Malam ini, aku berpura-pura tidur duluan untuk menghindari Mas Kenzie. Karena biasanya, Mas Kenzie selalu meminta haknya untuk berhubungan badan denganku. Biasanya, aku akan melayani dengan ikhlas pria yang masih berstatus suamiku itu. Tapi untuk saat ini, aku benar-benar sudah muak, bahkan rasanya aku sudah jijik disentuh oleh seorang pezina seperti Mas Kenzie.Apalagi, Mas Kenzie suka berhubungan badan dengan wanita-wanita panggilan. Aku jadi takut tertular penyakit dari kebiasaannya bermain perempuan."Sayang, main yuk? Kok kamu udah tidur sih?" kata Mas Kenzie manja sambil menciumi pipiku."Hmm ... maaf, Mas, aku lagi datang bulan," kataku dengan suara serak seolah sedang mengantuk. Aku sengaja berbohong, agar malam ini aku terbebas dari sentuhan Mas Kenzie."Yah, harus puasa deh," gerutu Mas Kenzie.Mas Kenzie langsung membaringkan tubuhnya dan mulai menutup mata. Sejujurnya, masih banyak pertanyaan dalam benakku. Pria seperti apa Mas Kenzie ini sebenarnya, yang begitu bernafsu h
"Kira-kira, si Kenzie mau kemana ya, Nay? Lagian, Lo jadi bini lugu banget, percaya aja sama Kenzie. Mana ada orang belanja sampai seharian?" kata Siska saat kami dalam perjalanan mengikuti Mas Kenzie."Ya gue mana tahu, Sis. Dulu kan memang gitu, soalnya disana tu ngantri. Gue kan juga pernah ikut Mas Kenzie belanja disitu, jadi ya gue percaya aja. Tapi ternyata Mas Kenzie pinter cari waktu keluar, dia malah bayar orang buat nunggu belanjaan sama nganterin belanjaannya," kataku."Gue sepemikiran sih sama Lo. Kenzie itu cerdas banget, apalagi masalah bohongin istri kayak Lo. Luar biasa!" kata Siska sambil mengacungkan satu jempol ke arahku. Sedangkan tangan satunya tetap fokus memegang setir mobil."Lo ngeledek apa ngehina?""Dua-duanya hehe," kata Siska tersenyum.Siska memang begitu orangnya, lebih banyak bercanda dari pada seriusnya. Aku tahu, sebenarnya Siska hanya sedang berusaha menghibur hatiku yang saat ini memang sedang tak baik-baik saja. Meskipun aku sudah berusaha untuk ku
"Nay, itu kan perempuan yang pergi sama Kenzie ke klinik dokter anak, yang gue lihat waktu itu!" ujar Siska dengan ekspresi wajah terkejut."Bener kan dugaan gue, mereka itu ada apa-apanya, Nay!" ujar Siska dengan intonasi suara lebih meninggi."Iya, Sis. Perempuan itu Anggun," kataku pelan."Jadi itu yang namanya Anggun, yang katanya bikin acara syukuran di rumah mertua Lo? Bener-bener ya si Kenzie!" ujar Siska geram."Iya, Sis," kataku lesu."Yang sabar ya, Nay ..." ujar Siska sambil mengusap bahuku pelan. Siska memandangku dengan tatapan iba.Rasanya, aku tak bisa lagi untuk mengucapkan kata-kata. Rasa sakit yang Mas Kenzie torehkan dihatiku rasanya begitu dalam hingga menembus ke dalam jantungku. Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Tapi sayangnya, aku sudah terbangun dari mimpi indahku.Bahuku berguncang hebat karena tak bisa lagi menahan diri untuk tidak menangis.Air mata semakin deras mengalir, hingga membuat nafasku tersengal karena menangis sesenggukan. Aku tak meny
"Jadi, kalian kemari mau tanya status hubungan Mbak Anggun dan Mas Kenzie?" tanya Pak RT dengan wajah serius."Iya, Pak, benar," jawabku."Memangnya kalau boleh tahu, Mbak-mbak ini siapanya?""Saya Naya. Saya istri sah dari Mas Kenzie, Pak," jawabku. Mendengar jawaban dariku, wajah Pak RT berubah terkejut."Mbak serius?""Kalau gak percaya, Bapak bisa lihat ini," kataku sambil mengeluarkan buku nikahku dan juga Mas Kenzie. Untungnya, sebelum aku mengikuti Mas Kenzie, aku sudah mempersiapkan segalanya. Seperti saat ini, aku membawa buku nikah untuk mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi. Dan ternyata, dugaanku tak meleset, buku nikah yang aku bawa bisa dijadikan bukti.Pak RT melihat buku nikah yang aku serahkan lalu menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan."Maaf, Mbak Naya, saya gak tahu kalau Mas Kenzie memiliki istri lain selain Mbak Anggun. Karena setahu saya, Mbak Anggun itu istrinya Mas Kenzie. Memang, mereka hanya mengaku nikah secara siri
"Mereka itu siapa, Nay?" tanya Siska membuyarkan lamunanku."Mereka mertua gue, Sis," kataku pelan."Astaga ... andai aja Lo gak ngelarang gue kesana. Udah gue obrak-abrik tu mereka, biar tau rasa! Gak habis pikir gue sama mereka, apa mereka gak mikir akan ada hati yang terluka dengan kebahagiaan mereka itu?!" ujar Siska geram."Biarlah, Sis. Biarkan mereka bersenang-senang buat sekarang. Kalau gue gak bisa bales perbuatan mereka, biar Tuhan aja yang balas," kataku."Lo kuat banget sih, Nay. Kalau gue ada diposisi Lo saat ini, gue gak bisa bayangin apa yang bakal gue lakuin. Palingan gue gak bisa nahan emosi," ujar Siska."Ya mau gimana lagi, kuat gak kuat ya kudu kuat. Kalau gue lemah, keenakan mereka dong ..." kataku."Iya sih, Nay. Salut gue sama Lo."Cekrek! Cekrek!Tanpa memperdulikan ucapan Siska, aku memfoto orang-orang yang ada di depan rumah Anggun saat ini. Foto ini akan aku jadikan bukti nantinya, apabila mereka masih juga mengelak. Aku yakin, suatu saat, jika aku mengungk
Setelah melaksanakan sholat, aku menengadahkan tangan meminta ampunan pada Tuhan atas segala dosa yang pernah aku lakukan selama ini. Aku menangis terisak, mengingat segala dosa dan kesalahanku di masa lalu. Andai saja aku bisa mengulang waktu, mungkin aku akan memperbaiki semua kesalahanku."Kamu baru pulang, Mas?" tanyaku pada Mas Kenzie yang baru masuk ke dalam rumah. Seperti biasa, Mas Kenzie pulang dengan wajah seolah-olah sedang kelelahan. Aku sendiri berpura-pura bersikap manis seperti biasanya.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Begitu lamanya Mas Kenzie menghabiskan waktu bersama gundiknya itu, hingga pulang selarut ini. Dan begitu bodohnya aku, yang selama ini baru menyadarinya."Iya, nih, Sayang, tadi ngantrinya lumayan lama. Kamu belum tidur, Sayang?" tanya Mas Kenzie balik."Belum, Mas. Aku belum bisa tidur," jawabku."Oh ya, gimana tadi di toko, ramai gak, Sayang?" Mas Kenzie kini sudah duduk di sampingku."Maaf, Mas. Hari ini, aku gak bisa buka toko. So
Aku mulai menghitung dan mengecek jumlah modal yang ada di toko ini. Setelah semua nota belanjaan aku kumpulkan, aku mulai menghitung jumlah uangnya lalu ditambahkan dengan total sisa barang belanjaan di toko ini. Jika dihitung-hitung, jumlah modal kami semuanya sekitar 250 juta rupiah. Total uang itu juga sudah aku tambahkan dengan uang pemasukan hari ini.Dulu, saat toko kami tak selaris saat ini, biasanya Mas Kenzie akan belanja setiap satu Minggu sekali. Tapi, karena pelanggan toko kami semakin ramai, kami harus berbelanja setiap tiga atau empat hari sekali. Karena barang-barang di toko kami biasanya akan cepat habis.Selain melayani pembeli secara langsung, kami juga melayani lewat online. Biasanya, para pembeli hanya mengirim pesan melalui chat pada Mas Kenzie untuk memberikan daftar belanjaannya. Kami hanya akan menyiapkan barang belanjaan saja, selanjutnya, pembeli akan datang untuk melakukan pembayaran dan pengecekan barang.Sebenarnya, sayang rasanya meninggalkan toko grosir
"Ya udah gak papa, Sayang, biar nanti aku mampir ke rumah Kak Keyla dulu sebelum berangkat belanja.""Eh, gak usah, Mas. Gimana kalau nanti uangnya aku tranfer aja ke Pak Harto. Nanti kalau mampir ke rumah Kak Keyla dulu, kamu kesiangan lagi. Rumah Kak Keyla kan jauh," kataku."Boleh deh. Ya udah aku berangkat dulu ya, Sayang.""Iya, Mas, kamu hati-hati di jalan.""Iya, Sayang," jawab Mas Kenzie lalu mencium keningku."Loh, kok motor aku bannya kempes, sih!" Mas Kenzie terkejut saat melihat ban motor ninj* kesayangannya kempes. Subuh tadi, sebelum Mas Kenzie bangun, aku memang sengaja mengempeskan ban motor Mas Kenzie itu."Kok bisa, Mas?" tanyaku pura-pura tak tahu."Gak tau nih, Sayang, aneh banget. Padahal semalam gak kenapa-kenapa," kata Mas seperti kesal."Ya udah, kamu bawa motor aku aja, Mas.""Ya udah deh, Sayang," kata Mas Kenzie lesu.Mas Kenzie memang begitu menyayangi sepeda motor kesayangannya itu. Setiap malam, biasanya Mas Kenzie selalu rutin membersihkan debu yang mene