"Aku saja yang akan mencucinya," seru Sasha, saat Mike menyimpan semua piring kotornya ke dalam wastafel dan hendak mencucinya.Mereka sudah selesai makan, Mike hanya membuat makanan dengan memanfaatkan bahan makanan yang tersisa di kulkas."Apa kau yakin?" tanya Mike, dan Sasha mengangguk. Tentu saja Sasha yakin, jika hanya mencuci piring sudah pasti ia bisa melakukannya."Baiklah." Mike menyerahkan pekerjaannya pada Sasha, kini ia hanya tinggal mengawasi Sasha melakukan pekerjaannya. Mike tidak akan meninggalkannya, karena ia tak ingin dapurnya akan berubah menjadi kapal terguling dengan piring-piring yang pecah di lantai.Mike bisa melihat Sasha begitu hati-hati saat mencuci semua piring-piring kotor itu. Setidaknya Sasha mau mencoba nya.Kini Sasha sudah menyelesaikan pekerjaannya."Selesai!" ucapnya dengan girang seraya menoleh pada Mike dan melepas apron mencucinya.Mike sedari tadi berdiri dan menyandarkan pinggang nya di meja makan dengan tangan yang terlipat di dada seraya me
Selepas mengizinkan Maria pergi, Arsen tidak membawa Lily ke dalam kamar. Namun ia mengajak istrinya tersebut untuk berjalan-jalan di sekitar mansion.Suasana malam di mansion tampak lain, berbeda dengan keadaan di siang hari. Jika siang hari maka akan terlihat beberapa pelayan berlalu lalang, pada malam hari tidak ada. Mungkin mereka sudah mulai untuk beristirahat di kamar mereka masing-masing melepas lelah.Entah apa yang merasuki Arsen hingga mengajak Lily untuk berjalan-jalan. Arsen hanya berpikir mungkin ia harus sering-sering mengajak istrinya berduaan selain di dalam kamar. Meskipun itu hanya berkeliling di mansion, ya tidak buruk.Arsen terus menggenggam tangan Lily seolah Lily anak kecil yang jika terlepas dari pegangan ibunya kan hilang karena berlarian kesana kemari."Kita akan kemana?" tanya Lily yang mulai bingung."Aku hanya ingin berkeliling mansion bersamamu," ujar Arsen. Tangan mereka masih bertautan. Saling berbagi kehangatan melalui telapak tangan mereka."Hmm..., b
Niatnya hanya ingin mengambil sesuatu yang tertinggal di rumah kaca, yang ia tinggal saat tadi bekerja, ternyata membawanya pada pemandangan yang paling mengerikan dalam hidupnya.Pujaan hatinya sedang bermesraan dengan istrinya sungguh memuakkan. Seharusnya ia yang berada di sana, seharusnya dirinya lah yang sedang dicumbu oleh pujaan hatinya.Tangannya mengepal dengan kuat menahan emosi yang hampir meledak dalam dirinya.Alicia ingin meraung, ingin menjerit, ingin menghempaskan sesuatu. Namun tak mungkin.Sungguh, ia ingin mendorong tubuh Lily untuk menjauhi pujaan hatinya. Bisa-bisa nya wanita tidak tahu diri itu merebut tempat yang seharusnya jadi miliknya.Hatinya bergemuruh, kilatan amarah terpancar di matanya, terutama saat pujaan hatinya memeluk dan mengecup wanita itu. Argghhh…Kenapa harus wanita sok polos dan sok baik itu sih? Aku lebih cantik, dan aku masih muda!! Kenapa semua orang mengkhianatiku, termasuk keluargaku hah?!.Ini tidak adil dan aku tidak suka! Aku harus men
"Maafkan, kencan kita jadi kacau," dengus Arsen. Kini mereka sudah kembali di dalam kamar. Angin malam mulai berhembus sedikit kencang, tidak baik untuk Lily, lagi pula kejadian tadi membuat Arsen dalam kondisi yang buruk.Lily tersenyum simpul kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan. "Itu bukan salahmu," ujarnya seraya menyentuh rahang Arsen."Kita masih bisa kencan lain kali, kita punya banyak waktu," Lily menenangkan Arsen.Lily senang, rupanya Arsen menganggap bahwa tadi itu kencan mereka. Lily ingin tersenyum geli, tapi ia tahan, takut jika ia menertawakan Arsen walaupun sebenarnya iya.Arsen mulai melembut namun Lily belum berani untuk bercanda dengannya. Masih ragu, namun kemajuan dari sikap Arsen ini sudah sangat lebih baik daripada sebelumnya.Lily selalu bersyukur mengenai ini.Arsen mengangguk seraya menyentuh tangan Lily yang menyentuh rahangnya. "Kau tidur, sudah malam.""Iya, ayo," jawab Lily sambil mengangguk pelan.***Bagaimana aku harus memulainya??! Ahh..., bodohh
Sudah dua hari Arsen tidak mendapatkan kabar dari Dante. Dante sedang menjalankan misi di Asia. Tepatnya Vietnam. Beberapa bulan yang lalu ladang dan pabrik ganja miliknya sempat di bakar oleh musuhnya.Dan Dante diperintahkan untuk menyelidikinya di bantu oleh Triad dan Yakuza yang Arsen sewa. Karena Black Nostra tidak memiliki banyak Afiliasi di Vietnam.Arsen akan meminta bantuan Pascoe untuk mencari tahu Dante. Arsen takut jika Dante sedang dalam bahaya saat ini. Di tambah Mike belum kembali dari Rusia.Urusan Mike dengan Yuri mengenai Sasha Arsen tidak akan ikut campur dalam urusan tersebut. Karena tidak ada keterkaitannya dengan Black Nostra.Arsen sedikit kerepotan saat Mike tidak ada karena ia harus membagi waktu antara Black Nostra dan Lazcano Corp's. Ditambah ia harus memperhatikan Lily."Bagaimana apa kau sudah mendapatkan info dari wanita itu?" tanya nya."Sudah Tuan," jawab Elliot pada Tuannya.Semalam ia sudah membuat Margaret berbicara saat mereka di atas ranjang. Tentu
Setelah kejadian di mobil tadi Alonzo semakin kikuk di hadapan Maria. Kesalahannya begitu sangat bodoh. Sudah pasti kini Maria memandangnya sebagai orang yang aneh.Saat ini mereka sudah sampai di rumah Maria, berada di pinggiran kota, dan jauh dari hiruk pikuk kota.Rumahnya begitu sederhana, jarak satu rumah ke rumah yang lainnya cukup jauh. Bahkan di samping dan belakang rumah Maria orang tuanya menanami beberapa tumbuhan dan sayuran.Meskipun kecil begitu tampak asri. Alonzo tidak dapat melihatnya dengan jelas, karena ini sudah malam.Saat mereka datang, mereka hanya disambut oleh adik laki-laki Maria yang masih bersekolah. Estes.Estes mengatakan jika ibu dan kakaknya menemani ayah mereka yang sedang di rawat di rumah sakit. Maria sempat menghubungi ibunya untuk menyusulnya ke rumah sakit, namun ibunya melarang karena ini sudah terlalu malam. Maka dari itu Maria memutuskan untuk datang ke rumah sakit di keesokan paginya.Alonzo di persilahkan tidur di kamar Estes, sedangkan Estes
"Ck!" Alonzo berdecak kesal saat ponselnya menyala dan memunculkan nama Pascoe di layar. Bukan panggilan suara, tapi panggilan video."Apa dia pikir aku kekasihnya??! Panggilan suara sudah cukup!!" dengus Alonzo.Dengan enggan Alonzo mengusap tombol berwarna hijau ke atas untuk menerima panggilan tersebut. Saat ini ia sedang duduk di teras rumah Maria sambil menikmati beer kalengannya."Al..., kau di mana?" tanya Pascoe begitu wajahnya terlihat penuh di layar ponsel milik Alonzo."Di suatu tempat, " jawab Alonzo datar seraya meneguk beernya."Suatu tempat? Apa yang kau lakukan?!" Pascoe kembali bertanya."Bukan urusanmu!!" ujar Alonzo sedikit meninggi. Sudah pasti ia kesal dengan Pascoe, karena bocah itu akan terus merentet pertanyaan padanya."Ck!! Al, kau terlihat sangat mengerikan!" ujar Pascoe.bAlonzo menatap Pascoe di layar dengan raut wajah yang ketara sangat kesal. "Shut up your fucking mouth, Pas!!" Belum juga beberapa menit Pascoe selalu sukses membuat emosi Alonzo meroket.
"Haha..., harusnya kau senang Al, ini kesempatanmu untuk menyatakan perasaanmu pada Maria, jangan terus dipendam. Aku sudah bosan mendengar igauanmu memanggil nama Maria terus, mengganggu tidurku," goda Pascoe."Kau memang bocah sialan, Pas!!" pekik Alonzo."Aku serius Al, jangan menunda terlalu lama, beritahu kau mencintai Maria, Al." Pascoe masih menggoda Alonzo, sedangkan Alonzo mendengus kesal."Kau akan menyesal jika tidak mengatakannya," seru Pascoe kemudian.Alonzo merasa ucapan Pascoe ada benarnya, tapi ia benar-benar belum memiliki keberanian tersebut. Entahlah apa yang membuatnya seperti itu, namun setiap ia berada di dekat Maria, tindakan dan sikapnya selalu berlawanan dengan apa yang ada dipikirannya. Saling bertentangan, seakan sikapnya berkhianat padanya.Kesal dan marah? Tentu saja.Alonzo hanya takut kejadian dahulu terulang lagi, ketika ia sudah sangat mencintai seseorang, tapi orang yang dicintainya mengkhianatinya. Bahkan pekerjaan dirinya dijadikan alasan.Bahkan w
"Sashaaa...!!" Pekik Mike seraya menangkap tubuh Sasha yang ambruk supaya tidak jatuh ke lantai. Berkat kesigapan Mike Sasha tak terjatuh ke lantai, karena Mike berhasil menangkapnya.Riobard dan Camilio yang sedang mengobrol di dekat pintu masuk ruang meeting terkejut mendengar suara pekikan Mike. Dengan segera mereka mencari lokasi sumber suara dan segera berjalan cepat mendekati Mike dan Sasha.Sasha sudah dalam gendongan Mike saat Riobard dan Camilio datang menghampiri."Sasha kenapa Mike?" Tanya Camilio khawatir dan penasaran. Ia dapat melihat wajah Sasha yang tampak pucat. Begitu pula Riobard yang sedikit khawatir terlihat di wajahnya."Awalnya dia ikut kemari untuk bersenang-senang sedikit dengan Giu tapi mendadak ingat Tuan yang pernah memotong lengan Ken lalu dia mual dan malah pingsan!" Jelas Mike dengan sedikit panik."Bawa ke klinik saja Mike. Dokternya masih ada. Aku baru saja menengok Dante. Jeofre dan Alonzo tadi ke sana." Sahut Riobard dengan cepat."Baik, aku akan mem
Dengan perlahan Sasha melerai pelukan Mike, Mike tampak masih terlelap dalam tidurnya. Pagi sekali Mike sudah kembali ke kamar dan tidur di samping Sasha.Dengan perlahan Sasha mulai turun dari tempat tidurnya. Berusaha tak membangunkan Mike yang tampak raut kelelahan di wajahnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sasha segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Mike.Sasha memanggang beberapa lembar roti kemudian menaruh potongan daging asap, potongan tomat, selada dan satu lembaran keju di tengahnya, kemudian menaruhnya di atas piring. Sasha juga mengambil semangkuk salad kesukaan Mike dan dua gelas jus apel. Semua itu ditaruh di atas meja dorong dan dibawanya ke dalam kamar.Saat memasuki kamar, terlihat Mike mulai terbangun."Jam berapa ini?" Tanya Mike dengan suara serak seraya mengucek matanya."Hampir jam sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." jawab Sasha."Hmm.. kebetulan sekali, aku agak lapar." Jawab Mike sambil turun dari ranjang dan mende
Anggota inti Black Nostra segera memasuki helikopter. Arsen dan Mike terbang kembali ke New York memakai helikopternya yang lebih kecil sedangkan seluruh anak buahnya dan Giuseppe yang tertawan berada di dalam helikopter yang besar.Misi penumpasan Gio Bruscha terbilang sukses, meskipun ada 6 pengawal mereka yang tewas, bahkan Sam dan Dante terkena tembakan. Meskipun tidak parah.Yang terpenting adalah mereka telah menghancurkan Gio Bruscha dan menangkap Giuseppe hidup-hidup. Mereka akan mengintrogasi Giuseppe untuk memastikan tidak ada orang lain lagi dalam persekongkolannya untuk menjatuhkan Black Nostra.Arsen dan Mike duduk bersebelahan untuk mendiskusi penghargaan apa yang akan diberikan kepada beberapa pengawal yang tewas, termasuk memantau Richard membereskan urusan di Miami agar semuanya berjalan aman.Sementara di dalam helikopter, Dante tak henti-hentinya merintih dan mengomel, sesaat sebelum helikopter diterbangkan hingga mulai lepas landas."Aduh.. lenganku sakit sekali..
Arsen dan seluruh anggota inti Black Nostra telah sampai di hanggar tempat kedua helikopter diparkirkan. Jeofre dan Enrico segera menggotong Giuseppe ke dalam helikopter, sedangkan Riobard dan Alonzo memindahkan semua perlengkapan senjata ke dalam helikopter."Buka jasmu, Dante. Aku akan memeriksa lukamu," seru Camilio sambil membuka ikatan sapu tangannya di lengan Dante, lalu mengambil kotak P3K dan senter yang selalu tersedia di dalam setiap mobil.Saat masih di militer, Camilio sudah terlatih untuk mengobati luka secara darurat, baik itu luka tembak maupun luka tusukan dengan peralatan sederhana.Dante melepas jasnya dibantu oleh Pascoe dan tampak kemeja Dante yang berwarna putih, banyak noda darah di sekitar luka tembaknya pada lengan atas sebelah kanan.Dante duduk di atas kursi mobil van bagian tengah dekat pintu mobil dan Camilio berdiri di dekatnya.Camilio menarik sedikit kain lengan panjang Dante ke atas dan melalui lubang yang kena tembak itu Camilio memasukkan satu jariny
"Tuan, bagaimana dengan pria bernama Pierre itu? Alonzo mengatakan bahwa ia tak menemukan pria itu di markas Giu." Seru Mike pada Arsen sambil menolehkan wajahnya pada Arsen yang duduk di kursi belakang."Minta Pascoe untuk mencari tahu keberadaan Pierre, kemudian perintahkan Richard untuk menghabisinya. Ia terlalu berbahaya untuk Black Nostra. Karena ia tahu pasti kita lah dalang di balik penghancuran Gio Bruscha. Dia bisa menjual informasi ini ke siapapun." Jelas Arsen."Baik Tuan."Mike segera menekan tombol di earphonenya, dan menghubungi Pascoe."Pas, kau cari keberadaan Pierre. Apapun caranya, dia harus ditemukan, dan cepat kabari aku jika kau sudah menemukannya." Titah Mike pada Pascoe."Tunggu sebentar, Mike. Tidak mudah untuk menemukannya, namun aku yakin akan bisa menemukan dimana ia berada sekarang." Jawab Pascoe dengan sangat yakin.Di tempatnya Pascoe kembali mengotak-atik laptop miliknya dan berusaha mencari tahu keberadaan Pierre.Memang membutuhkan waktu yang cukup lam
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag