Share

Bab 9. Aline Kepo

Author: litrcse
last update Last Updated: 2024-09-27 12:52:26

"Di antara suara tawa dan obrolan, hanya suaramu yang bisa membuatku merasa tenang meskipun jarak memisahkan." -Alshameyzea Afsheena

°°°°°

Keenan mengetik pesannya dengan cepat, dan ketika aku membacanya, senyumku merekah tanpa bisa kucegah.

Keenan Aksara: Sheena, tadi pipi kamu memerah sepanjang jalan.

Aku membalas dengan cepat, ingin tahu apakah dia benar-benar memperhatikan.

Alsha: Iyakah?

Keenan Aksara: Iya, lucu banget kek tomat.

Alsha: Enak aja.

Keenan Aksara: Hehe, bercanda Sheena.

Saat aku sibuk dengan handphone, Aline menghampiri dengan ekspresi penasaran. "Al! Kenapa kamu senyum-senyum sendiri gitu?" teriaknya, membuatku sedikit terkejut. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, lalu memalingkan wajahku darinya.

"Pasti lagi chattingan sama si Keenan," kata Aline dengan nada malas, memutar bola matanya yang terlihat sedikit jengkel.

Aku tetap tidak menggubris kata-katanya, mataku masih tertuju pada layar handphone, jemariku sibuk membalas pesan dari Keenan. Aku merasa hatiku bergetar setiap kali membaca pesannya.

"Gini nih," lanjut Aline, berdiri sambil mengambil handphonenya, "kalo orang jatuh cinta, susah mau dinasehatin."

Aku tersenyum, mendengar kata-katanya, sambil tetap fokus pada pesan-pesan yang terus mengalir dari Keenan.

"Kalo dicuekin gini, mending aku main handphone juga," keluh Aline, suaranya penuh kesal.

Aku menoleh padanya, "Aline, kamu kenapa sih?" tanyaku, berusaha menenangkan suasana.

"Tau ah, males. Orang lagi ngomong malah dicuekin," jawabnya dengan nada yang menunjukkan kemarahannya yang sebenarnya.

Melihatnya begitu kesal, aku akhirnya menaruh handphoneku di meja. "Iya deh, iya. Mau ngobrol tentang apa?" aku bertanya sambil mengalihkan perhatian daripadanya, kami masih berada di ruang tamu yang nyaman, duduk santai setelah pulang dari kafe.

"Aku masih penasaran sama cowok ganteng yang kita temui di kafe tadi," ucap Aline, nada suaranya mulai membaik seiring dengan topik pembicaraan yang dia suka.

"Cowok aneh itu?" tanyaku sambil mengambil buku dari meja, berniat untuk membacanya.

"Ihh, Alsha! Kok cowok aneh sih? Orang ganteng gitu kok dibilang aneh," protes Aline, melemparkan bantal padaku dengan gesit. Aku berhasil menangkapnya dengan cepat sebelum bantal itu jatuh.

"Iya deh, iya. Kenapa emangnya? Kamu mau kenalan sama dia?" tanyaku dengan nada sedikit malas, namun tetap penasaran dengan reaksi Aline.

Aline mengangguk dengan penuh antusias, matanya berkilau seperti bintang yang baru ditemukan. "Iya, aku pengen banget! Gimana kalau kita coba cari tahu lebih lanjut tentang dia?"

Aku menghela napas ringan, menyadari betapa biasanya Aline bereaksi berlebihan terhadap informasi tentang cowok ganteng. Tangan ku kembali membuka novel yang tadi kupegang, seolah mencari ketenangan dari keributan ini.

"Siapa ya namanya? Duh, tadi nggak sempat nanya nama lagi," keluh Aline, tampak agak frustasi.

"Arshaka," jawabku singkat, tanpa mengalihkan pandanganku dari halaman buku.

"Hah? Arshaka?" Aline tampak terkejut, bibirnya membentuk lingkaran kecil saat namanya keluar dari mulutku.

"Wait, wait, seriusan dia yang namanya Arshaka?" Aline langsung mengubah posisinya, duduk tegak dengan ekspresi keterkejutan yang mendalam. Dia menatapku seolah-olah aku baru saja mengungkapkan sebuah rahasia besar.

Aku mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Demi apa Al? Akhirnya aku bisa ketemu sama yang namanya Arshaka, OMG Al, please, cubit aku sekarang!" Aline hampir melompat dari kursinya, penuh semangat dan kegembiraan yang tak bisa ditahan.

Aku mengerutkan keningku, menggeleng pelan, lalu melanjutkan bacaanku dengan sabar, berusaha untuk tidak terganggu oleh kegembiraan Aline yang meledak-ledak.

"Al? Serius kan, dia yang namanya Arshaka?" Aline bertanya lagi, kali ini mencubit lenganku dengan lembut, wajahnya menunjukkan campuran rasa tidak percaya dan kebahagiaan.

"Iya, Aline, serius. Waktu aku dipanggil lagi ke ruang guru, aku ketemu sama dia. Dan emang benar, ternyata dia yang namanya Arshaka, salah satu siswa kelas sebelah yang terpilih jadi kandidat Ketua OSIS," jawabku dengan tenang, mencoba menjelaskan situasi dengan jelas.

Aline terdiam sejenak, lalu perlahan menggelengkan kepalanya, sambil berusaha mencerna informasi tersebut. "Gila sih, pantesan cowok itu ganteng banget. Ternyata beneran dia," ucapnya dengan nada penuh kekaguman, matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan favoritnya.

"Wajar sih jadi rebutan kakel, gantengnya gak ngotak woy!" Aline menambahkan, masih terus mengingat-ngingat wajah cowok yang sempat membuatnya terkesima.

Aku mendengus, mencoba menahan rasa geli dan kesal melihat sahabatku yang begitu terobsesi dengan cowok yang agak nyebelin itu. Dalam benakku, aku kembali memikirkan insiden saat aku tidak sengaja menabrak mading beberapa waktu lalu, momen yang semakin membuatku merasa agak jengkel.

"Wah, gak bisa nih, aku harus pepet dulu sebelum diambil sama Kak Claudia," ujar Aline dengan semangat baru, jari-jarinya sudah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.

Aku menoleh ke arahnya, heran melihat betapa antusiasnya dia. Nama 'Kak Claudia' terdengar seperti bel yang membangunkan rasa tidak suka di dalam diriku, mungkin karena rumor yang beredar tentang Kak Claudia dan Keenan.

"Apa hubungannya sama kak Claudia?" tanyaku dengan nada penasaran, berusaha menyembunyikan perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul.

BERSAMBUNG

Related chapters

  • About Me: Alshameyzea    Bab 9. Aline Kepo (Part 2)

    Aline mengalihkan perhatian dari ponselnya dan menatapku dengan ekspresi serius. "Duh, Al, meskipun kak Claudia di luar kelihatan wow banget, dia juga gak mau kalah soal cogan. Liat aja Keenan, dia juga diincar, kan? Kalau Kak Claudia tau ada cowok yang lebih ganteng lagi dari Keenan, pasti dia bakal deketin juga," jelas Aline dengan nada penuh keyakinan.Aku mengerutkan keningku, sulit mempercayai penjelasan Aline. "Pernah ada kabar nih," lanjut Aline dengan nada berbisik penuh rahasia, "katanya Kak Claudia pernah ketahuan selingkuh dengan pacarnya sendiri. Dan bukan cuma satu, tapi lima cowok, Al! Bayangin, lima cowok jadi selingkuhannya. Gila banget gak sih, tuh senior.""Aku awalnya nggak percaya, tapi setelah pengakuan dari pacarnya Kak Claudia dan para korban selingkuhannya, aku baru percaya. Berita itu sempet rame di sekolah kita, apalagi di media sosial cowoknya," Aline melanjutkan cerita dengan penuh antusias, matanya berbinar penuh gairah. Sementara itu, aku hanya bisa mende

    Last Updated : 2024-09-27
  • About Me: Alshameyzea    Bab 9. Aline Kepo (Part 3)

    Aline, dengan mata berbinar, mengangguk dan terus menunjukkan foto itu. Benar saja, di postingan yang ditunjukkan Aline, tampak tiga cowok dengan wajah hampir mirip. "Lihat, mereka benar-benar kembar tiga!" serunya dengan antusias, suaranya membuat telingaku berdenging."Woah! Gila banget, bisa-bisanya kembar tiga tapi ganteng semua!" teriak Aline, suara kagetnya hampir memekakkan telinga."Aline," aku melotot padanya."Sorry, sorry, Al. Tapi ini serius. Mereka kembar tiga?" Aline terus bersemangat, tidak bisa menyembunyikan rasa herannya."Di foto memang keliatan mirip semua sih. Mungkin efek filter kali," jawabku asal, berusaha tetap tenang meskipun dalam hati aku juga terkejut."Entahlah," Aline tetap tak bisa menutupi kegembiraannya. "Yang paling penting, aku udah nemu akun Instagramnya Arshaka!" Dia hampir melompat kegirangan. "Aku bisa lihat story-nya dia, aku bisa kepoin dia. Kalo perlu, aku DM dia!"Aku hanya bisa memandang Aline dengan rasa campur aduk. Malam ini, dia tampakn

    Last Updated : 2024-09-27
  • About Me: Alshameyzea    Bab 10. Di Antara Cinta dan Janji

    "Jika hidup adalah sebuah buku, maka momen ketika bersamamu adalah bab favorit ku."°°°°°Bel istirahat berbunyi, menandakan waktu bagi para siswa untuk sejenak melepaskan penat dari pelajaran. "Al, ayo buruan temenin aku," desak Aline sambil menarik tanganku dengan tergesa-gesa. Wajahnya penuh semangat dan sedikit cemas, membuatku penasaran."E-eh, bentar, sabar dong, Aline, aku beresin buku dulu," tegurku, mencoba membereskan bukuku yang masih berserakan di meja."Duh, Al, buruan, ayo!" serunya lagi, nada suaranya semakin mendesak."Mau kemana sih? Buru-buru amat," tanya Kafka, yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Aline dengan wajah penuh rasa ingin tahu."Bukan urusan lo!" bentak Aline, matanya melotot. "Ayo, Al, keburu direbut orang nanti." Kali ini Aline menarik tanganku lebih kuat sehingga mau tak mau aku harus ikut dengannya.Kafka hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis, mungkin sudah terbiasa dengan tingkah Aline yang selalu penuh energi.Aline berjalan deng

    Last Updated : 2024-09-27
  • About Me: Alshameyzea    Bab 10. Di Antara Cinta dan Janji (Part 2)

    Tatapannya dingin dan tajam, seolah ingin menyelidik setiap sudut pikiranku. Dia mengangkat satu alisnya dengan angkuh. "Sama-sama," ucapnya dengan nada ketus sebelum langsung berbalik dan meninggalkan aku.Aku menggigit bibirku, merasa canggung dan sedikit malu. 'Aduh, aku melakukan kesalahan. Ngapain juga aku nyebut nama Keenan.' Aku menepuk dahiku pelan, merasa konyol dengan diriku sendiri."Tunggu," panggilku lagi, suaraku sedikit gemetar namun cukup kuat untuk menghentikan langkah cowok itu.Dia berhenti dan menoleh, mengangkat kedua alisnya. Tatapannya penuh tanya, seolah ingin tahu kenapa aku berani memanggilnya."E-eh, boleh minta tolong ambilkan buku ini nggak?" Aku menunjuk ke buku yang tadinya mau aku ambil, letaknya di rak paling atas, sebelah buku yang jatuh tadi.Dia menghela napas, matanya menyipit sedikit. "Minta tolong aja ke cowok yang namanya Keenan," jawabnya ketus, lalu berbalik hendak pergi lagi."Eh, maaf, tadi aku nggak tau kalo itu kamu," aku masih berusaha me

    Last Updated : 2024-09-27
  • About Me: Alshameyzea    Bab 11. Pertandingan Basket

    "Kadang, kebahagiaan yang melimpah bisa jadi mengaburkan pandangan, membuat kita kehilangan."°°°°Kantin SMA Cendana dipenuhi dengan kegembiraan setelah bel pulang sekolah berbunyi. Suasana riuh rendah, di mana suara tawa dan obrolan siswa memenuhi ruangan. Meja-meja panjang yang biasanya dipenuhi dengan bekal dan makanan cepat saji sekarang menjadi saksi dari berbagai cerita dan perbincangan yang berlangsung. Cahaya matahari sore menyinari kantin melalui jendela besar, menciptakan pola-pola hangat di lantai. "Al, kamu ngapain beli air mineral? Bukannya tadi udah bawa ya dari rumah?" tanya Aline, melihatku dengan tatapan bingung sambil menggenggam botol air mineral yang baru dibeli."Ini, buat Keenan nanti," jawabku sambil menunjukkan botol air mineral yang baru saja kubeli.Aline menatapku dengan tatapan ingin tahu, wajahnya penuh keinginan untuk menggoda. "Perhatian banget, emang udah jadian?" Dia mengangkat alis dan memperlihatkan ek

    Last Updated : 2024-09-27
  • About Me: Alshameyzea    Bab 11. Pertandingan Basket (Part 2)

    Sementara itu, pertandingan terus berlanjut dengan penuh intensitas. Keenan, dengan ketangkasan dan keterampilannya, berhasil memasukkan bola ke ring lawan dengan mulus. Setiap kali dia mencetak poin, sorakan dan teriakan dari para pendukungnya menggema di seluruh arena, menambah kemeriahan suasana. Aku baru menyadari betapa banyaknya penggemar Keenan. Di bawah sinar matahari sore yang lembut, gedung olahraga SMA Cendana dipenuhi oleh suasana kemenangan yang meriah. Keenan berdiri di tengah lapangan dengan senyuman lebar, dikelilingi oleh anggota timnya yang bersorak gembira. Suara sorakan penonton bergema di seluruh gedung, menciptakan suasana yang penuh energi dan kegembiraan.Para pendukung Keenan, terutama yang berasal dari kalangan wanita, meneriakkan nama tim mereka dengan semangat. Aku memperhatikan beberapa adik dan kakak kelas yang bergerombol mendekat, membawa minuman dan camilan, siap untuk memberikan hadiah kecil kepada Keenan sebagai bentuk penghargaa

    Last Updated : 2024-09-27
  • About Me: Alshameyzea    Bab 12. Tenggelam

    "Terkadang, yang paling indah dari sebuah rasa bukan bagaimana ia dimulai, tapi bagaimana kita bertahan ketika segalanya tak pasti."°°°°"Haduh, capek banget hari ini." Aline melemparkan ranselnya sembarangan sebelum membaringkan tubuhnya dengan santai di atas kasur. Rumah kami terasa nyaman dan tenang setelah hiruk-pikuk sore tadi. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 6, pertandingan bola basket yang sempat meriah tadi terasa seperti kejadian yang baru saja berlalu.Sambil meletakkan barang-barangku dengan hati-hati, aku mulai membereskan barang-barang Aline yang bertebaran di lantai."Aline, tadi kamu kemana pas pertandingan udah selesai?" tanyaku sambil melirik ke arah gadis yang tampak tenggelam dalam dunia sosial media di ponselnya.Aline mendongak sejenak dari layar ponselnya, "Eh? Aku tadi ke kamar mandi, Al. Udah kebelet banget, jadi gak sempet pamitan ke kamu, hehe." dia menjelaskan dengan cengiran nakal, tampak tidak merasa bersalah meskipun tampaknya agak malu.Aku menatapny

    Last Updated : 2024-09-28
  • About Me: Alshameyzea    Bab 12. Tenggelam (Part 2)

    "Nggak ada, cuma scroll chattingan sama Rey aja sih. Lucu banget dia, meskipun chattingan-nya cuma bentar, tapi bikin aku salting brutal, Alll," jawab Aline dengan wajah berseri-seri, sambil meremas lenganku dengan penuh semangat.Aku melongo heran melihat sikap Aline. Jadi, dia ternyata terpaku pada handphone-nya karena salting membaca chatnya dengan Rey? Aduh. Aku menepuk dahi pelan, merasa campur aduk antara heran dan geli."Kamu mau liat gak isi chattingan ku sama Rey?" Aline bertanya dengan kegembiraan, seolah tawarannya adalah sesuatu yang sangat berharga.Belum sempat aku menjawab, Aline sudah menggeser layar handphonenya dan menunjukkan tampilan room chatnya dengan Rey. Aku mencoba membaca chatnya. Di sana, sebuah nama terpampang jelas, begitu familiar dan membuat dahiku berkerut.“Aline, kenapa nama Rey di kontakmu begitu?” tanyaku, tak mampu menahan rasa penasaran yang menggelitik.Aline menoleh, seolah pertanyaanku bukan sesuatu yang aneh. Dengan senyum kecil yang penuh pe

    Last Updated : 2024-09-28

Latest chapter

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 7)

    “E-eh, Kak, itu mau dipasang di mading sama Yara...” protes si siswi, namun Aline tak peduli, tangannya gemetar ketika ia mulai membaca, matanya bergerak cepat melintasi kalimat-kalimat di selebaran itu. Aku berdiri di sampingnya, dan perlahan-lahan judul berita di koran itu terlihat jelas di mataku, seolah-olah huruf-huruf itu melompat keluar dari halaman dan menghantam dadaku dengan keras. ~"Tragedi di Laut Mediterania: Pesawat XYZ345 Jatuh, 7 Siswa Indonesia Jadi Korban"Penerbangan internasional XYZ345 dari Indonesia menuju Spanyol yang membawa total 162 penumpang mengalami kecelakaan tragis di perairan dekat Laut Mediterania. Pesawat tersebut membawa 7 siswa Indonesia yang terpilih untuk mengikuti lomba tingkat Internasional ke Spanyol, bersama dengan penumpang umum dan kru pesawat. Berdasarkan laporan sementara, sebagian besar korban telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Namun, terdapat satu jasad siswa Indonesia yang hingga saat ini belum ditemukan. Berikut adalah da

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 6)

    Tiba-tiba Aline menepuk lenganku, memutuskan lamunan yang mulai merasuk. "Hey, Al! Kok malah ngelamun? Udah sana, lanjutin belajarnya. Aku mau tidur," katanya dengan ringan sebelum berbalik dan menuju tempat tidurnya.Aku sedikit terkejut, lalu tersadar dan mengangguk. "Iya, iya," jawabku sambil kembali menatap layar laptop, mencoba fokus lagi pada tugas yang harus kuselesaikan. Aku menggulir pelan halaman pada laptopku, membaca artikel tentang ketentraman jiwa manusia. Di tengah keheningan malam, pikiranku melayang pada nasihat lembut seorang ustadz di pengajian kecil. Suaranya penuh keyakinan, wajahnya teduh di bawah sorotan lampu masjid, saat ia berbicara tentang hati dan perasaan perempuan."Perempuan," katanya lembut, "jika tidak disibukkan dengan ilmu dan agamanya, dia akan gila karena perasaannya."Kalimat itu seperti sayatan tajam, menggugah kesadaran yang dalam. Aku memejamkan mata, mencoba merenungkan kata-katanya. Mungkin ini jawabannya—aku perlu mengalihkan perasaanku ke

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 5)

    Jemariku gemetar sedikit saat menemukannya, dan aku membuka halaman demi halaman, hingga kutemukan kutipan yang selalu berulang dalam buku itu. Bibirku membaca pelan kata-kata yang pernah memberiku kekuatan."Dalam perpaduan bulan dan bintang, langit malam mengungkap keindahan, menghapus segala beban hidup yang memandang."Aku mengulangi kalimat itu, berbisik, "Bulan dan bintang... langit malam... keindahan... menghapus beban hidup yang memandang."Mataku tak lepas dari langit di luar jendela. Bulan bersinar dengan tenang, bintang-bintang di sekelilingnya berkelip, seolah menyapa. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang hampir kupegang. Aku merasakan denyut ide yang perlahan mulai terbangun di kepalaku."Keindahan... langit malam..." gumamku lagi, lebih dalam, mencoba merangkai makna di antara kata-kata itu. Aku menutup mataku sejenak, membiarkan bayangan langit malam menari-nari di dalam pikiranku, berharap bisa memunculkan sesuatu yang nyata. Dan tiba-tiba.. seperti kilatan cahaya, 'aku t

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 4)

    Aku berbalik dan memandangnya dengan lelah. "Sebentar lagi, Lin," jawabku singkat, suaraku nyaris tenggelam."Aku mau ngaji dulu, sambil nunggu adzan isya'," tambahku, berharap Aline tak lagi mendesakku.Namun, dia tetap mendekat, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. "Al, minum obat dulu, ya? Jangan ditunda-tunda," katanya sambil meraih kotak obat yang sudah kusiapkan di kamar untuk keadaan darurat. Dia menyodorkan obat itu kepadaku, seakan tak ingin memberi ruang bagi penolakan.Aku menatap pil-pil di tangannya, lalu mengangguk lemah. Perlahan, aku mengambil obat tersebut dan segera menelannya. Perasaan sedikit tenang menyelimuti, meski tidak sepenuhnya menghapus rasa sakit yang ada di dalam dada."Nah, gitu dong. Kalau gini kan aku bisa lebih tenang. Kamu lupa ya? Tadi Kafka nitip kamu ke aku," ucap Aline, mencoba mencairkan suasana.Kafka. Nama itu membuatku terdiam sejenak. Masih ada banyak hal yang harus kupertanyakan padanya, namun, malam ini, aku terl

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 3)

    Aline mengangguk pelan, "Iya," jawabnya lembut, tak pernah sekalipun melepaskan rangkulannya di pundakku.Abhi yang biasanya ceria terlihat lebih serius. "Cepet sembuh ya, neng Alsha," ucapnya dengan nada tulus, meskipun ada sedikit kebingungan di matanya.Nevan menambahkan, "Iya, cepet sembuh, Al, biar Keenan nanti nggak kepikiran pas tanding." Kalimat terakhir itu terasa seperti belati yang menusuk langsung ke hatiku. Air mataku yang sedari tadi kutahan semakin deras mengalir, namun aku tetap diam. Mereka tidak tahu. Tidak tahu bahwa sakit yang kurasakan bukan hanya karena pusing, tetapi karena pengkhianatan yang baru saja kulihat. Keenan. Orang yang mereka banggakan, orang yang mereka kira akan peduli padaku, ternyata sudah bersama orang lain. Gadis lain. Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, aku memohon agar mobil berhenti. "Mampir ke masjid dulu... sholat Maghrib," pintaku dengan suara pelan, hampir tak terdengar.Aline mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut, dan su

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 2)

    Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki yang semakin mendekat membawaku kembali ke kenyataan. Aline tiba lebih dulu, diikuti oleh Kafka, Nevan, dan Abhi. Wajah mereka penuh kecemasan saat mereka menghampiriku. Aline duduk di sampingku, tanpa ragu langsung merangkulku dengan erat. Pelukan hangatnya seolah mencoba menarikku keluar dari keterpurukan yang tengah melingkupiku."Al, tiba-tiba banget sakitnya?" tanyanya lembut, suaranya bergetar samar dengan kekhawatiran.Aku hanya mengangguk pelan, masih menutupi wajah dengan kedua tanganku. Air mata yang membasahi pipiku tidak bisa kutahan lagi, dan aku tidak ingin mereka melihat betapa hancurnya aku saat ini."Bentar, gue telfon supir gue dulu biar cepet kesini," Kafka berkata, suaranya terdengar seperti dari kejauhan, bergema di antara pikiranku yang kacau. Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh sedikit, mungkin untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik, tapi fokusku tak bisa sepenuhnya tertuju padanya.Aline menghela napas dalam

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa

    "Ketika rasa tak lagi mampu berlabuh di bumi, aku melangitkannya—membiarkannya terbang tinggi, menuju Tuhan, di mana segala harapan menemukan tempatnya yang abadi." -Alshameyzea Afsheena •••Di bawah langit senja yang memancarkan warna merah jingga lembut, bandara sore itu tampak bagaikan palet cat yang dipenuhi dengan warna-warna ceria dan energi yang tak tertahan. Namun, kontras antara suasana yang riuh dan keadaan batinku yang terpuruk tak pernah lebih jelas daripada saat ini. Setiap langkahku terasa seperti usaha sia-sia untuk menghapus bayangan yang baru saja menghantamku dengan keras, seakan dunia yang kukenal runtuh dalam sekejap. Napasku terasa semakin berat, masing-masing seperti beban yang menambah kekosongan yang menggelayuti hatiku. Tanpa rencana atau tujuan yang jelas, kakiku menarikku ke arah kamar mandi, mencari ketenangan di tempat yang sederhana. Mungkin, air wudhu' yang dingin dan menyegarkan bisa menjadi penawar sementara, menyelamatkanku dari kegundahan yang men

  • About Me: Alshameyzea    Bab 49. Merilis Luka (Part 3)

    Aku terus memperhatikannya, merasa janggal dan penasaran. Gerakannya tenang, tapi matanya tampak sibuk mencari. Lalu, tak lama kemudian, muncul beberapa sosok yang sangat familiar-Rey, dokter Athala, dan bundanya. Mereka bergabung dengan Arshaka, tampak berbicara dengan penuh keseriusan.Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di dadaku, semacam kekacauan emosional yang sulit kutafsirkan. Namun sebelum aku bisa mencerna lebih jauh, suara Aline memecah keheningan."Al, lagi liatin apa sih?" tanyanya dengan nada penasaran, membuyarkan lamunanku.Aku tersentak, refleks menggeleng pelan. Tapi saat aku kembali menoleh ke arah Shaka dan keluarganya, mereka sudah menghilang dalam keramaian bandara. Aku menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri dari rasa tak menentu yang tiba-tiba melanda.Kami berhenti di area parkir. Aline segera membuka pintu dan keluar dengan cepat, sementara aku masih mencoba menenangkan pikiran. Beberapa detik kemudian, mobil Nevan dan Abhi tiba, disusul oleh mob

  • About Me: Alshameyzea    Bab 49. Merilis Luka (Part 2)

    "Itu. Lanjutannya," jawabku sambil menatapnya lebih dalam, ingin melihat reaksinya.Keenan menarik napas dalam, tatapannya tak pernah lepas dari wajahku. "Masih," ucapnya mantap, tanpa ragu.Keheningan langsung menyelimuti kami. Meski di sekitar kami kelas dipenuhi dengan suara obrolan teman-teman yang riuh, rasanya seperti ada dinding tak terlihat yang memisahkan kami dari hiruk pikuk itu. Hanya ada aku dan Keenan, duduk berhadapan dengan suasana yang kini terasa jauh lebih dalam dan rumit."Kamu mau ya, nganterin aku nanti?" tanyanya tiba-tiba, suaranya kini lebih lembut, penuh harap. "Bareng Kafka juga. Nanti ajak Aline."Aku menatapnya, kini wajahnya penuh dengan permohonan yang begitu tulus. Untuk sesaat, aku terdiam. Lalu, dengan senyum tipis, aku mengangguk pelan, tanda bahwa aku bersedia.---KRING! KRING! KRING!Bel sekolah berbunyi, menandakan akhir dari jam pelajaran hari itu. "Jam pelajaran telah selesai, seluruh siswa diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing,"

DMCA.com Protection Status