Total ada sembilan puluh kategori yang diperlombakan dalam olimpiade yang diikuti oleh Awan dan kawan-kawan. Di mana aturannya, setiap sekolah hanya boleh mengirim satu perwakilan untuk setiap kategorinya.
Dengan aturan ini, maka setiap peserta dapat mengikuti lebih dari satu kategori lomba selama tidak ada peserta dari sekolah yang sama.
Disnilah peran setiap guru pembimbing dari perwakilan sekolah untuk mengatur setiap perwakilan mereka dan menempatkan setiap anak asuh mereka sesuai dengan keunggulannya masing-masing.
Layaknya permainan catur, mereka akan memperhatikan setiap pergerakan lawan sebelum menentukan bidak mana yang akan mereka jalankan pertama kali dan setiap langkah berikutnya. Sederhananya, mereka sudah mencari informasi tentang peserta-peserta dari sekolah lain yang ikut olimpiade kali ini. Karena itu, jika ingin memenangkan setiap kategori lomba, mereka harus menghindari lawan kuat agar peserta mereka tidak kalah sia-sia dan memilih kategori ya
Sempat gugup karena ditagih seperti itu di depan umum oleh Awan, Jesika akhirnya berhasil mendapatkan ketenangannya kembali.Bagaimanapun, ia adalah gadis yang cerdas. Bagaimana mungkin ia tidak bisa melepaskan diri dari situasi terjepit seperti itu.Jesika berpikir cepat mencari jalan keluar agar ia bisa lepas dari perjanjiannya dengan Awan. Jelas, ia tidak mau rugi dan memanfaatkan celah kelemahan dari perjanjiannya dengan Awan untuk melepaskan diri dari perjanjian mereka.Lalu, setelah berhasil mendapatkan ketenangannya kembali, Jesika tersenyum licik dan membalas ucapan Awan, "Siapa bilang perjanjiannya hanya satu medali emas? Masih ada dua sesi lagi. Kalau kamu berhasil memenangkan dua medali emas lagi, aku berjanji akan memenuhi perjanjian kita. Bagaimana?"Disinilah letak cerdiknya Jesika. Ia sengaja tidak menyebutkan isi perjanjiannya di depan semua orang. Sehingga semua orang hanya bisa menebak dengan liar pernjanjian di antara keduanya. Di sisi lain, mendengar jawaban Jesik
Banyak yang tidak percaya jika SMA Persada hanya mendaftarkan 27 peserta untuk sesi kedua ini. Hal itu menguatkan asumsi banyak orang jika SMA Persada akan memberi porsi lebih untuk salah satu perwakilan mereka. Tidak perlu menebak siapa orangnya, mereka yang sebelumnya mendengar percakapan antara Jesika dan Awan, sudah menduga jika peserta tersebut adalah Awan, si peraih medali emas di sesi pertama.Meski begitu, hampir tidak ada yang percaya jika Awan akan mampu menyapu bersih empat kategori yang diikutinya. Kecuali dia adalah manusia super jenius atau ada kecurangan terselubung antara Awan dan pihak penyelenggara. Tapi, untuk kemunginan kedeua sangat kecil kemungkinannya.Bagaimanapun, olimpiade kali ini diadakan oleh lembaga independen dan sudah terjamin kenetralannnya serta tim pembuat soal yang berbeda-beda pula. Selain itu, demi menjaga kerahasiaan soal-soal yang diujikan dalam olimpiade kali ini, semua tim ahli pembuat soal bahkan tidak dibiarkan saling berkomunikasi satu sa
"Kita tidak bisa menunda lagi. Rencananya harus dijalankan sekarang!""Tapi, lombanya masih berlangsung.""Benar! Sebaiknya, biarkan dia mendapatkan semua medalinya terlebih dahulu dan setelah itu, kita baru mengeksekusi rencananya. Hasilnya akan jauh lebih memuaskan. Awan sialan itu mungkin tidak akan pernah menyangkanya, saat ia mendapat penghargaan dan semua perhatian, saat itu akan menjadi hari kehancurannya."Farhan dan kelompok yang sakit hati pada Awan sedang mendiskusikan rencana untuk menjatuhkan Awan. Terutama, dalam sesi dua sebelumnya, pacar Farhan mendapat peringkat terbawah dan jatahnya terpaksa diberikan pada Awan. Hal itu membuat Farhan tidak bisa menahan diri lebih lama dan ingin melampiaskan kemarahannya.Karena alasan yang sama, membuat Farhan berniat memajukan rencananya. Jika sebelumnya, mereka berencana menjebak Awan saat malam hari.Namun, setelah melihat perkembangan situasinya, dimana Awan telah berhasil memenangkan semua kategori yang ia ikuti, membuat keben
Tidak ingin terjebak dalam situasi ambigu seperti itu, Awan berniat melarikan diri dan buru-buru pergi dari sana.Hanya saja, saat ia sudah bersiap untuk pergi, cewek misterius tersebut sudah lebih dulu menghalangi jalannya, "Tunggu! Apa kamu masih ingin kabur lagi? Mana janjimu dulu?""Hah?"Awan terkejut tiba-tiba disodori pertanyaan seperrti itu. Kesannya, seperti ia sudah berhutang janji pada cewek berparas manis tersebut. Padahal, Awan sama sekali tidak ingat pernah mengenal cewek tersebut. Lalu, kapan ia pernah membuat janji dengannya?"Jangan pura-pura lupa! Kamu sendiri yang berjanji waktu itu, 'kan?"Janji? Janji apaan? Awan jadi tambah bingung.Cewek di depannya menagih janjinya dengan mamasang wajah yang super serius dan kini, beberapa peserta yang waktu itu telah menyelesaikan ujiannya jadi ikut berhenti dan memperhatikan mereka.Kondisi seperti ini mulai membuat Awan merasa tidak nyaman. Kalau tidak segera diselesaikan, khawatirnya semua orang akan mengira kalau ia telah
"Cepat, cepat tangkap bajingan ini!" Farhan ingin menjadikan kesempatan itu untuk sekalian melampiaskan kebenciannya. Dia maju dengan bersemangat dan langsung melayangkan pukulan ke arah Awan.Namun, Farhan salah besar jika berpikir Awan akan menerima mentah-mentah pukulannya begitu saja.Saat pukulan Farhan akan mengenai Awan, Farhan merasakan pukulannya hanya memukul udara kosong yang membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan. Awan dengan santai menggeser badannya sedikit mundur dan dengan mudah menghindari pukulan Farhan. Karena sudah terbiasa berkelahi, menghindari pukulan amatir seperti itu adalah hal yang sangat mudah baginya, Awan bergerak secara reflek. Jadi, ia tidak hanya sekedar menghindar, Awan dengan gerakan cepat melayangkan pukulan tajam yang tepat menghantam ulu hati Farhan.Baam!"Uhuk!"Farhan yang tidak pernah berkelahi seumur hidupnya, tersentak hebat ketika menerima pukulan tersebut. Posisi badannya sempat tertekuk yang membuat isi perutnya seakan terguncang. Jik
"Kamu ingin aku keluar dari sekolah? Tidak masalah! Aku tahu kamu bisa mengeluarkanku, tapi kamu tidak perlu repot-repot melakukannya. Mulai detik ini, aku tidak ada hubungannya dengan SMA Persada."Glegar!Seperti guntur, ucapan Awan tegas dan lantang tanpa keraguan sedikitpun.Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, Awan pun berlalu melewati Jesika tanpa melihatnya sama sekali. Awan sudah terlanjur kecewa dengan sikap Jesika.Meski masih ingin membela diri dan membuktikan kalau dirinya tidak bersalah, Awan merasa semua itu percuma saat ini. Sekarang, ia sudah di cap sebagai penjahat kelamin dan tidak bermoral. Jesika sebagai senior yang ia harapkan akan berlaku adil, ternyata juga turut menghakiminya.Karena itu, di tengah cemoohan dan cibiran semua orang, Awan memutuskan untuk pergi dari sana dan terpaksa menerima semua penghinaan itu.Seumur hidup, Awan tidak pernah menerima penghinaan seperti ini. Ia tidak akan pernah melupakanny
Setelah kepergian Awan, Jesika berada dalam dilema. Ia masih teringat jelas dengan sorot mata kecewa Awan.Awan tampak begitu kecewa padanya. Seharusnya, ia bisa lebih mengedepankan praduga tidak bersalah dan berpikir lebih jernih sehingga bisa bersikap lebih adil. Namun yang terjadi, Jesika terlalu terbawa perasaan. Entah kenapa, mendengar Awan telah melecehkan wanita lain membuatnya marah dan kecewa dengan cowok jenius tersebut.Itu sebabnya, bukannya mencari fakta yang sebenarnya, Jesika justru bersikap tidak adil dan menyalahkan Awan seperti yang lainnya. Ia bahkan telah mengusir Awan, sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan.Sekarang, Awan pasti sangat kecewa terhadap dirinya. Namun, semua telah terjadi, nasi telah menjadi bubur. Sekarang, di dalam hatinya, Jesika mulai merasa bersalah karena tindakannya sebelumnya.Saat ditanya oleh Nadira, Jesika bicara apa adanya, "Dia, dia sudah pergi.""Apa kalian mengusirnya? Bagaimana bisa kalian bersi
"Cepat, cari tahu posisi tuan muda! Kita harus segera menemukan tuan muda dan memberikan kalung ini sebelum tengah malam."Dua orang pria yang sebelumnya mengikuti bu Siti sedang berbicara dengan nada serius sambil menghubungi rekan mereka lewat panggilan rahasia.Keduanya ditugaskan oleh kediaman utama Sanjaya untuk memberikan kalung peninggalan kepala klan pada Awan. Mereka tidak memiliki waktu banyak, karena tepat tengah malam ini adalah pergantian waktu dimana Awan memasuki usia ke tujuh belasnya. Saat itu, kekuatan keturunannya akan bangkit. Sementara, Awan tidak pernah menjalani pelatihan sama sekali, sehingga ia rentan berada dalam bahaya dan kemungkinan bisa kehilangan nyawanya saat kekuatannya bangkit nanti.Sementara kepala klan Sanjaya tidak ada, hanya kalung peninggalannya tersebut yang dapat membantu Awan melewati proses kebangkitannya.Hanya saja, di saat seperti ini kedua utusan dari pasukan biru klan Sanjaya tersebut justru tidak dapat menemukan Awan, karena Awan suda