Penjelasan Nando seakan membuka pikiran Awan. Ia baru tahu, ternyata masih ada tingkatan yang melampaui tingkat pemahaman manusia. Tingkat seperti ini sudah melewati pencapaian manusia biasa. Selama ini ia hanya tahu berbagai aliran beladiri seperti silat, kung Fu, muaythai, karate, jujitsu dan semacamnya. Apa tingkatan tertinggi dalam setiap aliran beladiri tersebut, sabuk hitam? Sabuk merah? atau level ahli? Semua itu ternyata hanya tingkatan amatir dan bahkan sama sekali tidak dianggap oleh seorang master beladiri yang sebenarnya.Seorang master adalah mereka yang sudah berhasil membangkitkan potensi tersembunyi di dalam tubuhnya. Layaknya seorang superhero yang ada dalam cerita komik, menahan api atau menghancurkan besi dengan tangan kosong bukan lagi mitos semata tapi hal biasa bagi seorang master.Awan sudah pernah menghadapi Barja yang berada di level master setengah langkah. Level ini saja sudah membuatnya hampir kehilangan nyawanya. Tidak terbayangkan jika lawan yang ia hada
Cewek tersebut berkulit putih, ramping dan lumayan tinggi yang membuatnya sangat layak menjadi supermodel. Satu hal yang lebih penting, dia memiliki penggemar cowok yang sangat banyak.Bisa dikatakan satu sekolahan Awan mengagumi dirinya. Selain cantik, ia juga pintar. Sebagian piala dan piagam penghargaan yang ada di ruang prestasi sekolah diukir atas namanya. Belum lagi jika ditambahkan prestasi pribadinya, semua itu cukup membuat para penggemarnya semakin tergila-gila dengannya.Kenapa Awan bisa tahu? Hal itu karena selain hobi dan teman dekat, orang lain yang ia kagumi adalah orang pintar.Tapi, hanya sebatas itu. Rasa kagum Awan tidak sampai taraf di mana dia menggilai sosok cewek yang sedang duduk dan memandang dirinya dengan tatapan tajam itu layaknya penggemar fanatik.Ya, wanita yang sedang duduk di depan Awan adalah Jesika Pitaloka. Siswi kelas tiga dan sekaligus ketua senat siswa di sekolahnya.Tepat seperti ucapan Dirga sehari sebelumnya kalau Jesika sedang mencarinya unt
Keesokkan harinya.Awan dengan sedikit enggan naik ke atas bus sekolah. Ini pertama kalinya ia naik ke atas bus milik inventaris sekolahnya tersebut. Meski tidak semewah bus RA Internasional High School, sekolah swasta berkelas internasional yang terkenal dengan fasilitas mewahnya. Tapi bus milik sekolahnya juga cukup nyaman.Bus ini akan membawa perwakilan sekolahnya untuk ikut olimpiade kali ini.Setiap orang sudah memiliki nomor bangkunya masing-masing, jadi Awan mencari letak bangkunya. Untuk hal kecil seperti ini, Awan merasa tidak perlu menanyakannya pada siswa lain yang telah duduk di dalam bus. Pertama, ia tidak kenal dekat dengan mereka. Kedua, sebagian besar dari mereka jelas tidak menyukai Awan, terutama para cowok. Ketidaksukaan itu sudah mereka tunjukkan saat latihan pra olimpiade sebelumya, di mana Awan tertidur di dalam kelasnya.Di antara orang-orang ini, hanya ada satu orang yang melambaikan tangannya ke arah Awan.Siapa lagi kalau bukan Anggie.Sambil tersenyum lebar
"Kita tidak bisa mendiamkannya begini saja. Apa hak si Awan bisa duduk dengan kak Jessie? Aku yakin dia cuma modal orang 'dalam' saja, makanya dia bisa ikut olimpiade ini. Tukang tidur seperti dia bisa apa?" "Iya, aku yakin juga begitu! Kabarnya Awan direkomendasikan oleh kepala sekolah langsung. Kalau tidak, mustahil dia bisa ikut." "Dia bisa duduk di depan bersama kak Jessie pasti karena perintah kepala sekolah. Entah sogokan apa yang diberikan Awan, sampai mendapat posisi strategis seperti ini." "Orang seperti dia tidak bisa didiamkan begitu saja. Kita harus memberinya pelajaran. Apa kalian rela, pas pulang nanti si Awan masih duduk di sebelah kak Jessie?" Sekelompok siswa cowok yang dipimpin oleh Farhan, teman sekelas Awan sedang memimpin kawan-kawannya yang ikut olimpiade untuk berkonspirasi menjatuhkan Awan. Semua itu dipicu karena kecemburuan mereka karena Awan berhasil ikut di menit-menit terakhir dan alasan utama yang membuat mereka semakin membenci Awan, yaitu karena Awa
Saat Awan keluar, ia hanya mengenakan selembar handuk sebagai penutup bagian bawah tubuhnya. Wajar saja Jesika tidak berani menatapnya secara langsung. Bahkan, semua kalimat makian yang sebelumnya sudah siap ia lampiaskan seolah menghilang entah kemana.Wajah Jesika memerah seperti kepiting rebus.Bagaimanapun, ia masih gadis yang polos. Kalaupun ia pernah melihat tubuh cowok, itupun adalah tubuh adiknya yang bahkan masih belum usia baligh.Tubuh Awan tidak terlalu berotot layaknya binaragawan. Tapi cukup proporsional dengan beberapa cetakan roti sobek dibagian perut serta tinggi yang ideal dan wajah yang tampan. Membuat wanita manapun akan terpesona dengan penampilannya. Awan yang cuek mungkin tidak terlalu memperhatikan hal ini. Tapi tidak bagi wanita yang melihatnya. Seperti halnya Jesika sekarang. Tubuhnya merinding seakan ada ratusan ulat yang sedang merayapi permukaan kulitnya dalam waktu bersamaan dan jantungnya berdetak dengan semakin cepat.Salah Awan juga, ia terpaksa mandi
Total ada sembilan puluh kategori yang diperlombakan dalam olimpiade yang diikuti oleh Awan dan kawan-kawan. Di mana aturannya, setiap sekolah hanya boleh mengirim satu perwakilan untuk setiap kategorinya.Dengan aturan ini, maka setiap peserta dapat mengikuti lebih dari satu kategori lomba selama tidak ada peserta dari sekolah yang sama.Disnilah peran setiap guru pembimbing dari perwakilan sekolah untuk mengatur setiap perwakilan mereka dan menempatkan setiap anak asuh mereka sesuai dengan keunggulannya masing-masing.Layaknya permainan catur, mereka akan memperhatikan setiap pergerakan lawan sebelum menentukan bidak mana yang akan mereka jalankan pertama kali dan setiap langkah berikutnya. Sederhananya, mereka sudah mencari informasi tentang peserta-peserta dari sekolah lain yang ikut olimpiade kali ini. Karena itu, jika ingin memenangkan setiap kategori lomba, mereka harus menghindari lawan kuat agar peserta mereka tidak kalah sia-sia dan memilih kategori ya
Sempat gugup karena ditagih seperti itu di depan umum oleh Awan, Jesika akhirnya berhasil mendapatkan ketenangannya kembali.Bagaimanapun, ia adalah gadis yang cerdas. Bagaimana mungkin ia tidak bisa melepaskan diri dari situasi terjepit seperti itu.Jesika berpikir cepat mencari jalan keluar agar ia bisa lepas dari perjanjiannya dengan Awan. Jelas, ia tidak mau rugi dan memanfaatkan celah kelemahan dari perjanjiannya dengan Awan untuk melepaskan diri dari perjanjian mereka.Lalu, setelah berhasil mendapatkan ketenangannya kembali, Jesika tersenyum licik dan membalas ucapan Awan, "Siapa bilang perjanjiannya hanya satu medali emas? Masih ada dua sesi lagi. Kalau kamu berhasil memenangkan dua medali emas lagi, aku berjanji akan memenuhi perjanjian kita. Bagaimana?"Disinilah letak cerdiknya Jesika. Ia sengaja tidak menyebutkan isi perjanjiannya di depan semua orang. Sehingga semua orang hanya bisa menebak dengan liar pernjanjian di antara keduanya. Di sisi lain, mendengar jawaban Jesik
Banyak yang tidak percaya jika SMA Persada hanya mendaftarkan 27 peserta untuk sesi kedua ini. Hal itu menguatkan asumsi banyak orang jika SMA Persada akan memberi porsi lebih untuk salah satu perwakilan mereka. Tidak perlu menebak siapa orangnya, mereka yang sebelumnya mendengar percakapan antara Jesika dan Awan, sudah menduga jika peserta tersebut adalah Awan, si peraih medali emas di sesi pertama.Meski begitu, hampir tidak ada yang percaya jika Awan akan mampu menyapu bersih empat kategori yang diikutinya. Kecuali dia adalah manusia super jenius atau ada kecurangan terselubung antara Awan dan pihak penyelenggara. Tapi, untuk kemunginan kedeua sangat kecil kemungkinannya.Bagaimanapun, olimpiade kali ini diadakan oleh lembaga independen dan sudah terjamin kenetralannnya serta tim pembuat soal yang berbeda-beda pula. Selain itu, demi menjaga kerahasiaan soal-soal yang diujikan dalam olimpiade kali ini, semua tim ahli pembuat soal bahkan tidak dibiarkan saling berkomunikasi satu sa
"Jadi, aku bosnya? Pemilik saham mayoritas dan nama perusahaan baru kita PT ADN, pasti inisial nama kita juga, 'kan?" Tanya Awan sambil menggoda Nadya yang sedang sibuk mendandaninya.Karena ini adalah rapat perdana yang melibatkan kekasihnya, Nadya ingin kekasihnya itu tampil dengan optimal. Namun, saat itu penampilan Awan justru tidak mencerminkan seorang eksekutif sama sekali. Karena itu, Nadya langsung Awan ke salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan Nadya sejak lama.Itu adalah ruangan presiden direktur yang telah disiapkan Nadya untuk Awan.Selain ruang ekslusif dengan dekorasi dan interior modern, di dalamnya juga terdapat kamar khusus untuk beristirahat. Nadya bahkan juga sudah menyiapkan cukup banyak pakaian pria dan semuanya terlihat pas dengan tubuh Awan.Sepertinya, Nadya sudah hapal dengan baik ukuran tubuh Awan. Karena semua ukuran pakaian yang ada di dalam lemari memiliki ukuran yang sama.Sambil tersenyum merapikan dasi dan
"Nad, eh, maksudku Bu Nadya, anda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya seorang pria usia tiga puluhan mengenakan setelan rapi bak seorang eksekutif menerobos masuk tidak lama setelah kepergian Dian dan yang lainnya. Dibelakangnya disusul oleh beberapa eksekutif perusahaan.Sama seperti pria yang pertama masuk, mereka semua mengkhawatirkan keselamatan Nadya akibat penyerangan sebelumnya.Ternyata, selain petugas keamanan dilumpuhkan, para eksekutif perusahaan dan karyawan yang berada di lantai atas, disekap dalam ruangan masing-masing dan tidak diperbolehkan keluar oleh belasan anggota geng.Beberapa menit yang lalu, tidak lama setelah Awan melumpuhkan para penyerang, petugas keamanan perusahaan berhasil mengendalikan situasi. Orang-orang ini baru berhasil keluar dan langsung menuju ke ruangan Nadya mengira jika para penjahat tersebut menargetkan Nadya.Namun, di antara semua orang, pria yang masuk pertama kali terlihat mencolok karena perhatiannya yang seperti sengaja ditunjukkan secara terang
"Adikku, kamu beruntung sekali dapat lencana dari jenderal besar Saka. Dengan kencana itu kamu bisa balapan di tengah kota tanpa perlu khawatir ada polisi yang berani menangkapmu." Ujar Sigit sambil tertawa."Nyiut!""Aw-aw, sakit istriku!"Tidak sampai sedetik Sigit tertawa, pinggangnya langsung terasa perih akibat cubikan sang istri yang menatapnya melotot, "Kamu itu mengajari adikmu yang tidak baik. Apa kamu tidak lihat! Di sini juga ada putri kita, bagaimana kalau dia juga mencobanya saat sudah bisa mengendumibil nanti?""Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda sayang!" Ujar Sigit meringis sambil mengelus lembut tangan istrinya agar dilepaskan.Awan dan yang lainnya ikut tertawa melihat bagaimana 'pertengkaran' romantis sepasang suami-istri tersebut.Sigit dan keluarganya masih tinggal bersama Dian Saka yang meminta ijin keluarganya untuk tinggal lebih lama di sana.Selain candaan tersebut, ternyata tujuan Sigit lainnya yaitu untuk membahas kesulitan perusahaan Awan.Setelah berbinc
"Ehm, ehmn!" Tuan besar Saka berdehem dua kalian dan sekaligus menyadarkan semua orang dari kondisi canggung yang sedang terjadi.Terutama, cucu perempuannya yang bertindak sangat nekad dengan memeluk Awan di hadapan semua orang.Meskipun Awan adalah pemuda yang sangat menjanjikan dengan segudang bakat yang sulit dicari duanya. Namun, bukan berarti cucunya dapat memeluknya begitu saja. Apalagi, ia memeluknya di depan semua orang dan terutama karena pemuda itu sendiri sudah memiliki kekasih yang saat ini berdiri tepat di samping mereka.'Situasi macam apa ini? Bahkan cucuku yang biasanya sangat tenang, sekarang justru mengambil inisiatif duluan untuk memeluk seorang pria asing?'Sebagai kakek yang melihat cucunya tumbuh sejak kecil, tuan besar Saka cukup mengenali bagaimana kepribadian cucunya tersebut. Sebagai bunga yang tumbuh dalam keluarga militer, Dian memiliki kepribadian yang keras dan disiplin. Alasan itu juga yang membuat lelaki manapun sulit untuk mendekatinya. Pernah ada se
Jay meringkuk ketakutan dan tidak berdaya saat ayahnya sendiri menamparnya berulangkali. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, ayahnya menghajarnya seperti sekarang ini. Namun hari ini, ayahnya memukulnya seperti orang kesetanan dan itu semua disebabkan oleh satu orang, Awan.Meski begitu, Jay yang sedang kesakitan tidak sempat memikirkan bagaimana membalas Awan untuk sekarang. Karena ia harus meredakan amarah ayahnya terlebih dahulu.Tamparan ayahnya baru berhenti saat kakeknya memerintahkan ayahnya untuk berhenti. Itupun wajah Jay sudah membengkak dan darah keluar cukup banyak dari mulut dan hidungnya.Saat itu, Jay berpikir jika penderitaannya sudah berakhir. Tapi yang terjadi, itu justru awal dari penderitaan Jay yang sebenarnya.Saat tuan besar Harsya berkata, "Mulai hari ini, kamu akan dikirim ke Uganda selama lima tahun ke depan untuk merenungkan semua kesalahanmu. Selain itu, uang sakumu akan dipangkas sembilan puluh persen dan jika kamu masih belum berubah dan masih berkeing
"Kamu tidak salah kan, Jok? Apa semua ini benar dilakukan oleh bos Awan seorang diri?" Tanya ketua tim keamanan perusahaan terperangah pada Joko, petugas keamanan yang sebelumnya diselamatkan Awan.Bagaimana tidak? Saat ini ada belasan tim keamanan bersenjatakan lengkap dan tujuan mereka tentu saja untuk siap tempur menghadapi semua penyerang yang telah melumpuhkan mereka sebelumnya. Namun, jangankan bertarung, mereka justru hanya menemukan puluhan anggota geng yang sudah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka.Namun, yang lebih terkejut justru adalah Joko dan seorang rekannya.Karena baru seperempat jam berlalu sejak Awan pergi dari pos jaga setelah menyelamatkan mereka dan ia sudah berhasil melumpuhkan semua penjahat yang menyerang perusahaan mereka. Joko dan kawan-kawannya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi.'Apa ini yang dimaksud bos waktu itu?' Bathin Joko antara percaya tidak percaya.Joko teringat ucapan Awan terakhir, "...kalian ku
Max yang sebelumnya tampak arogan, kini dibuat tercengang. Empat bawahannya yang selama ini menjadi tangan kanannya benar-benar dibuat tidak berkutik dan berlutut begitu saja di depan seorang gembel.Max sangat mengenal empat bawahannya, tidak mungkin mereka akan berlutut begitu saja di depan orang. Terlebih, mereka adalah kultivator.'Kenapa mereka begitu ketakutan di depan gembel ini?' Pikir Max bertanya-tanya.Saat itu, Max mulai curiga kalau pria yang terlihat seperti gembel itu tidaklah sesederhana penampilannya."Siapa kamu?" Tanya Max dengan suara tertahan."Oh, setelah begitu sombong dan bahkan mau melecehkan wanitaku, kamu baru bertanya siapa aku? Apa kepalamu baru saja terbentur, bung?" Balas Awan mengejek."Wanitamu? Setahuku, dia adalah wanita singel." Ujar Max hati-hati sambil melirik kesal ke arah Anton.Melihat aura Awan yang dapat mengintimidasi bawahannya, Max tidak lagi berani berbuat ceroboh. Pengalamannya selama belasan tahun di dunia hitam mengajarinya untuk berha
"Awan?" Nadya tercengang dan sampai menutup mulutnya. Ia hampir tidak percaya kalau orang yang selama ini ia tunggu-tunggu akan muncul seperti ini.Perasaan Nadya campur aduk dan sebagian besarnya didominasi oleh perasaan bahagia karena harapan terbesarnya akhirnya terkabul. Awannya telah kembali! "Bajingan! Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menganggu kesenanganku?" Hardik Max berang.Sedikit lagi, Max hampir berhasil menyentuh Nadya dan tentu,madegan selanjutnya akan berjalan sesuai dengan keinginan Max. Namun, kedatangan orang asing yang tidak dikenalnya, membuat usahanya jadi terhenti. Lebih parahnya, orang asing yang terlihat seperti gembel tersebut malah tidak mengacuhkan kemarahan Max dan berjalan melewatinya begitu saja."Aku tidak terlambat, 'kan?" Tanya Awan pada Nadya.Nadya menggeleng dan matanya berkaca-kaca,"Kamu, kamu sangat terlambat! Kamu terlambat dua bulan satu hari tiga jam dan dua puluh tiga menit."Tanpa menghiraukan semua pasang mata yang melihat dan juga pen
"Plak!"Sebuah suara tamparan terdengar cukup keras dan sekaligus membuat semua orang menatap ke sumber suara dengan tatapan tegang.Siapa yang tidak tegang, saat seorang petinggi mafia yang paling ditakuti di kota ini di tampar oleh seorang wanita dan itu terjadi tepat di depan banyak pasang mata yang melihatnya."Na-Nadya, apa yang kamu lakukan? Cepat berlutut dan minta maaf pada tuan Max! Jika tidak, kamu akan berakhir dengan nasib tragis kalau tuan Max sampai marah." Teriak Anton ketakutan dan kesal dengan tindakan berani sepupunya tersebut.Punggung Anton terasa basah oleh keringat dingin. Tentu saja, ia sangat takut dengan kemarahan Max. Apalagi, ide untuk memperkenalkan Nadya pada Max adalah dari dirinya. Sikap lancang Nadya bisa berimbas pada dirinya. Anton tidak berani membayangkan jika Max sampai murka dan melampiaskan kemarahannya pada dirinya.Lona yang berdiri di dekat Nadya tidak kalah terkejutnya. Meski menurutnya, Max sangat pantas mendapat tamparan tersebut karena ia c