Aku mulai menghitung dan mengecek jumlah modal yang ada di toko ini. Setelah semua nota belanjaan aku kumpulkan, aku mulai menghitung jumlah uangnya lalu ditambahkan dengan total sisa barang belanjaan di toko ini. Jika dihitung-hitung, jumlah modal kami semuanya sekitar 250 juta rupiah. Total uang itu juga sudah aku tambahkan dengan uang pemasukan hari ini.Dulu, saat toko kami tak selaris saat ini, biasanya Mas Kenzie akan belanja setiap satu Minggu sekali. Tapi, karena pelanggan toko kami semakin ramai, kami harus berbelanja setiap tiga atau empat hari sekali. Karena barang-barang di toko kami biasanya akan cepat habis.Selain melayani pembeli secara langsung, kami juga melayani lewat online. Biasanya, para pembeli hanya mengirim pesan melalui chat pada Mas Kenzie untuk memberikan daftar belanjaannya. Kami hanya akan menyiapkan barang belanjaan saja, selanjutnya, pembeli akan datang untuk melakukan pembayaran dan pengecekan barang.Sebenarnya, sayang rasanya meninggalkan toko grosir
"Ya udah gak papa, Sayang, biar nanti aku mampir ke rumah Kak Keyla dulu sebelum berangkat belanja.""Eh, gak usah, Mas. Gimana kalau nanti uangnya aku tranfer aja ke Pak Harto. Nanti kalau mampir ke rumah Kak Keyla dulu, kamu kesiangan lagi. Rumah Kak Keyla kan jauh," kataku."Boleh deh. Ya udah aku berangkat dulu ya, Sayang.""Iya, Mas, kamu hati-hati di jalan.""Iya, Sayang," jawab Mas Kenzie lalu mencium keningku."Loh, kok motor aku bannya kempes, sih!" Mas Kenzie terkejut saat melihat ban motor ninj* kesayangannya kempes. Subuh tadi, sebelum Mas Kenzie bangun, aku memang sengaja mengempeskan ban motor Mas Kenzie itu."Kok bisa, Mas?" tanyaku pura-pura tak tahu."Gak tau nih, Sayang, aneh banget. Padahal semalam gak kenapa-kenapa," kata Mas seperti kesal."Ya udah, kamu bawa motor aku aja, Mas.""Ya udah deh, Sayang," kata Mas Kenzie lesu.Mas Kenzie memang begitu menyayangi sepeda motor kesayangannya itu. Setiap malam, biasanya Mas Kenzie selalu rutin membersihkan debu yang mene
Mas Kenzie mencoba berulang kali menghubungiku, tapi tak aku hiraukan. Setelah deringan ponselku berhenti, baru lah aku membuka ponselku dan memblokir nomor Mas Kenzie. Aku bersyukur, semua rencana yang sudah aku persiapkan semua berjalan dengan lancar. Tapi, aku tak boleh senang dulu, sebelum aku resmi bercerai dengan Mas Kenzie, pasti akan ada masalah baru yang akan terjadi nanti. Untuk itu, aku harus mempersiapkan diri dan juga mentalku, agar kuat untuk menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi nantinya.____"Kak, biarkan aku ketemu Naya, Kak. Sebentar ... saja.""Untuk apa kamu cari Naya, hah! Aku gak akan biarkan kamu sakitin adik aku, ngerti!"Sayup-sayup, aku mendengar suara keributan di luar, membuat aku bangun dari tidur lelapku. Siang ini, setelah sampai di rumah Kak Keyla, aku langsung izin tidur pada Kak Keyla untuk mengistirahatkan hati dan jiwaku yang lelah. Entah sudah berapa lama aku tertidur, hingga aku baru terbangun. Aku berusaha menajamkan indra pendengarank
"Gimana kabar kamu, Mbak? Apa sudah lebih baik?" tanya Dewi."Alhamdulillah, aku baik, Dew," jawabku tersenyum.Hari ini, aku janjian dengan Dewi untuk bertemu di sebuah cafe dekat dengan rumah Kak Keyla. Sebenarnya, niatku bertemu dengan Dewi adalah untuk mengucapkan terima kasih karena telah memberitahu tentang kebusukan Mas Kenzie di belakangku. Berkat Dewi pula, aku bisa membuka kedok Mas Kenzie satu persatu.Mungkin jika Dewi tak memberitahuku tentang video perzinahan Mas Kenzie, mungkin saat ini, aku masih terbuai dalam mimpi indah dan kenyamanan yang diberikan oleh Mas Kenzie padaku. Atau mungkin, ini juga salah satu cara Tuhan untuk membuka mataku melalui perantara Dewi."Terima kasih ya, Dew, berkat kamu aku jadi tahu kelakuan busuk Mas Kenzie," ucapku."Sama-sama, Mbak. Aku cuma gak rela aja kamu disakiti suami kamu. Sebagai sesama perempuan, itu sudah jadi tugasku untuk mengingatkan kamu, Mbak.""Iya, Dew. Berkat kamu juga sekarang aku udah tahu semua kedok Mas Kenzie. Bahk
Aku menyuruh masuk Bapak, Ibu dan juga Mas Kenzie. Bagaimanapun juga, selama ini mereka semua memperlakukan aku dengan sangat baik. Meskipun, hati ini masih sangat sulit untuk memaafkan."Hmm ... langsung saja, apa tujuan kalian datang kemari?" tanya Ayah memecahkan keheningan diantara kami semua.Saat ini, kami semua sudah berkumpul di ruang tamu rumah Kak Keyla. Aku, Ayah, Kak Keyla, Mas Bayu, Mas Kenzie, Bapak dan juga Ibu. Sebelum Ayah buka suara, kami semua hanya diam membisu tak ada yang berani membuka mulut. Kami semua hanya diam, dengan pikiran kami masing-masing."Baiklah, Pak, saya mewakili keluarga hanya ingin menyampaikan maksud dan tujuan kami datang kemari yaitu untuk menjemput Naya. Kami berharap, Naya mau kembali pulang bersama Kenzie," ujar Bapak seperti tanpa rasa bersalah.Ayah yang saat ini duduk di sampingku berulang kali menghembuskan nafas pendek. Aku yakin, Ayah sedang berusaha mengendalikan diri agar tak emosi. Karena begitulah saat Ayah marah, tak pernah seka
"Enak banget, dengan hanya minta maaf, kamu nyuruh Naya pulang? Terus, gimana sama gundik kamu itu! Mau kamu kemanakan?!" ucap Kak Keyla yang mulai berapi-api. Mas Bayu langsung memegang lengan Kak Keyla, seolah menahan agar istrinya itu tak ikut terbawa emosi."Seandainya, Naya mau maafin aku, aku rela melepas Anggun," ujar Mas Kenzie."Heii, jadi laki gak usah plin-plan! Kamu pikir, pernikahan kamu sama Naya ini cuma main-main yang dengan mudahnya kamu selingkuh, terus kamu buang selingkuhan kamu, buat balik ke istri kamu lagi, begitu!?" ujar Kak Keyla tak terima.Yang diucapkan Kak Keyla memang benar. Dengan mudahnya Mas Kenzie bilang akan melepaskan Anggun. Sedangkan mereka, saat ini saja sudah memiliki 2 orang anak. Apa dia tak pernah berpikir, bagaimana nasib anak-anaknya nanti? Sepertinya, keputusanku untuk bercerai dengan Mas Kenzie adalah keputusan yang tepat. Akan percuma rasanya bila tetap bertahan dengan pria plin-plan seperti Mas kenzie. Saat ini, aku masih tetap terdiam
"Astaga ... jadi ini alasan kalian datang kemari? Hanya mau minta harta?" Belum sempat aku menjawab, Kak Keyla sudah buka suara duluan. Kak Keyla tersenyum sinis, seolah menghina keluarga Mas Kenzie.Wajar jika Kak Keyla bersikap seperti itu. Tanpa memikirkan perasaanku, Ibu dengan mudahnya bilang bahwa aku serakah. Seolah-olah, aku yang dzolim terhadap hak Mas Kenzie. Sebenarnya, siapa disini yang sedang terdzolimi?"Loh, saya cuma mengutarakan apa yang menjadi hak Kenzie. Kenapa kamu yang sewot!" ujar Ibu sambil memandang sinis pada Kak Kelya."Tapi kan kenyata—""Key, biarkan Naya yang menjawab pertanyaan mereka. Untuk masalah harta mereka, hanya Naya dan Kenzie yang tahu," ujar Ayah bijak memotong pembicaraan Kak Keyla.Kak Keyla sendiri mendengkus kesal, seolah tak terima dengan sikap Ayah yang melarangnya untuk bicara."Bu, maksud Ibu apa, bilang kalau aku serakah? Ibu gak ingat, sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membiayai hidup kalian? Apa perlu aku jabarkan sat
"Bapak denger ya, kalau aku gak punya hati nurani, sudah pasti aku laporkan Mas Kenzie ke polisi. Aku punya bukti kalau Mas Kenzie nikah siri. Tanpa izin dariku sebagai istri pertamanya, Mas Kenzie bisa saja aku tuntut. Belum lagi, Mas Kenzie memalsukan datanya dengan mengaku sebagai seorang duda. Ditambah lagi dengan video mesum Mas Kenzie, aku bisa saja melaporkan dia dengan kasus asusila. Kalian mau Mas Kenzie di penjara?" kataku menggebu-gebu. Rasanya, aku tak bisa lagi untuk menahan emosi di jiwaku. Jantungku bergemuru hebat, kepala ini rasanya sudah begitu panas ingin meledak. Tapi, Ayah mengelus bahuku lembut, membuat aku bisa kembali mengendalikan diri.Wajah Bapak, Ibu dan Mas Kenzie langsung memucat mendengar perkataan dariku. Mereka seolah terkejut, dan tak berani menatap wajahku. Mungkin mereka takut, jika Mas Kenzie di penjara. Karena selama ini, Mas Kenzie lah yang mereka andalkan untuk menopang kehidupan keluarga mereka."Saya heran, dengan Bapak dan Ibu yang meributkan