"Apa wanita itu cantik, terus ada lesung pipitnya?""Iya bener, Nay. Wajahnya manis banget kejawa-jawaan gitu. Kok Lo tahu, Nay?""Kayaknya dia si Anggun. Lo inget gak waktu dulu ada acara syukuran di rumah mertua gue dan gue gak dikasih tahu," kataku."Iya, gue inget. Yang waktu kita ketemu sama tetangga mertua Lo itu kan?""Nah iya. Dia itu Anggun, keponakan Ibu yang ngadain acara syukuran waktu itu.""Oh gitu, jadi ceritanya dia sepupunya Kenzie?""Katanya sih gitu. Tapi gue gak percaya.""Loh, kenapa emang?""Ya aneh aja, setiap gue pengen ketemu sama Anggun kok seolah-olah gue dihalangi sama keluarga Mas Kenzie. Mas Kenzie juga kayak nutup-nutupin gitu.""Wah, kayaknya kita mesti cari tahu deh, Nay.""Makanya itu, gue butuh bantuan Lo buat cari tau siapa Anggun itu sebenarnya," kataku."Oke, Nay. Pokoknya gue siap bantu Lo kapanpun Lo butuh bantuan dari gue. Tapi, Nay, kayaknya waktu itu Kenzie sama si Anggun itu bawa anak satu lagi deh, sekitar umur 2 tahunan gitu. Nah yang umur
Malam ini, aku berpura-pura tidur duluan untuk menghindari Mas Kenzie. Karena biasanya, Mas Kenzie selalu meminta haknya untuk berhubungan badan denganku. Biasanya, aku akan melayani dengan ikhlas pria yang masih berstatus suamiku itu. Tapi untuk saat ini, aku benar-benar sudah muak, bahkan rasanya aku sudah jijik disentuh oleh seorang pezina seperti Mas Kenzie.Apalagi, Mas Kenzie suka berhubungan badan dengan wanita-wanita panggilan. Aku jadi takut tertular penyakit dari kebiasaannya bermain perempuan."Sayang, main yuk? Kok kamu udah tidur sih?" kata Mas Kenzie manja sambil menciumi pipiku."Hmm ... maaf, Mas, aku lagi datang bulan," kataku dengan suara serak seolah sedang mengantuk. Aku sengaja berbohong, agar malam ini aku terbebas dari sentuhan Mas Kenzie."Yah, harus puasa deh," gerutu Mas Kenzie.Mas Kenzie langsung membaringkan tubuhnya dan mulai menutup mata. Sejujurnya, masih banyak pertanyaan dalam benakku. Pria seperti apa Mas Kenzie ini sebenarnya, yang begitu bernafsu h
"Kira-kira, si Kenzie mau kemana ya, Nay? Lagian, Lo jadi bini lugu banget, percaya aja sama Kenzie. Mana ada orang belanja sampai seharian?" kata Siska saat kami dalam perjalanan mengikuti Mas Kenzie."Ya gue mana tahu, Sis. Dulu kan memang gitu, soalnya disana tu ngantri. Gue kan juga pernah ikut Mas Kenzie belanja disitu, jadi ya gue percaya aja. Tapi ternyata Mas Kenzie pinter cari waktu keluar, dia malah bayar orang buat nunggu belanjaan sama nganterin belanjaannya," kataku."Gue sepemikiran sih sama Lo. Kenzie itu cerdas banget, apalagi masalah bohongin istri kayak Lo. Luar biasa!" kata Siska sambil mengacungkan satu jempol ke arahku. Sedangkan tangan satunya tetap fokus memegang setir mobil."Lo ngeledek apa ngehina?""Dua-duanya hehe," kata Siska tersenyum.Siska memang begitu orangnya, lebih banyak bercanda dari pada seriusnya. Aku tahu, sebenarnya Siska hanya sedang berusaha menghibur hatiku yang saat ini memang sedang tak baik-baik saja. Meskipun aku sudah berusaha untuk ku
"Nay, itu kan perempuan yang pergi sama Kenzie ke klinik dokter anak, yang gue lihat waktu itu!" ujar Siska dengan ekspresi wajah terkejut."Bener kan dugaan gue, mereka itu ada apa-apanya, Nay!" ujar Siska dengan intonasi suara lebih meninggi."Iya, Sis. Perempuan itu Anggun," kataku pelan."Jadi itu yang namanya Anggun, yang katanya bikin acara syukuran di rumah mertua Lo? Bener-bener ya si Kenzie!" ujar Siska geram."Iya, Sis," kataku lesu."Yang sabar ya, Nay ..." ujar Siska sambil mengusap bahuku pelan. Siska memandangku dengan tatapan iba.Rasanya, aku tak bisa lagi untuk mengucapkan kata-kata. Rasa sakit yang Mas Kenzie torehkan dihatiku rasanya begitu dalam hingga menembus ke dalam jantungku. Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Tapi sayangnya, aku sudah terbangun dari mimpi indahku.Bahuku berguncang hebat karena tak bisa lagi menahan diri untuk tidak menangis.Air mata semakin deras mengalir, hingga membuat nafasku tersengal karena menangis sesenggukan. Aku tak meny
"Jadi, kalian kemari mau tanya status hubungan Mbak Anggun dan Mas Kenzie?" tanya Pak RT dengan wajah serius."Iya, Pak, benar," jawabku."Memangnya kalau boleh tahu, Mbak-mbak ini siapanya?""Saya Naya. Saya istri sah dari Mas Kenzie, Pak," jawabku. Mendengar jawaban dariku, wajah Pak RT berubah terkejut."Mbak serius?""Kalau gak percaya, Bapak bisa lihat ini," kataku sambil mengeluarkan buku nikahku dan juga Mas Kenzie. Untungnya, sebelum aku mengikuti Mas Kenzie, aku sudah mempersiapkan segalanya. Seperti saat ini, aku membawa buku nikah untuk mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi. Dan ternyata, dugaanku tak meleset, buku nikah yang aku bawa bisa dijadikan bukti.Pak RT melihat buku nikah yang aku serahkan lalu menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan."Maaf, Mbak Naya, saya gak tahu kalau Mas Kenzie memiliki istri lain selain Mbak Anggun. Karena setahu saya, Mbak Anggun itu istrinya Mas Kenzie. Memang, mereka hanya mengaku nikah secara siri
"Mereka itu siapa, Nay?" tanya Siska membuyarkan lamunanku."Mereka mertua gue, Sis," kataku pelan."Astaga ... andai aja Lo gak ngelarang gue kesana. Udah gue obrak-abrik tu mereka, biar tau rasa! Gak habis pikir gue sama mereka, apa mereka gak mikir akan ada hati yang terluka dengan kebahagiaan mereka itu?!" ujar Siska geram."Biarlah, Sis. Biarkan mereka bersenang-senang buat sekarang. Kalau gue gak bisa bales perbuatan mereka, biar Tuhan aja yang balas," kataku."Lo kuat banget sih, Nay. Kalau gue ada diposisi Lo saat ini, gue gak bisa bayangin apa yang bakal gue lakuin. Palingan gue gak bisa nahan emosi," ujar Siska."Ya mau gimana lagi, kuat gak kuat ya kudu kuat. Kalau gue lemah, keenakan mereka dong ..." kataku."Iya sih, Nay. Salut gue sama Lo."Cekrek! Cekrek!Tanpa memperdulikan ucapan Siska, aku memfoto orang-orang yang ada di depan rumah Anggun saat ini. Foto ini akan aku jadikan bukti nantinya, apabila mereka masih juga mengelak. Aku yakin, suatu saat, jika aku mengungk
Setelah melaksanakan sholat, aku menengadahkan tangan meminta ampunan pada Tuhan atas segala dosa yang pernah aku lakukan selama ini. Aku menangis terisak, mengingat segala dosa dan kesalahanku di masa lalu. Andai saja aku bisa mengulang waktu, mungkin aku akan memperbaiki semua kesalahanku."Kamu baru pulang, Mas?" tanyaku pada Mas Kenzie yang baru masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, Mas Kenzie pulang dengan wajah seolah-olah sedang kelelahan. Aku sendiri berpura-pura bersikap manis seperti biasanya.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Begitu lamanya Mas Kenzie menghabiskan waktu bersama gundiknya itu, hingga pulang selarut ini. Dan begitu bodohnya aku, yang selama ini baru menyadarinya."Iya, nih, Sayang, tadi ngantrinya lumayan lama. Kamu belum tidur, Sayang?" tanya Mas Kenzie balik."Belum, Mas. Aku belum bisa tidur," jawabku."Oh ya, gimana tadi di toko, ramai gak, Sayang?" Mas Kenzie kini sudah duduk di sampingku."Maaf, Mas. Hari ini, aku gak bisa buka toko. So
Aku mulai menghitung dan mengecek jumlah modal yang ada di toko ini. Setelah semua nota belanjaan aku kumpulkan, aku mulai menghitung jumlah uangnya lalu ditambahkan dengan total sisa barang belanjaan di toko ini. Jika dihitung-hitung, jumlah modal kami semuanya sekitar 250 juta rupiah. Total uang itu juga sudah aku tambahkan dengan uang pemasukan hari ini.Dulu, saat toko kami tak selaris saat ini, biasanya Mas Kenzie akan belanja setiap satu Minggu sekali. Tapi, karena pelanggan toko kami semakin ramai, kami harus berbelanja setiap tiga atau empat hari sekali. Karena barang-barang di toko kami biasanya akan cepat habis.Selain melayani pembeli secara langsung, kami juga melayani lewat online. Biasanya, para pembeli hanya mengirim pesan melalui chat pada Mas Kenzie untuk memberikan daftar belanjaannya. Kami hanya akan menyiapkan barang belanjaan saja, selanjutnya, pembeli akan datang untuk melakukan pembayaran dan pengecekan barang.Sebenarnya, sayang rasanya meninggalkan toko grosir
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k