas untuk berbicara langsung dengan Camilio mengenai misi mereka di Vietnam, dan kejadian Lam.Camilio dan yang lainnya sudah sampai lebih dulu saat Arsen dan Mike sampai di markas. Tanpa membuang waktu mereka segera menuju ruang rapat.Tampak ketegangan terlihat di wajah Camilio karena memang dialah pemimpin dari misi tersebut. Camilio orang yang selalu bertanggung jawab dalam setiap tugasnya.Namun kejadian Lam bunuh diri di luar prediksinya. Dan ia harus mempertanggung jawabkan semuanya.Arsen sudah menatap tajam ketiga anak buahnya. Kini Pascoe dan Dante bersikap serius, karena rapat kali ini bukan main-main. Tentu saja mereka takut jika Arsen akan menerkam mereka tiba-tiba. Jadi ini saatnya untuk serius."Ceritakan apa yang terjadi," seru Arsen dengan datar dan dingin yang ditujuka
"Sashaaa...!!" Pekik Mike seraya menangkap tubuh Sasha yang ambruk supaya tidak jatuh ke lantai. Berkat kesigapan Mike Sasha tak terjatuh ke lantai, karena Mike berhasil menangkapnya.Riobard dan Camilio yang sedang mengobrol di dekat pintu masuk ruang meeting terkejut mendengar suara pekikan Mike. Dengan segera mereka mencari lokasi sumber suara dan segera berjalan cepat mendekati Mike dan Sasha.Sasha sudah dalam gendongan Mike saat Riobard dan Camilio datang menghampiri."Sasha kenapa Mike?" Tanya Camilio khawatir dan penasaran. Ia dapat melihat wajah Sasha yang tampak pucat. Begitu pula Riobard yang sedikit khawatir terlihat di wajahnya."Awalnya dia ikut kemari untuk bersenang-senang sedikit dengan Giu tapi mendadak ingat Tuan yang pernah memotong lengan Ken lalu dia mual dan malah pingsan!" Jelas Mike dengan sedikit panik."Bawa ke klinik saja Mike. Dokternya masih ada. Aku baru saja menengok Dante. Jeofre dan Alonzo tadi ke sana." Sahut Riobard dengan cepat."Baik, aku akan mem
Dengan perlahan Sasha melerai pelukan Mike, Mike tampak masih terlelap dalam tidurnya. Pagi sekali Mike sudah kembali ke kamar dan tidur di samping Sasha.Dengan perlahan Sasha mulai turun dari tempat tidurnya. Berusaha tak membangunkan Mike yang tampak raut kelelahan di wajahnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sasha segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Mike.Sasha memanggang beberapa lembar roti kemudian menaruh potongan daging asap, potongan tomat, selada dan satu lembaran keju di tengahnya, kemudian menaruhnya di atas piring. Sasha juga mengambil semangkuk salad kesukaan Mike dan dua gelas jus apel. Semua itu ditaruh di atas meja dorong dan dibawanya ke dalam kamar.Saat memasuki kamar, terlihat Mike mulai terbangun."Jam berapa ini?" Tanya Mike dengan suara serak seraya mengucek matanya."Hampir jam sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." jawab Sasha."Hmm.. kebetulan sekali, aku agak lapar." Jawab Mike sambil turun dari ranjang dan mende
Anggota inti Black Nostra segera memasuki helikopter. Arsen dan Mike terbang kembali ke New York memakai helikopternya yang lebih kecil sedangkan seluruh anak buahnya dan Giuseppe yang tertawan berada di dalam helikopter yang besar.Misi penumpasan Gio Bruscha terbilang sukses, meskipun ada 6 pengawal mereka yang tewas, bahkan Sam dan Dante terkena tembakan. Meskipun tidak parah.Yang terpenting adalah mereka telah menghancurkan Gio Bruscha dan menangkap Giuseppe hidup-hidup. Mereka akan mengintrogasi Giuseppe untuk memastikan tidak ada orang lain lagi dalam persekongkolannya untuk menjatuhkan Black Nostra.Arsen dan Mike duduk bersebelahan untuk mendiskusi penghargaan apa yang akan diberikan kepada beberapa pengawal yang tewas, termasuk memantau Richard membereskan urusan di Miami agar semuanya berjalan aman.Sementara di dalam helikopter, Dante tak henti-hentinya merintih dan mengomel, sesaat sebelum helikopter diterbangkan hingga mulai lepas landas."Aduh.. lenganku sakit sekali..
Arsen dan seluruh anggota inti Black Nostra telah sampai di hanggar tempat kedua helikopter diparkirkan. Jeofre dan Enrico segera menggotong Giuseppe ke dalam helikopter, sedangkan Riobard dan Alonzo memindahkan semua perlengkapan senjata ke dalam helikopter."Buka jasmu, Dante. Aku akan memeriksa lukamu," seru Camilio sambil membuka ikatan sapu tangannya di lengan Dante, lalu mengambil kotak P3K dan senter yang selalu tersedia di dalam setiap mobil.Saat masih di militer, Camilio sudah terlatih untuk mengobati luka secara darurat, baik itu luka tembak maupun luka tusukan dengan peralatan sederhana.Dante melepas jasnya dibantu oleh Pascoe dan tampak kemeja Dante yang berwarna putih, banyak noda darah di sekitar luka tembaknya pada lengan atas sebelah kanan.Dante duduk di atas kursi mobil van bagian tengah dekat pintu mobil dan Camilio berdiri di dekatnya.Camilio menarik sedikit kain lengan panjang Dante ke atas dan melalui lubang yang kena tembak itu Camilio memasukkan satu jariny
"Tuan, bagaimana dengan pria bernama Pierre itu? Alonzo mengatakan bahwa ia tak menemukan pria itu di markas Giu." Seru Mike pada Arsen sambil menolehkan wajahnya pada Arsen yang duduk di kursi belakang."Minta Pascoe untuk mencari tahu keberadaan Pierre, kemudian perintahkan Richard untuk menghabisinya. Ia terlalu berbahaya untuk Black Nostra. Karena ia tahu pasti kita lah dalang di balik penghancuran Gio Bruscha. Dia bisa menjual informasi ini ke siapapun." Jelas Arsen."Baik Tuan."Mike segera menekan tombol di earphonenya, dan menghubungi Pascoe."Pas, kau cari keberadaan Pierre. Apapun caranya, dia harus ditemukan, dan cepat kabari aku jika kau sudah menemukannya." Titah Mike pada Pascoe."Tunggu sebentar, Mike. Tidak mudah untuk menemukannya, namun aku yakin akan bisa menemukan dimana ia berada sekarang." Jawab Pascoe dengan sangat yakin.Di tempatnya Pascoe kembali mengotak-atik laptop miliknya dan berusaha mencari tahu keberadaan Pierre.Memang membutuhkan waktu yang cukup lam
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag