Sejujurnya, aku malu jika harus menceritakan semua ini pada Kak Keyla. Apalagi kalau sampai Ayahku tahu, pasti beliau akan sedih dan juga terluka melihat rumah tangga anaknya yang diambang kehancuran ini. Tapi mau bagaimana lagi, tak mungkin bagiku untuk mempertahankan rumah tanggaku dengan Mas Kenzie. Bagiku, tiada maaf untuk seorang pengkhianat._______Brak!"Brengs*k! Kurang aj*r! Bisa-bisanya Kenzie bohongin kamu kayak gini, Nay!" umpat Kak Keyla berapi-api setelah menggebrak meja dengan kuat. Wajah Kak Keyla merah padam, seolah menampakkan kemarahan yang begitu besar.Setelah aku bisa menenangkan diri, aku segera bergegas menuju rumah Kak Keyla untuk mencurahkan segala perasaanku yang sedang tak baik-baik saja saat ini. Raut wajah Kak Keyla berubah merah padam saat aku mulai menceritakan tentang video yang dikirim oleh Dewi. Sedangkan Ayah, beliau hanya diam tak bersuara dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.Saat ini, hanya ada Kak Keyla, keponakanku Zaidan dan juga Ayah d
"Hah, cerai! Gue gak salah denger, Nay?" Suara Siska langsung meninggi saat aku mengutarakan niatku untuk bercerai dari Mas Kenzie. Aku mengangguk dan tersenyum, mencoba untuk terlihat tegar di depan Siska. Meskipun dengan susah payah aku mencoba untuk menyembunyikan luka hatiku saat ini.Setelah pulang dari rumah Kak Keyla, aku memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah Siska. Keadaanku saat ini yang sedang tak baik-baik saja membutuhkan seorang teman untuk berbagi melepas beban di hati."Lo becanda kan, Nay? Lo sama Kenzie kan pasangan serasi, Lo cantik dan Kenzie ganteng. Lagian apa kurangnya Kenzie coba. Bukannya Lo bilang dia suami sempurna?" tanya Siska dengan ekspresi wajah biasa saja, seolah masih tak percaya dengan apa yang aku katakan padanya.Aku tersenyum kecut mendengar perkataan Siska. Dulu, aku memang selalu percaya diri dan bangga selalu menyebut Mas Kenzie suami yang sempurna. Tapi saat ini, kata-kata itu justru terdengar seperti ejekan di telingaku. Aku merasa malu,
"Apa wanita itu cantik, terus ada lesung pipitnya?""Iya bener, Nay. Wajahnya manis banget kejawa-jawaan gitu. Kok Lo tahu, Nay?""Kayaknya dia si Anggun. Lo inget gak waktu dulu ada acara syukuran di rumah mertua gue dan gue gak dikasih tahu," kataku."Iya, gue inget. Yang waktu kita ketemu sama tetangga mertua Lo itu kan?""Nah iya. Dia itu Anggun, keponakan Ibu yang ngadain acara syukuran waktu itu.""Oh gitu, jadi ceritanya dia sepupunya Kenzie?""Katanya sih gitu. Tapi gue gak percaya.""Loh, kenapa emang?""Ya aneh aja, setiap gue pengen ketemu sama Anggun kok seolah-olah gue dihalangi sama keluarga Mas Kenzie. Mas Kenzie juga kayak nutup-nutupin gitu.""Wah, kayaknya kita mesti cari tahu deh, Nay.""Makanya itu, gue butuh bantuan Lo buat cari tau siapa Anggun itu sebenarnya," kataku."Oke, Nay. Pokoknya gue siap bantu Lo kapanpun Lo butuh bantuan dari gue. Tapi, Nay, kayaknya waktu itu Kenzie sama si Anggun itu bawa anak satu lagi deh, sekitar umur 2 tahunan gitu. Nah yang umur
Malam ini, aku berpura-pura tidur duluan untuk menghindari Mas Kenzie. Karena biasanya, Mas Kenzie selalu meminta haknya untuk berhubungan badan denganku. Biasanya, aku akan melayani dengan ikhlas pria yang masih berstatus suamiku itu. Tapi untuk saat ini, aku benar-benar sudah muak, bahkan rasanya aku sudah jijik disentuh oleh seorang pezina seperti Mas Kenzie.Apalagi, Mas Kenzie suka berhubungan badan dengan wanita-wanita panggilan. Aku jadi takut tertular penyakit dari kebiasaannya bermain perempuan."Sayang, main yuk? Kok kamu udah tidur sih?" kata Mas Kenzie manja sambil menciumi pipiku."Hmm ... maaf, Mas, aku lagi datang bulan," kataku dengan suara serak seolah sedang mengantuk. Aku sengaja berbohong, agar malam ini aku terbebas dari sentuhan Mas Kenzie."Yah, harus puasa deh," gerutu Mas Kenzie.Mas Kenzie langsung membaringkan tubuhnya dan mulai menutup mata. Sejujurnya, masih banyak pertanyaan dalam benakku. Pria seperti apa Mas Kenzie ini sebenarnya, yang begitu bernafsu h
"Kira-kira, si Kenzie mau kemana ya, Nay? Lagian, Lo jadi bini lugu banget, percaya aja sama Kenzie. Mana ada orang belanja sampai seharian?" kata Siska saat kami dalam perjalanan mengikuti Mas Kenzie."Ya gue mana tahu, Sis. Dulu kan memang gitu, soalnya disana tu ngantri. Gue kan juga pernah ikut Mas Kenzie belanja disitu, jadi ya gue percaya aja. Tapi ternyata Mas Kenzie pinter cari waktu keluar, dia malah bayar orang buat nunggu belanjaan sama nganterin belanjaannya," kataku."Gue sepemikiran sih sama Lo. Kenzie itu cerdas banget, apalagi masalah bohongin istri kayak Lo. Luar biasa!" kata Siska sambil mengacungkan satu jempol ke arahku. Sedangkan tangan satunya tetap fokus memegang setir mobil."Lo ngeledek apa ngehina?""Dua-duanya hehe," kata Siska tersenyum.Siska memang begitu orangnya, lebih banyak bercanda dari pada seriusnya. Aku tahu, sebenarnya Siska hanya sedang berusaha menghibur hatiku yang saat ini memang sedang tak baik-baik saja. Meskipun aku sudah berusaha untuk ku
"Nay, itu kan perempuan yang pergi sama Kenzie ke klinik dokter anak, yang gue lihat waktu itu!" ujar Siska dengan ekspresi wajah terkejut."Bener kan dugaan gue, mereka itu ada apa-apanya, Nay!" ujar Siska dengan intonasi suara lebih meninggi."Iya, Sis. Perempuan itu Anggun," kataku pelan."Jadi itu yang namanya Anggun, yang katanya bikin acara syukuran di rumah mertua Lo? Bener-bener ya si Kenzie!" ujar Siska geram."Iya, Sis," kataku lesu."Yang sabar ya, Nay ..." ujar Siska sambil mengusap bahuku pelan. Siska memandangku dengan tatapan iba.Rasanya, aku tak bisa lagi untuk mengucapkan kata-kata. Rasa sakit yang Mas Kenzie torehkan dihatiku rasanya begitu dalam hingga menembus ke dalam jantungku. Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Tapi sayangnya, aku sudah terbangun dari mimpi indahku.Bahuku berguncang hebat karena tak bisa lagi menahan diri untuk tidak menangis.Air mata semakin deras mengalir, hingga membuat nafasku tersengal karena menangis sesenggukan. Aku tak meny
"Jadi, kalian kemari mau tanya status hubungan Mbak Anggun dan Mas Kenzie?" tanya Pak RT dengan wajah serius."Iya, Pak, benar," jawabku."Memangnya kalau boleh tahu, Mbak-mbak ini siapanya?""Saya Naya. Saya istri sah dari Mas Kenzie, Pak," jawabku. Mendengar jawaban dariku, wajah Pak RT berubah terkejut."Mbak serius?""Kalau gak percaya, Bapak bisa lihat ini," kataku sambil mengeluarkan buku nikahku dan juga Mas Kenzie. Untungnya, sebelum aku mengikuti Mas Kenzie, aku sudah mempersiapkan segalanya. Seperti saat ini, aku membawa buku nikah untuk mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi. Dan ternyata, dugaanku tak meleset, buku nikah yang aku bawa bisa dijadikan bukti.Pak RT melihat buku nikah yang aku serahkan lalu menganggukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan."Maaf, Mbak Naya, saya gak tahu kalau Mas Kenzie memiliki istri lain selain Mbak Anggun. Karena setahu saya, Mbak Anggun itu istrinya Mas Kenzie. Memang, mereka hanya mengaku nikah secara siri
"Mereka itu siapa, Nay?" tanya Siska membuyarkan lamunanku."Mereka mertua gue, Sis," kataku pelan."Astaga ... andai aja Lo gak ngelarang gue kesana. Udah gue obrak-abrik tu mereka, biar tau rasa! Gak habis pikir gue sama mereka, apa mereka gak mikir akan ada hati yang terluka dengan kebahagiaan mereka itu?!" ujar Siska geram."Biarlah, Sis. Biarkan mereka bersenang-senang buat sekarang. Kalau gue gak bisa bales perbuatan mereka, biar Tuhan aja yang balas," kataku."Lo kuat banget sih, Nay. Kalau gue ada diposisi Lo saat ini, gue gak bisa bayangin apa yang bakal gue lakuin. Palingan gue gak bisa nahan emosi," ujar Siska."Ya mau gimana lagi, kuat gak kuat ya kudu kuat. Kalau gue lemah, keenakan mereka dong ..." kataku."Iya sih, Nay. Salut gue sama Lo."Cekrek! Cekrek!Tanpa memperdulikan ucapan Siska, aku memfoto orang-orang yang ada di depan rumah Anggun saat ini. Foto ini akan aku jadikan bukti nantinya, apabila mereka masih juga mengelak. Aku yakin, suatu saat, jika aku mengungk