Nando dan Vera terdesak dan dibuat tidak berkutik di hadapan Barja. Serangan kombinasi keduanya seakan tidak berguna saat menghadapi seorang Barja yang sedang menggunakan kekuatan penuhnya.Penampilan keduanya terlihat menyedihkan.Satu lengan kiri Nando bahkan sudah patah dan tidak bisa lagi digunakan.Hanya karena semangat tempur dan keinginan untuk membalaskan dendam Awan yang membuat mereka tetap bertahan dan terus coba melawan meski semua usaha mereka tampak sia-sia."Menyerah saja! Percuma kalian melawan. Kalian berdua bukanlah lawanku.""Jangan bilang kalau aku tidak memberi jalan keluar untuk kalian berdua. Sekarang, cepat serahkan bocah itu padaku! Aku akan membawa kepalanya untuk mengklaim misiku."Barja sudah melihat cara bertarung dua orang di depannya yang sangat sistematis dan disiplin. Keterampilan bertarung seperti ini, hanya pernah ia lihat di militer. Tanpa bertanya sekalipun, ia yakin jika keduanya adalah pasukan khusus yang sedang menjalankan misi. Karena itu, Barj
"B-bos?" Ucap Vera lirih saat melihat sosok penyelamatnya.Vera berharap bisa mempercayai penglihatannya. Hanya saja, luka dalamnya sudah cukup parah dan Vera tidak sanggup lagi mempertahankan kesadarannya.Ini pasti halusinasinya! Tidak mungkin Awan bisa bangkit kembali setelah mendapat luka separah itu. Dalam ingatan terakhir Vera, Awan tampak sudah sekarat. Mustahil Awan bisa bangun, apalagi menyelamatkan dirinya!Tapi, meski itu hanya ilusi, Vera tampak tersenyum dalam ketidaksadarannya.Di sisi lain, sosok yang telah menyelamatkan Vera, benar adalah Awan. Ia berdiri dengan sikap gagah dan tatapan yang tajam. Seperti halnya Vera, Barja bahkan sampai tercengang dan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Ia sendiri yang telah menghajar Awan dan mengirim setengah kaki Awan ke dewa kematian. Hampir separuh anggota tubuh Awan juga sudah hancur karena serangannya. Dengan kondisi seperti itu, bisa hidup saja adalah suatu keajaiban.Tapi, kenyataan di depannya seakan mematahkan
Di sisi lain, Awan dapat melihat semua pertarungan antara dirinya dan Barja. Karena itu, ia juga tahu betapa kuatnya ia saat ini. Hanya saja, Awan tidak memiki kendali atas tubuhnya. Ia seolah sedang berada dalam ruang bioskop besar dan menyaksikan semua yang ada di luar tanpa memiliki kendali atas apa yang terjadi. Apa ini kekuatan Indira? Bagaimana ia bisa sekuat ini? Lalu, siapa Indira sebenarnya? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Selama ini, Awan berpikir bahwa ia sudah mengenal Indira. Kenyataannya, ia masih belum mengenalnya sama sekali. Dengan kenyataan yang terpampang di depannya, jelas kalau Indira bukanlah sosok imajinatif seperti anggapannya selama ini. Meski begitu, Awan tidak merasakan sedikitpun rasa takut. Bagaimanapun, Indira tidak menunjukkan permusuhan ataupun niat jahat pada dirinya. Tapi, tetap saja Awan tidak bisa tenang. Pertanyaan tentang siapa Indira sangat menganggu pikirannya. "Sudah selesai!"Indira yang sedang mengendalikan raga
Bram baru saja sadar setelah pingsan selama beberapa jam. Tubuhnya terasa sakit akibat serangan brutal Awan sebelumnya. Namun, dibanding rasa sakit ditubuhnya, hatinya jauh lebih sakit. Kalah dari seorang junior seperti Awan dan dihadapan semua pendukungnya, membuat harga diri Bram terluka. Dibalik wajah bonyoknya, ekspresi Bram dipenuhi oleh kebencian dan berpikir bagaimana bisa membalaskan dendamnya terhadap Awan atau ia tidak akan pernah tenang seumur hidupnya. "Awan, lihat saja! Aku pasti akan membunuhmu!"Plak! Bram yang sedang memikirkan bagaimana cara membalaskan dendamnya, tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah tamparan di kepalanya. Untung saja tamparan itu tidak dilakukan dengan kasar dan hanya untuk memperingatkannya. Jika tidak, penampilan Bram mungkin akan terlihat semakin hancur. "Bona, apa maksud lu?" Teriak Bram kesal ketika menyadari bahwa orang yang barusan menamparnya adalah Bona, sepupunya. "Lu masih berpikir untuk balas dendam?" Tanya Bona seolah ia sedang bica
Paginya, dua saudara kembar Kirana dan Karina sudah menagih janji Awan ubtuk menjelaskan apa yang terjadi. Meski sebenarnya, tujuan keduanya agar bisa dekat dengan Awan. Hanya saja, suasana tampak sedikit canggung. Alasannya sederhana, karena kali ini keduanya berada di waktu yang sama berada di dekat Awan. Kaum hawa itu memang unik, mereka tahu jika mereka menyukai seorang cowok. Tapi di saat yang sama, mereka lebih suka tidak menunjukan perasaan mereka didapatkan saingan cinta mereka, meski saingan cinta tersebut adalah saudara mereka sendiri. Meski diam-diam mereka sudah sama-sama tahu tentang perasaan mereka masing-masing. Dalam hati, mereka sama-sama berharap jika Awan menyadari tentang perasaan mereka. Masalahnya, mereka mencintai cowok yang tidak peka seperti Awan. Alih-alih menangkap maksud terselubung kedua dara cantik ini, Awan dengan polosnya bercerita tentang kejadian semalam dan menjelaskan kalau Barja adalah preman mabuk yang kebetulan lewat dan melihat Karina terb
Penjelasan Nando seakan membuka pikiran Awan. Ia baru tahu, ternyata masih ada tingkatan yang melampaui tingkat pemahaman manusia. Tingkat seperti ini sudah melewati pencapaian manusia biasa. Selama ini ia hanya tahu berbagai aliran beladiri seperti silat, kung Fu, muaythai, karate, jujitsu dan semacamnya. Apa tingkatan tertinggi dalam setiap aliran beladiri tersebut, sabuk hitam? Sabuk merah? atau level ahli? Semua itu ternyata hanya tingkatan amatir dan bahkan sama sekali tidak dianggap oleh seorang master beladiri yang sebenarnya.Seorang master adalah mereka yang sudah berhasil membangkitkan potensi tersembunyi di dalam tubuhnya. Layaknya seorang superhero yang ada dalam cerita komik, menahan api atau menghancurkan besi dengan tangan kosong bukan lagi mitos semata tapi hal biasa bagi seorang master.Awan sudah pernah menghadapi Barja yang berada di level master setengah langkah. Level ini saja sudah membuatnya hampir kehilangan nyawanya. Tidak terbayangkan jika lawan yang ia hada
Cewek tersebut berkulit putih, ramping dan lumayan tinggi yang membuatnya sangat layak menjadi supermodel. Satu hal yang lebih penting, dia memiliki penggemar cowok yang sangat banyak.Bisa dikatakan satu sekolahan Awan mengagumi dirinya. Selain cantik, ia juga pintar. Sebagian piala dan piagam penghargaan yang ada di ruang prestasi sekolah diukir atas namanya. Belum lagi jika ditambahkan prestasi pribadinya, semua itu cukup membuat para penggemarnya semakin tergila-gila dengannya.Kenapa Awan bisa tahu? Hal itu karena selain hobi dan teman dekat, orang lain yang ia kagumi adalah orang pintar.Tapi, hanya sebatas itu. Rasa kagum Awan tidak sampai taraf di mana dia menggilai sosok cewek yang sedang duduk dan memandang dirinya dengan tatapan tajam itu layaknya penggemar fanatik.Ya, wanita yang sedang duduk di depan Awan adalah Jesika Pitaloka. Siswi kelas tiga dan sekaligus ketua senat siswa di sekolahnya.Tepat seperti ucapan Dirga sehari sebelumnya kalau Jesika sedang mencarinya unt
Keesokkan harinya.Awan dengan sedikit enggan naik ke atas bus sekolah. Ini pertama kalinya ia naik ke atas bus milik inventaris sekolahnya tersebut. Meski tidak semewah bus RA Internasional High School, sekolah swasta berkelas internasional yang terkenal dengan fasilitas mewahnya. Tapi bus milik sekolahnya juga cukup nyaman.Bus ini akan membawa perwakilan sekolahnya untuk ikut olimpiade kali ini.Setiap orang sudah memiliki nomor bangkunya masing-masing, jadi Awan mencari letak bangkunya. Untuk hal kecil seperti ini, Awan merasa tidak perlu menanyakannya pada siswa lain yang telah duduk di dalam bus. Pertama, ia tidak kenal dekat dengan mereka. Kedua, sebagian besar dari mereka jelas tidak menyukai Awan, terutama para cowok. Ketidaksukaan itu sudah mereka tunjukkan saat latihan pra olimpiade sebelumya, di mana Awan tertidur di dalam kelasnya.Di antara orang-orang ini, hanya ada satu orang yang melambaikan tangannya ke arah Awan.Siapa lagi kalau bukan Anggie.Sambil tersenyum lebar
"Plak!"Sebuah suara tamparan terdengar cukup keras dan sekaligus membuat semua orang menatap ke sumber suara dengan tatapan tegang.Siapa yang tidak tegang, saat seorang petinggi mafia yang paling ditakuti di kota ini di tampar oleh seorang wanita dan itu terjadi tepat di depan banyak pasang mata yang melihatnya."Na-Nadya, apa yang kamu lakukan? Cepat berlutut dan minta maaf pada tuan Max! Jika tidak, kamu akan berakhir dengan nasib tragis kalau tuan Max sampai marah." Teriak Anton ketakutan dan kesal dengan tindakan berani sepupunya tersebut.Punggung Anton terasa basah oleh keringat dingin. Tentu saja, ia sangat takut dengan kemarahan Max. Apalagi, ide untuk memperkenalkan Nadya pada Max adalah dari dirinya. Sikap lancang Nadya bisa berimbas pada dirinya. Anton tidak berani membayangkan jika Max sampai murka dan melampiaskan kemarahannya pada dirinya.Lona yang berdiri di dekat Nadya tidak kalah terkejutnya. Meski menurutnya, Max sangat pantas mendapat tamparan tersebut karena ia
Awan berdiri dengan mata syarat kerinduan memandang sebuah gedung di seberang jalan tempat ia berdiri saat ini. Sekarang sudah dua bulan berlalu dan satu-satunya orang yang terpikir olehnya saat ia kembali adalah Nadya, kekasihnya. Namun, di saat bersamaan ia juga terlihat ragu untuk melangkah ke depan dan masuk ke dalam gedung dua belas lantai tersebut."Hmn, aku harus memberi jawaban seperti apa nantinya yah?""Nadya, aku kembali!""Ah, tidak mungkin sesingkat itu. Bagaimanapun aku telah menghilang dua bulan lamanya. Atau aku harus berterus-terang saja dan menjelaskan kalau aku di seret oleh raksasa ke dasar telaga dan ular tersebut sebenarnya adalah sisa jiwa seekor naga dan kemudian aku menerima warisannya.""Huft, kalau dipikir-pikir, cerita itu lebih terdengar seperti dongeng dan mungkin akan sangat sulit dipercaya. Siapa yang akan percaya jia di dunia masih ada seekor naga? Meskipun itu hanya pecahan jiwa sekalipun. Apalagi Nadya orangnya sangat kritis dan logis.""Aku tidak b
"Aku tidak peduli kamu mendengar isu tidak jelas itu darimana. Kalaupun perusahaanku dalam masalah, aku tidak akan pernah meminta bantuanmu, Jay. Atau aku perlu menelpon Erika untuk menjemputmu ke sini?" Balas Nadya dingin dan membuat Jay yang semula terlihat percaya diri menjadi canggung dengan wajah memerah karena malu ditolak Nadya secara terang-terangan seperti itu."Hahahaa... Wanita yang galak! Aku suka. Oh man, sepertinya keberuntunganmu sudah habis. Jangan bilang kalau aku tidak memberikan kesempatan, hahaha!" Tawa Max menertawakan Jay.Max tanpa malu-malu bahkan duduk duduk di sofa depan meja Nadya sambil melipat satu kakinya dan mengeluarkan cerutunya.Seorang pengawal dengan sigap menyalakan korek untuk Max dan membuatnya terlihat seperti seorang bos yang mengendalikan situasi. Aura Max berbeda dengan Jay.Jika Jay terlihat seperti orang kaya pada umumnya, maka Max lebih terlihat seperti seorang mafia dengan aura menindas dan syarat kekejaman. Itu pula yang membuat Lona leb
Anton menatap iri kemegahan ruangan Nadya dan membayangkan jika ruangan semewah itu menjadi miliknya, tentu saja lengkap dengan perusahaannya.Wajar saja Anton cemburu dengan pencapaian Nadya. Baru beberapa bukan yang lalu Nadya dan keluarganya pindah ke kota ini dan meminta bantuan keluarga besarnya untuk meminta perlindungan dan membantu kehidupan mereka karena Madya Nadya dan keluarganya baru saja di'buang' oleh keluarga Wongso.Siapa sangka, nasib Nadya akan berubah begitu drastis hanya dalam beberapa bulan. Tidak hanya bisa mengenal keluarga kelas satu di kota ini tapi kehidupan mereka juga berubah sangat drastis. Nadya bahkan bisa memiliki sebuah perusahaan yang tingkatnya di atas perusahaan keluarganya dan hanya dalam waktu relatif singkat, status Nadya dan keluarganya bahkan sudah melewati keluarga Dehen.Karena kedengkiannya, Anton coba menghasut keluarganya dengan coba menjodohkan Nadya dengan kenalannya. Tentu saja, tujuan Anton yang sebenarnya adalah untuk memperdaya Nad
Dinding gua bergetar dan beberapa batu mulai berjatuhan. Gua yang telah ada selama ibuan tahun tersebut sepertinya tidak bisa lagi bertahan.Di saat bersamaan, Awan membuka mata dan aura kuat tampak mengelilingi seluruh tubuhnya.Dibanding sebelumnya, penampilan Awan yang sekarang terlihat seperti seorang pertapa. Rambutnya sedikit lebih panjang serta wajahnya yang tampan mulai ditutupi oleh jambang dan kumis tipis."Haah!" Awan menarik napas dalam dan melepaskannya ke udara dan seketika udara keruh memenuhi udara sebelum menguap tersapu angin.Awan tidak tahu berapa lama waktu yang telah ia habiskan untuk menyerap pil roh. Namun, hasil yang ia tuai melebihi dari ekspektasi naga Ragnarok terhadapnya. Ia telah berhasil membuka simpul ke tiga dan sekaligus mencapai level Pemutusan Roh.Sekarang, Awan dapat merasakan jumlah reiki di dalam tubuhnya meningkat drastis yang membuat tidak hanya kekuatannya meningkat berkali-kali lipat tetapi juga kemampuan persepsinya jadi lebih luas dan ter
Tanpa terasa dua hari sudah berlalu sejak Awan mulai berlatih teknik pemurnian tubuh naga.Naga Ragnarok yang sedang menjaga api di luar bejana dibuat terkejut begitu bejana tempat Awan berada tiba-tiba retak dan sebuah cahaya menyilaukan keluar dari dalamnya.Tidak lama setelah itu, bejana yang terbuat dari perunggu tersebut pecah dan sosok Awan muncul dari dalamnya dengan berselimutkan cahaya keemasan."Bagaimana mungkin? Dia benar-benar berhasil menyempurnakan tahap pertama pemurnian tubuh naga?" Seru Ragnarok tidak percaya.Bagaimana tidak? Teknik ini sejatinya adalah teknik bangsa naga karen mereka terlahir dengan fisik khusus dan juga api bawaan yang sudah ada semenjak mereka lahir.Namun, Awan menggunakan cara yang berbeda yaitu dengan menggunakan elemen air untuk mengendalikan amukan api saat pemurnian tubuh naga.Tidak hanya berhenti disitu, Awan juga berhasil menyempurnakan teknik ini lebih cepat dan menyatu sempurna dengannya.Ragnarok bisa melihat jika cahaya yang menyelimu
"Namun, sebelum kamu menyerap teratai inti bumi dan memurnikannya, kamu harus menguasai teknik tubuh naga secara sempurna terlebih dahulu.""Teratai inti bumi ini mungkin cukup untuk mengantarmu naik tingkatan kecil menjadi Pembentukan Jiwa tahap puncak dan kalau beruntung, itu bisa membuatmu selangkah lebih dekat membuka simpul ketiga dalam tubuhmu.""Apa? Senior juga tahu tentang simpul dalam tubuhku?" Ujar Awan terkejut.Kultivasi Awan sangat unik dan berbeda dengan kultivator pada umumnya. Itu karena ia mewarisi teknik kultivasi dari raja Asura. Didalam tubuh Awan terdapat dua belas simpul murni yang membatasi kekuatan sejati. Sejauh ini, Awan baru membuka dua simpul dan jika ia membanding kekuatannya dengan tetua Wahyu yang ia lawan sebelumnya, Awan menyimpulkan kekuatannya berada di level Pembentukan Jiwa tahap menengah. Hanya saja, perbedaan pengalaman serta kekuatan, Awan masih berada setingkat di bawah tetua Wahyu.Namun, cara menentukan tingkat kekuatan Asura bukan dengan ti
Awan mengyunkan dager sepasang dager di tangannya beberapa kali untuk menguji kemampuannya lebih lanjut. Semakin lama ia menggunakannya semakin Awan dibuat kagum. Selama ini Awan belum pernah menggunakan senjata meski dalam warisan Asura terdapat beberapa teknik beladiri menggunakan senjata. Mungkin karena ia belum menemukan senjata yang cocok dengannya.Namun ketika ia menggunakan dager pemberian Naga Ragnarok, Awan seperti menemukan kecocokan dengan senjata tersebut.'Tebasannya sangat tajam namun tidak meninggalkan jejak apapun, sangat sempurna sebagai senjata pembunuh yang sangat mematikan. Beratnya juga ringan dan membuatnya menjadi sangat fleksibel. Bahkan, setelah diayunkan hampir tidak meninggalkan jejak lintasan angin. Meski begitu, hanya dengan mengayunkannya seperti ini, sudah cukup untuk membelah benda ringan.' Pikir Awan kagum."Senior naga, dari apa senjata ini terbuat? Ini terlihat kokoh dan sangat tajam seperti terbuat dari baja namun jelas ini bukan baja. Selain itu,
"Nak, terima warisanku ini!" Naga Ragnarok menjentikkan jarinya dan sebuah cincin hitam melayang tepat di depan Awan.Dengan cepat Awan meraih cincin tersebut dan menatap Ragnarok dengan penuh tanya. Bagaimanapun cincin ditangannya itu hanya terlihat seperti cincin hitam biasa dan bahkan tanpapermata ataupun ukiran apa-apa di permukaannya alias polos.Lalu, apa maksudnya naga Ragnarok menyebut cincin tersebut sebagai warisan."Hmn, aku lupa! Diduniamu sekarang mungkin sangat asing dengan benda ini. Kamu pasti sudah mengaktifkan kesadaran ilahimu, benar?"Awan mengangguk ringan, "Iya, sudah senior naga.""Kalau begitu gunakan kesadaran ilahimu dan lihat apa yang ada dalam cincin ditanganmu itu!" Perintah naga Ragnarok.Meski masih sedih bingung dengan maksud dibalik perintah naga Ragnarok namun Awan tetap menurutinya. Selama ini, Awan hanya menggunakan kemampuan kesadaran ilahinya untuk melihat apa yang tidak bisa dijangkau oleh inderanya. Karena itu, ia heran kenapa naga Ragnarok me