Dengan langkah gontai, aku berjalan keluar dari klinik dokter spesialis kulit yang baru saja aku kunjungi. Sedih rasanya, menjalani hidup yang seperti tak ada artinya ini. Saat ini, istri aku tak punya. Bahkan, anak pun aku tak ada. Siapa lagi tempatku untuk berbagi kasih sayang? Kalau sudah begini, tak ada lagi semangat dalam hidupku.Ting!Bunyi satu pesan masuk di ponselku. Dengan lesu, aku mengambil ponsel dari saku celanaku. Ternyata pesan dari Ibu.["Ken, Ibu sudah buatkan bubur untukmu makan siang. Hari ini, Dini sudah mulai masuk sekolah. Kunci rumah Ibu titipkan pada tetangga sebelah. Ibu mau jualan pecel keliling dulu."] Bunyi pesan dari Ibu.Membaca pesan dari Ibu, seketika hatiku menghangat. Aku baru tersadar, aku masih memiliki Ibu dan juga Dini yang masih peduli dan menyayangiku. Jika aku tak ada, pastilah Ibu dan Dini akan sedih bukan? Karena hanya akulah yang bisa diandalkan untuk membantu biaya kehidupan Ibu dan juga Dini adikku.Tiba-tiba, semangat hidupku kembali la
Pagi ini, cuaca cukup cerah. Secerah hatiku yang kembali bersemangat untuk menjalani hidup kembali. Sebagai seorang pria, memanglah aku harus kuat bukan? Aku tak ingin terus-menerus meratapi nasib yang hanya akan membuat hidupku semakin jatuh terpuruk. Aku akan berusaha, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.Dengan langkah bersemangat, aku berjalan masuk ke dalam gedung kantor untuk bekerja seperti biasanya."Loh, Kenzie, kok kamu sudah masuk? Memang kamu sudah sembuh?" tanya Pak Ahmad saat aku baru datang."Iya, Pak. Saya sudah sehat kok," jawabku."Alhamdulillah, saya senang lihat kamu sehat lagi. Meskipun kamu baru, saya suka dengan cara kerja kamu yang rajin. Semoga kamu betah ya, untuk terus bekerja disini," kata Pak Ahmad."Iya, Pak. Terima kasih, Insya Allah saya betah kerja disini, Pak," jawabku.Pak Ahmad hanya tersenyum dan mengangguk mendengar jawaban dariku. Aku pun segera masuk ke dalam untuk melakukan pekerjaanku pagi ini seperti biasanya."Ken, ini undangan buat k
"Ken, besok datang ya ke acara pernikahan Pak Sony dan Bu Naya. Nanti saya jemput, kita berangkat bareng-bareng sama karyawan cleaning servis lainnya," kata Pak Ahmad menghampiriku."Tapi, Pak. Karyawan cleaning servis di kantor ini kan banyak. Memang mobil Pak Ahmad muat?""Kita datangnya bareng sama karyawan cleaning servis di lantai 2 ini aja, Ken. Kan cuma ada 6 orang. Pastilah muat, apa kamu mau ajak anak dan istri kamu juga?""Eh, enggak kok, Pak. Saya datang sendiri," jawabku."Ya sudah, berarti kamu berangkat bareng kami saja," kata Pak Ahmad.Mau tak mau, akhirnya, aku pun mengiyakan ajakan dari Pak Ahmad untuk berangkat bersama dengan karyawan cleaning servis lainnya. Tak enak rasanya, menolak ajakan dari Pak Ahmad. Mengingat, Pak Ahmad selama ini begitu baik padaku.🍀Dan akhirnya, acara yang ditunggu-tunggu oleh semua karyawan di perusahaan Pak Sony pun tiba. Kini aku sudah datang bersama karyawan bagian cleaning servis lainnya bersama Pak Ahmad seperti janjinya kemarin.
POV Anggun"Aw, sakit, Mas!" teriakku sambil menangis. Tarikan tangan Mas Kenzie di rambutku, membuat kepalaku benar-benar terasa sangat sakit.Seketika, Mas Kenzie melepaskan tangannya dari rambutku"Aaarrrggghhh!" Mas Kenzie berteriak frustasi, lalu memukul tembok dengan kuat menggunakan kepalan tangannya.Aku yakin, hati Mas Kenzie saat ini hancur setelah mengetahui perselingkuhanku. Terlihat dari air mata yang menetes dari sudut matanya. Tak lama, Mas Kenzie pergi membawa tas besarnya dan meninggalkanku begitu saja.Aku sedikit lega, akhirnya Mas Kenzie pergi juga dari rumahku. Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku berusaha untuk berdiri.Aku memandang wajahku di depan cermin. Bekas tamparan dari tangan Mas Kenzie masih terlihat jelas jejak merahnya di pipiku. Juga bekas cekikan dileher ku, terlihat kemerahan dan sedikit nyeri. Aku tak menyangka, perselingkuhan yang selama ini aku tutupi dengan sangat rapi, akhirnya terbongkar sudah.Untung saja, lelaki pecundang yang tadinya be
"Hallo, Mas. Kamu dimana?" tanyaku pada Mas Rian setelah sambungan telepon terhubung.["Aku lagi kerja, Sayang. Ada apa?"] jawab Mas Rian."Apa kamu gak bisa libur? Aku sekarang lagi sakit, anak-anak gak ada yang urus," kataku.["Gak bisa, Sayang. Hari ini aku ada rapat sama bos aku. Lagian, Sesil hari ini ngajak ke dokter kandungan juga,"] jawab Mas Rian.Aku mendengkus kesal, lalu segera mematikan sambungan telepon secara sepihak. Itu salah satu kekurangan Mas Rian, tak pernah perhatian padaku dan juga anak-anakku. Hanya uangnya saja yang selalu mengalir jika aku butuhkan. Lagi pula, Mas Rian masih mempunyai seorang istri. Apalagi, istrinya saat ini tengah mengandung. Tentulah ia akan lebih mementingkan istrinya dulu. Beginikah nasib menjadi seorang wanita simpanan? Saat awal menikah dengan Mas Kenzie pun begitu, aku selalu saja dinomor duakan.Aku segera memesan makanan di aplikasi online. Kasian anak-anakku, jam segini belum makan, karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10.
"Iya, Ma. Aku masih ingat," jawabku lesu."Ah sudahlah, kepala Mama mendadak pusing kalau ingat ulah kamu dulu," kata Mama sambil memijit pelipisnya."Ma, aku mohon, Mama jangan ungkit lagi masa lalu aku. Aku tahu aku salah, tapi mau bagaimana lagi. Semua sudah terjadi," kataku."Mama juga malas bahasnya. Tapi, gak tahu lah, sampai sekarang Mama masih selalu kepikiran. Apalagi Papa kamu, sampai sekarangpun dia gak mau lagi nyebut nama kamu," kata Mama.Gara-gara kesalahanku dimasa lalu itu, Papa memang sangat membenciku. Bahkan, Papa tak mau melihatku hingga detik ini. Begitu juga dengan Kak Reno kakakku, ia sama seperti Papa. Menanyakan kabarku pun, ia tak pernah. Aku seperti dibuang oleh keluarga itu, hanya Mama saja yang masih mau peduli padaku. Meskipun sikap Mama masih ketus, tapi, aku yakin Mama masih begitu sayang padaku."Clara, sini Sayang. Oma kangen," kata Mama melihat Clara yang sudah selesai menghabiskan satu botol susu formula yang tadi aku buatkan."Ya ampun, badan Clar
Setelah kepergian Mama membawa pulang kedua anakku, aku segera bersiap-siap untuk pergi ke butik.Ting!Satu pesan masuk ke dalam ponselku, saat aku sedang mengunci pintu rumah. Aku mengambil ponsel milikku di dalam tas kecil yang aku bawa. Ternyata pesan dari Mas Rian. Sudah satu Minggu tak ada kabar, akhirnya ia mengirim pesan untukku.["Sayang, gimana kabar kamu?] bunyi pesan dari Mas Rian.["Aku baik, Mas. Kamu sendiri gimana? Kenapa baru ngasih kabar?"] balasku.["Maaf, minggu-minggu ini aku sibuk ngurusin Sesil yang lagi manja banyak maunya. Kita ketemuan yuk, aku kangen nih,"] balasan pesan dari Mas Rian. Sebal rasanya, jika Mas Rian menyebut nama istrinya itu, tapi, hati ini seketika berbunga kala Mas Rian bilang kangen padaku.Setelah menentukan tempat untuk bertemu, aku melanjutkan langkah menuju mobilku. Sebelum bertemu dengan Mas Rian nanti, aku ingin membuka butik dulu. Karena aku dan Mas Rian sudah janjian, akan bertemu sore nanti.☘️Sore ini, seperti janji Mas Rian pag
POV Naya💐Entah sudah berapa banyak tamu undangan yang menyalamiku dan Mas Sony, seperti tak ada habis-habisnya. Tangan dan kakiku juga sudah terasa sangat pegal berdiri di pelaminan ini. Belum lagi, kami harus melayani setiap tamu undangan yang ingin mengabadikan momen ini dengan berfoto bersama kami. Tapi tak apalah, rasa lelah ini tak ada artinya, jika dibandingkan dengan kebahagiaan yang aku dapatkan saat ini.Mataku menyipit, saat melihat ada Mas Kenzie diantara deretan tamu undangan yang sedang mengantri untuk menyalami kami. Meskipun kepalanya menunduk, aku masih bisa mengenalinya. Bagaimana tidak, kami sudah pernah hidup bersama hingga hampir 8 tahun lamanya. Dan kini, kami telah berpisah dan menjalani hidup masing-masing.Berbeda denganku, kehidupan Mas Kenzie terlihat sangat memprihatinkan saat ini. Entah apa yang terjadi padanya setelah kami berpisah dulu. Karena aku sendiri, kini telah menemukan kebahagiaanku. Mungkin, ini sudah menjadi garis takdir yang Tuhan berikan un