Awan sebenarnya sangat enggan berhubungan lagi dengan Indah. Karena itu, setelah menyelamatkan Indah, Awan sengaja meminta Mukhtar untuk mengantarnya pulang. Sayangnya, cewek bertubuh semok ini tidak bisa di usir begitu saja.Berbeda dengan Awan yang ingin mengusirnya, Indah justru terlihat sangat ingin menempel erat dirinya dan tidak ingin melepas cowok jenius berparas tampan tersebut.Dengan tatapan memelas, Indah berkata, "Awan, bisakah aku pulang di antar kamu?"Bukan karena Indah tidak percaya dengan Mukhtar atau yang lainnya. Hanya saja, ia merasa lebih nyaman jika di antar oleh Awan. Selain itu, Indah semakin menyukai sisi lain Awan yang ia lihat malam ini. Di mata Indah, Awan terlihat sangat keren ketika bertarung dan berhasil mengalahkan Bram tadi. Bahkan, penampilan Awan yang sekarang tampak masih berdarah itu justru terlihat lebih heroik layaknya banyak cerita pahlawan yang ada dalam cerita novel.Bukankah wanita menyukai sosok pahlawan? Sekarang, ada kesempatan berdua den
Karina sempat terpengaruh dengan ucapan Anton dan mengira semua yang diucapkan Anton adalah benar. Bagaimanapun, Awan dan Anton adalah teman sekelas. Biasanya ada masalah apapun, Awan akan bercerita padanya ataupun pada saudara kembarnya, Kirana. Namun, Awan tidak pernah bercerita tentang Anton sama sekali. Itu sebabnya, Karina bisa mempercayai ucapan Anton. Selain itu, ia sangat mengetahui kalau hubungan Awan dan Indah hanyalah sebatas teman dan dia tidak menganggap 'perselingkuhan' Indah dan Anton waktu itu sebagai masalah. Padahal, alasan kenapa Awan tidak bercerita padanya karena ia sama sekali tidak menganggap Anton sebagai saingannya dan andai Karina tahu apa yang telah dilakukan oleh Anton malam ini, ia mungkin akan marah dan langsung memaki Anton. Sayangnya, Karina tidak tahu dan itu membuat ia tidak mewaspadai Anton. "Jadi, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang?" "Hmn, tidak perlu. Aku sedang menunggu Awan di sini." Jawab Karina datar. "Eh, Awan?" Seru Anton terkejut.
Anton terkejut setengah mati dan hampir saja menjatuhkan tubuh Karina yang sudah siap di masukkan ke dalam mobil."Si-siapa kamu?" Ujar Anton terkesiap begitu melihat kemunculan seorang wanita bertubuh seksi berdiri tepat di depan pintu masuk ruko.Semula, ia mengira ada banyak orang yang memergoki aksinya. Jika begitu, ia akan berada dalam bahaya karena kedapatan melakukan tindak kejahatan secara terang-terangan di tengah malam buta. Apalagi, kalau sampai digerebak masa, ia akan berakhir lebih tragis lagi.Beruntungnya, hanya ada satu wanita dan tidak ada siapapun di sana. Menyadari hal itu, Anton diam-diam menghembuskan napas lega dan perlahan rasa takutnya berubah menjadi keberanian. Seorang wanita saja, ia masih berani menghadapinya. Apalagi, wanita ini memiliki daya tarik seksual yang sangat tinggi. Melihatnya saja, sudah membuat jantung Anton berdebar kencang dan pikirannya membayangkan banyak adegan erotis yang membuat bagian bawah perutnya seketika menegang.Jika Karina adalah
Sepanjang perjalanan, Awan hanya diam dan terlihat tidak berminat untuk berbicara sama sekali. Bahkan untuk sekedar memutar musik di dashboard mobil, Awan tampak enggan. Jika bukan karena Indah yang terus berkicau di sampingnya, Awan mungkin benar-benar tenggelam dalam keheningan malam dan fokus sepenuhnya dengan jalan di depannya. Karena alasan itu juga, Awan berkendara seperti seorang pembalap yang sedang berpacu dengan waktu dan melewati banyak kendaraan di belakangnya. Sehingga wajar saja, kurang dari sepuluh menit kendaraan yang Awan kendarai sudah sampai di depan rumah Indah. Karena Awan sudah pernah beberapa kali ke rumah ini dulunya, sehingga ia bisa masih mengingat rutenya. "Kita sudah sampai. Kamu bisa turun sekarang!" Ucap Awan datar dan dingin tanpa melihat ke arah Indah. "Eh?" Indah tampak terkejut, karena baru beberapa menit yang lalu ia masuk ke d alam mobil Awan dan tiba-tiba sudah sampai di depan rumahnya. Jika saja yang membawa mobil adalah Michael Schumacer, ia
Anton sangat bersemangat karena berhasil membawa wanita cantik dan sesempurna Florensia ke atas ranjangnya. Untungnya, kondisi rumahnya cukup memungkinkan untuk ia bisa bersenang-senang malam ini. Keluarga Anton bisa dikatakan sangat bebas dan tidak terlalu usik dengan aktfitas setiap penghuni rumah. Baik Ayah atupun kakak laki-laki Anton hanya peduli dengan diri mereka sendiri. Ibunya jangan ditanya, karena sudah lama pergi dengan selingkuhannya. Saat Anton sampai di rumahnya, penunjuk waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Di garasi, Anton hanya melihat mobil saudara laki-lakinya. Ayahnya belum pulang. Namun sepertinya Anton tidak peduli dan dengan bersemangat menarik Florensia untuk segera masuk ke dalam kamarnya. "Xixixi, sepertinya kamu sudah tidak sabar bisa menikmati tubuhku, ya?" Ucap Florensia dengan nada manja tanpa melawan tarikan Anton di tangannya. Tentu saja, saat masuk ke dalam rumah, tanpa disadari oleh Anton, Florensia dengan cepat memindai kondisi seisi
Buk!"Arhk!"Bendi belum berhasil menyentuh tubuh Florensia, saat ia merasakan sebuah tendangan kuat menghantam punggungnya dari arah belakang. Tendangan tersebut tidak main-main. Bendi yang merasakannya langsung, punggungnya serasa mau patah.Namun, kejutan tidak terduganya bukanlah rasa sakit dari punggungnya. Melainkan saat ia jatuh tertelungkup di atas tubuh seseorang yang terdapat atas ranjang.Semula. Bendi masih belum menyadari letak keanehannya.Namun, saat ia melihat jika tubuh yang sedang ditindihnya penuh lumuran darah, seketika ia menjadi ketakutan dan buru-buru melompat. Apa ia sedang berada dalam ruang jagal?Bendi merinding dan saat ia melihat lebih dekat dan menyadari bahwa sosok yang sedang berlumuran darah tersebut ternyata adalah adiknya sendiri, ketakutan Bendi semakin menjadi."Aaa... An-anton?"Bendi sampai terjungkal ke bawah tempat tidur. Benar, tidak salah lagi. Cowok yang berlumuran darah di atas ranjang benar adalah adiknya.'Sial! Sebenarnya apa yang terj
Di luar ruko telah berdiri seorang pria bertampang sangar dan memiliki badan yang sangat tegap seperti binaragawan. Namun, penampilan yang membuat kehadirannya begitu mengintimidasi adalah auranya yang sangat kuat dan memancarkan niat membunuh yang membuat siapapun berada di sekitarnya gemetar ketakutan.Tanpa terkecuali Awan.Saat pertama kali melihat pria tersebut, ia sudah merasakan ancaman kuat yang belum pernah ia temui selama ini. Awan telah bertarung puluhan kali dengan berbagai macam tipe lawan seusianya. Namun, semua lawannya tidak ada satupun yang bisa dibandingkan dengan pria di depannya ini ataupun mendekati tingkat tekanannya.Instingnya memberi peringatan bahaya dan membuat Awan harus mewaspadai pria tersebut."Huft, ternyata hanya bocah?"Lain halnya dengan pria yang ingin membunuhnya. Melihat targetnya ternyata adalah seorang remaja, ia langsung meremehkan. Entah apa yang dipikirkan oleh si pemberi misi sehingga membuatnya harus turun tangan untuk membunuh seoarang bo
"Master setengah langkah?"Awan tidak paham maksud ucapan Nando. Yang ia tahu, bahwa musuh sudah mengerahkan kekuatan penuhnya. Oleh karena itu, Awan tidak berpikir terlalu banyak dan bersiap menyambut serangan Barja dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.Boom!Saat bentrokan pukulan keduanya bertemu, terdengar suara ledakan keras yang membuat lantai area sekitar ruko berguncang.Ekspresi Nando dan Vera terlihat sangat pucat karena mengkhawatirkan keselamatan Awan. Hanya melihatnya saja, mereka seakan bisa merasakan kengerian dari serangan Barja barusan dan benar saja, begitu pukulan keduanya berakhir ada seseorang yang melesat dengan sangat liar dan kencang hingga menghantam mobil yang sedang parkir dan membuat mobil hatchback itu langsung terbalik beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di sudut pagar area ruko. Bisa dibayangkan betapa kuat daya hantam dari tubuh malang tersebut? "B-bos?"Vera dan Nando segera bergegas karena sosok yang barusan terpental adalah Awan. Perasaan ked