"Enak banget, dengan hanya minta maaf, kamu nyuruh Naya pulang? Terus, gimana sama gundik kamu itu! Mau kamu kemanakan?!" ucap Kak Keyla yang mulai berapi-api. Mas Bayu langsung memegang lengan Kak Keyla, seolah menahan agar istrinya itu tak ikut terbawa emosi."Seandainya, Naya mau maafin aku, aku rela melepas Anggun," ujar Mas Kenzie."Heii, jadi laki gak usah plin-plan! Kamu pikir, pernikahan kamu sama Naya ini cuma main-main yang dengan mudahnya kamu selingkuh, terus kamu buang selingkuhan kamu, buat balik ke istri kamu lagi, begitu!?" ujar Kak Keyla tak terima.Yang diucapkan Kak Keyla memang benar. Dengan mudahnya Mas Kenzie bilang akan melepaskan Anggun. Sedangkan mereka, saat ini saja sudah memiliki 2 orang anak. Apa dia tak pernah berpikir, bagaimana nasib anak-anaknya nanti? Sepertinya, keputusanku untuk bercerai dengan Mas Kenzie adalah keputusan yang tepat. Akan percuma rasanya bila tetap bertahan dengan pria plin-plan seperti Mas kenzie. Saat ini, aku masih tetap terdiam
"Astaga ... jadi ini alasan kalian datang kemari? Hanya mau minta harta?" Belum sempat aku menjawab, Kak Keyla sudah buka suara duluan. Kak Keyla tersenyum sinis, seolah menghina keluarga Mas Kenzie.Wajar jika Kak Keyla bersikap seperti itu. Tanpa memikirkan perasaanku, Ibu dengan mudahnya bilang bahwa aku serakah. Seolah-olah, aku yang dzolim terhadap hak Mas Kenzie. Sebenarnya, siapa disini yang sedang terdzolimi?"Loh, saya cuma mengutarakan apa yang menjadi hak Kenzie. Kenapa kamu yang sewot!" ujar Ibu sambil memandang sinis pada Kak Kelya."Tapi kan kenyata—""Key, biarkan Naya yang menjawab pertanyaan mereka. Untuk masalah harta mereka, hanya Naya dan Kenzie yang tahu," ujar Ayah bijak memotong pembicaraan Kak Keyla.Kak Keyla sendiri mendengkus kesal, seolah tak terima dengan sikap Ayah yang melarangnya untuk bicara."Bu, maksud Ibu apa, bilang kalau aku serakah? Ibu gak ingat, sudah berapa banyak uang yang aku keluarkan untuk membiayai hidup kalian? Apa perlu aku jabarkan sat
"Bapak denger ya, kalau aku gak punya hati nurani, sudah pasti aku laporkan Mas Kenzie ke polisi. Aku punya bukti kalau Mas Kenzie nikah siri. Tanpa izin dariku sebagai istri pertamanya, Mas Kenzie bisa saja aku tuntut. Belum lagi, Mas Kenzie memalsukan datanya dengan mengaku sebagai seorang duda. Ditambah lagi dengan video mesum Mas Kenzie, aku bisa saja melaporkan dia dengan kasus asusila. Kalian mau Mas Kenzie di penjara?" kataku menggebu-gebu. Rasanya, aku tak bisa lagi untuk menahan emosi di jiwaku. Jantungku bergemuru hebat, kepala ini rasanya sudah begitu panas ingin meledak. Tapi, Ayah mengelus bahuku lembut, membuat aku bisa kembali mengendalikan diri.Wajah Bapak, Ibu dan Mas Kenzie langsung memucat mendengar perkataan dariku. Mereka seolah terkejut, dan tak berani menatap wajahku. Mungkin mereka takut, jika Mas Kenzie di penjara. Karena selama ini, Mas Kenzie lah yang mereka andalkan untuk menopang kehidupan keluarga mereka."Saya heran, dengan Bapak dan Ibu yang meributkan
"Nay, kamu harus lebih sabar lagi menghadapi orang-orang seperti Bapak dan Ibu mertuamu itu. Sebisa mungkin, tahan emosimu. Karena menghadapi orang-orang seperti mereka itu tidak perlu mengeluarkan emosi, cukup dengan otak yang cerdas," kata Ayah menasihatiku.Setelah kepergian Mas Kenzie dan kedua orang tuanya, aku, Ayah, Kak Keyla dan Mas Bayu masih duduk di ruang tamu. Sedangkan keponakanku Zaidan, ia sudah tertidur pulas sejak tadi.Ayah memang benar, jika aku menghadapi keluarga Mas Kenzie dengan emosi, yang ada hanya akan memperkeruh suasana. Untungnya, aku masih bisa mengendalikan diri. Itu pun karena ada Ayah di sampingku yang selalu memberikan ketenangan untukku. Aku sangat bersyukur, memiliki seorang Ayah yang begitu bijak dan selalu melindungiku. Aku juga bersyukur, masih memiliki Kak Keyla yang selalu siap membelaku."Ah, Ayah ini, orang macam mereka gak perlu lah di sabarin. Entar malah pada ngelunjak lagi!" kata Kak Keyla memasang wajah cemberut."Nah, terutama buat kamu
Brak!"Kurang aj*r ya, Nay, keluarga Kenzie. Gak tau diri banget!" umpat Siska setelah menggebrak meja kuat. Saat ini, aku dan Siska sedang duduk di sebuah cafe di pusat kota ini. Aku sengaja bertemu dengan Siska untuk sekedar curhat tentang masalah hidupku. Karena bagiku, mencurahkan isi hati pada seorang teman setidaknya bisa membuat perasaanku sedikit lebih baik."Astaga ... Sis. Ngapain sih Lo Pakai gebrak-gebrak meja segala. Hampir aja jantung gue copot karena kaget!" kataku sambil memegang dada. Jantung ini masih berdebar karena terkejut dengan aksi Siska yang secara tiba-tiba menggebrak meja cafe ini."Sorry, Nay, reflek gue. Maklum bawaan esmoni," kata Siska nyengir tanpa dosa."Dih, laen kali kalau emosi biasa aja. Gak perlu gebrak-gebrak meja segala!""Yaelah, Nay, mana ada orang emosi biasa aja. Kalau orang emosi diam-diam aja, yang ada malah kesambet!" kata Siska membela diri."Terserah Lo deh," kataku."Dih, gitu aja ngambek. Terus gimana, Lo kasih gak harta yang Lo bawa
"Lo kenapa, Nay?" tanya Siska membuyarkan lamunanku.Aku mendengus kesal, lalu memberikan ponselku pada Siska. Baru saja, aku mencurahkan isi hatiku tentang keluarga Mas Kenzie, kini sudah datang lagi satu masalah baru. Biarlah, Siska melihat sendiri status Facebook yang di unggah Dini pagi tadi. Malas rasanya, membahas tentang keluarga Mas Kenzie lagi."Astaga ... siapa ini, Nay, yang bikin status?" tanya Siska seolah terkejut."Itu adiknya Mas Kenzie, Sis.""Memang keluarga gak tahu diri ya mereka itu. Enggak emak bapaknya, enggak anaknya, sama aja! Pinter banget mutar balikin fakta," ujar Siska geram."Sis, apa menurut Lo gue salah ya, mempertahankan hak gue?""Ya gak lah, dasar mereka aja yang gak waras. Lo jangan dengerin apa kata mereka, Nay. Biarkan aja mereka koar-koar, toh Lo gak salah kan?Hmm ... tapi menurut gue, gak ada salahnya deh Lo bales dikit perbuatan mereka. Secara gak langsung, mereka itu mau mempermalukan Lo di depan umum. Nah, gantian lah Lo juga harus mempermal
"Kenzie ya, Nay?" tanya Siska."Iya, Sis. Males gue.""Heran gue, gak tau malu banget itu si Kenzie dengan beraninya masih menghubungi Lo. Bukannya sekarang dia udah punya Anggun sama anak-anaknya ya?""Entahlah, Sis. Gue juga gak ngerti," jawabku kesal._______Malam ini, aku tak bisa tidur karena masih bimbang dengan saran dari Siska tadi siang yang menyuruhku untuk membuat status balasan, untuk status Dini. Disatu sisi, hati mengatakan ingin, tapi di sisi lain hati mengatakan jangan.Aku membuka ponselku, lalu aku mencoba untuk membuka media sosial Facebook milikku. Lagi-lagi, mata ini membulat seketika melihat status terbaru dari Dini.["Lihat kan, orang yang terlihat baik itu tak selamanya bisa menutupi kebusukannya."]["Orang juga bisa menilai sendiri, seperti apa wajah asli yang terlihat cantik di luar tapi busuk di dalam."]["Siap-siap ya, karma akan segera datang menjemputmu dari keserakahan dan kemunafikanmu itu!"]["Dan ingat, harta yang kau bawa lari itu tak akan berkah u
Pagi ini, aku terbangun dari tidur dengan perasaan tenang. Setelah mengunggah status Facebook yang aku bagikan semalam, aku ketiduran. Mungkin karena terlalu lelah hati dan juga jiwa hingga membuatku bisa tidur nyenyak malam ini. Untungnya, aku sedang datang bulan hingga tak bisa melaksanakan sholat subuh. Kalau tidak, aku pasti kesiangan karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.Aku kembali membuka ponselku, dan segera membuka aplikasi biru untuk melihat statusku semalam. Ternyata, sudah ratusan komentar memenuhi status yang aku bagikan. Aku membaca komentar satu persatu dari orang-orang yang mengenal diriku, ada juga beberapa orang yang tak aku kenal ikut mengomentari statusku.Rata-rata, mereka semua memberikan semangat, dukungan dan juga doa yang baik untukku. Aku memberikan emot love di setiap komentar, tak mungkin bagiku untuk membalas komentar mereka satu persatu karena begitu banyaknya komentar. Jariku terhenti, saat membaca komentar dari mereka semua. Ada sala
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k