Setelah kepergian Awan, Jesika berada dalam dilema. Ia masih teringat jelas dengan sorot mata kecewa Awan.
Awan tampak begitu kecewa padanya. Seharusnya, ia bisa lebih mengedepankan praduga tidak bersalah dan berpikir lebih jernih sehingga bisa bersikap lebih adil. Namun yang terjadi, Jesika terlalu terbawa perasaan. Entah kenapa, mendengar Awan telah melecehkan wanita lain membuatnya marah dan kecewa dengan cowok jenius tersebut.
Itu sebabnya, bukannya mencari fakta yang sebenarnya, Jesika justru bersikap tidak adil dan menyalahkan Awan seperti yang lainnya. Ia bahkan telah mengusir Awan, sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan.
Sekarang, Awan pasti sangat kecewa terhadap dirinya. Namun, semua telah terjadi, nasi telah menjadi bubur. Sekarang, di dalam hatinya, Jesika mulai merasa bersalah karena tindakannya sebelumnya.
Saat ditanya oleh Nadira, Jesika bicara apa adanya, "Dia, dia sudah pergi."
"Apa kalian mengusirnya? Bagaimana bisa kalian bersi
"Cepat, cari tahu posisi tuan muda! Kita harus segera menemukan tuan muda dan memberikan kalung ini sebelum tengah malam."Dua orang pria yang sebelumnya mengikuti bu Siti sedang berbicara dengan nada serius sambil menghubungi rekan mereka lewat panggilan rahasia.Keduanya ditugaskan oleh kediaman utama Sanjaya untuk memberikan kalung peninggalan kepala klan pada Awan. Mereka tidak memiliki waktu banyak, karena tepat tengah malam ini adalah pergantian waktu dimana Awan memasuki usia ke tujuh belasnya. Saat itu, kekuatan keturunannya akan bangkit. Sementara, Awan tidak pernah menjalani pelatihan sama sekali, sehingga ia rentan berada dalam bahaya dan kemungkinan bisa kehilangan nyawanya saat kekuatannya bangkit nanti.Sementara kepala klan Sanjaya tidak ada, hanya kalung peninggalannya tersebut yang dapat membantu Awan melewati proses kebangkitannya.Hanya saja, di saat seperti ini kedua utusan dari pasukan biru klan Sanjaya tersebut justru tidak dapat menemukan Awan, karena Awan suda
Saat ini di dalam kepala Awan banyak tersimpan pertanyaan dan semua itu mengarah pada satu kesimpulan yaitu tentang siapa orang yang diam-diam melindunginya selama ini?Orang itu tidak mungkin berasal dari keluarga mendiang ibunya. Awan tahu dengan jelas kalau ibunya sudah diusir dari keluarganya. Semenjak ibunya ketahuan hamil diluar nikah tanpa tahu siapa pria yang telah menghamilinya, keluarga ibunya sangat kecewa. Ibunya dianggap telah mencoreng nama baik keluarga dan nama ibunya telah dihapus dari daftar silsilah keluarga besar.Sejak saat itu, ibunya sudah tidak berhubungan lagi dengan pihak keluarganya.Awan pun tidak pernah mendengar ibunya menyinggung tentang keluarganya. Jadi, mustahil jika orang itu adalah keluarga dari pihak ibunya.Ayah sambungnya apalagi! Jika Cipta Mahendra bisa, ia tidak mungkin berakhir dalam penjara sekarang ini.Satu-satunya sosok yang terbayang dalam benak Awan adalah ayah kandung yang belum pernah ditemuinya hingga sekarang.Deg!'Apa benar 'dia'?
Anggota pasukan biru klan Sanjaya dan Awan semakin terdesak setelah sekte Bulan Darah ikut datang untuk memburu Awan. Kelompok ini sebenarnya berasal dari Asia Selatan yang kini mulai menyebar jaring mereka ke wilayah Nusantara. Kalau bukan karena keberadaan Klan Atmaja, mereka mungkin sudah terang-terangan mendeklarasikan keberadaan mereka di negara ini. Sekarang, klan Atmaja lebih banyak pasif yang membuat sekte ini mulai tumbuh. Siapa sangka, mereka bahkan berani menargetkan keturunan klan Sanjaya. Entah siapa yang berada dibalik tindakan berani kelompok ini, yang jelas mereka pasti mengetahui identitas 'rahasia' Awan. Jika tidak, mereka tidak mungkin berani mengutus banyak anggota mereka hanya untuk memburu seorang remaja seperti Awan.Anggota pasukan biru cukup memahami hal itu. Itu sebabnya ia sudah membaca tujuan tersembunyi mereka saat menyebut identitas Awan secara terbuka seperti sebelumnya. Jika mereka adalah utusan klan Sanjaya, mereka tidak akan membukan identitas dan t
Awan menerima kalung pemberian Seno dan di saat bersamaan, ia merasa seperti sebuah gunung besar sedang diletakkan di atas pundaknya.Apa pentingnya kalung ini? Sampai harus mengobankan nyawa orang lain?Jika disuruh memilih, Awan tidak ingin siapapun mati demi dirinya. "Tuan muda, cepatlah pergi!" Teriak Seno mengingatkan.Mendengar teriakan Seno, Awan segera tersadar dari lamunannya dan dia menatap Seno dengan enggan, "Sebelum aku pergi, katakan siapa ayahku? Dari keluarga mana dia sebenarnya? Apakah itu Sanjaya?"Awan masih ingat saat sekte Bulan Darah menyebut nama Sanjaya sebelumnya. Tapi, ia belum yakin apakah itu keluarga Sanjaya yang merupakan keluarga misterius dan terkuat di dunia saat ini atau keluarga Sanjaya yang lain. Tapi, apapun itu, Awan ingin mengetahui tentang ayahnya, baru setelah itu ia akan memutuskan pilihannya.Sayangnya, Seno masih memegang teguh sumpahnya dengan tidak membuka misinya di depan Awan. Dengan senyum getir Seno berkata, "Maaf, tuan muda. Aku tid
Alasan lain kenapa hutan ini disebut sebagai hutan larangan yaitu tidak ada yang tau seberapa luas hutan ini sebenarnya. Bahkan oleh satelit sekalipun hanya terlihat bayangan gelap yang samar.Sementara itu, waktu semakin mendekati tengah malam dan Indira yang sedang mengendalikan tubuh Awan berlari semakin jauh ke dalam hutan.Dikejar oleh pembunuh yang sangat kuat dibelakangnya, membuat Indira tidak berniat berhenti sedikitpun. Ia memacu kekuatannya mencapai tingkat ekstrim dan kekuatannya yang baru saja pulih, kembali harus terkuras dengan sangat cepat.Di lain sisi, Awan merasakan keanehan yang mulai menganggunya. Dalam pandangan Awan, suasana hutan yang gelap dan hanya disinari oleh bulan purnama, terlihat berbeda."Indira, apa kamu melihat banyak bayangan yang sedang mengelilingi kita?" Tanya Awan coba memastikan."Bayangan? Bagaimana mungkin! Malam ini adalah malam purnama. Kalaupun ada bayangan itu hanya karena efek cahaya bulan." Jawab Indira singkat dan tidak terlalu memusin
Awan terlempar hampir sepuluh kilometer dari tempat Indira berada dan saat ia membuka mata, Awan sempat tergagap karena merasa asing dengan lingkungan sekitarnya yang begitu sepi dan gelap.Terakhir, ia masih ingat saat serangan lawan hampir mengenainya. Seharusnya, mustahil untuk dapat menghindari serangan sebesar itu. Namun kenyataannya, ia bukan saja tidak terluka tapi juga berada di tempat yang tidak ia ketahui.Bagaimana ia berpindah tempat?Samar, Awan mendengar suara ledakan dari tempat yang sangat jauh dan membuat pijakan di bawah kakinya sedikit bergetar.Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan musuh. Mustahil ada manusia yang bisa bertahan dari serangan seperti itu.Memikirkan itu membuat Awan terpikir akan nasib Indira."Indira, Indira kamu dimana?"Awan memanggil nama Indira berulang kali, namun tidak ada respon dari gadis mistis berparas imut tersebut. Awan mendapat firasat buruk, "Jangan-jangan?"Sebuah kemungkinan buruk terlintas dalam kepala Awan dan ekspresinya se
Dalam klan Atmaja terdapat tujuh dewa perang dengan pasukan elit masing-masing di belakang mereka. Selama ke tujuh dewa perang ini masih ada maka tidak ada satupun musuh yang berani mengusik klan Atmaja. Sekte Bulan Darah tanpa terkecuali.Tidak hanya di wilayah Asia, pamor mereka bahkan sudah menyebar luas hingga seluruh dunia. Sehingga wajar jika wanita misterius tersebut tampak begitu tertekan saat melihat kemunculan Aldo. Sangat jarang seorang dewa perang muncul, sekali kemunculan mereka akan membuat dunia berguncang.Dalam kegugupannya, wanita misterius tersebut dengan cepat menganalisis situasi.Biasanya, dewa perang seperti Aldo akan muncul bersama pasukannya. Namun kali ini, ia tidak melihat ataupun merasakan keberadaan orang lain selain mereka di sana. Jika tidak, ia akan berpikir bahwa misinya saat itu sudah terungkap. Jika seperti itu, ia mungkin tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari hutan ini. Namun, karena hanya ada Aldo dan bocah laki-laki di sampingnya, itu artinya Al
Apa yang dipikirkan Aldo tidak jauh berbeda dengan apa yang ada dalam benak lawan.Anggota sekte Bulan Darah sadar, meski bergabung dan menyerang Aldo bersama-sama, mereka masih bukan lawan yang sepadan untuk seorang dewa perang yang telah mencapai tahap grandmaster tahap menengah seperti Aldo. Namun, lawan mereka bukan hanya Aldo seseorang. Masih ada bocah belia yang yang ia panggil sebagai ketua muda. Sebagai dewa perang klan, Aldo tidak mungkin mengabaikan keselamatan ketuanya.Jelas Aldo sangat mementingkan keadaan ketuanya. Selama mereka bisa menyerang bocah ini, maka Aldo bisa ditekan. Itu sebabnya, mereka tanpa ragu-ragu dan dengan sengaja membagi kelompok mereka menjadi dua. Dengan begitu, mereka seolah berkata, "Kami akan menyerang ketuamu, apa kamu bisa melindunginya?""Hehehe, dewa perang klan Atmaja, apa kamu pikir bisa menghadapi kami semua sambil melindungi ketuamu? Menyingkirlah dan berikan bocah di belakangmu itu pada kami dan kami tidak akan menyentuh kalian berdua!
"Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekannmereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada sesuatu di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat keduanya melintasi permukaan kolam yang tenang, monster ular yang sedang bersembunyi di bawah kolam langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian si ular. Bahkan dengan serangan seperti itu tidak meninggalkan satu goresan di permukaan kulit ular monster tersebut.Edi tertawa mencemooh, "Hahaha, dia pikir dia siapa? Menyerang binatang spritual ting
Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster
"Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t
Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam
Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de
Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber
Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni
Awan dan tetua Dion sampai di area pinggir hutan yang relatif sangat sepi dan bagian belakang mereka adalah tebing yang cukup tinggi. Sebuah tempat yang cukup ideal untuk meramu pil."Dokter jenius Awan, katakan saja, apa yang anda ingin saya lakukan?" Tanya tetua Dion begitu hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.Awan tersenyum kecil dan berkata, "Hmn, tetua Dion sangat bijak. Saya kagum, tetua dapat membaca maksud saya mengajak anda ke sini.""Jangan mengejek saya, dokter jenius Awan! Di depan anda, saya justru tidak ada apa-apanya.""Saat anda mengajak saya untuk menjaga anda membuat pil, saya menyadari kalau ada sesuatu yang anda inginkan dari saya tapi tidak ingin diketahui oleh yang lainnya. Saya melihat anda dapat mengalahkan hewan spritual tingkat tiga dengan mudah. Bagi orang lain, mungkin itu suatu keberuntungan karena mengira tetua Armen sudah tenaga dan melukai monster itu sebelumnya. Tapi, saya tidak melihatnya demikian. Ular itu bahkan tidak terluka sama sekali oleh
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Dian meminta saran Awan dan para tetua.Meski dalam hati Dian sangat ingin menyelamatkan dua orang tetuanya yang ditangkap oleh monster ular tersebut. Namun, Dian masih dapat mengendalikan ketenangannya dan mempertimbangkan jalan terbaik yang harus mereka ambil.Misi menyelamatkan dua tetuanya jelas adalah misi yang hampir mustahil. Pertama, mereka tidak tahu bagaimana nasib kedua tetua tersebut saat ini. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Kedua, kalaupun mereka nekad pergi menyelamatkan keduanya, peluang keberhasilan mereka sangatlah kecil.Bagaimanapun lawan yang menanti mereka adalah binatang spritual tingkat empat. Sementara mereka hanya memiliki empat ahli pembentukan inti tahap menengah. Itupun jika Edi Purnama bersedia membantu mereka serta ditambah oleh lima orang pembentukan inti tahap awal.Untuk Awan sendiri, Dian tidak mungkin melibatkannya dalam misi berbahaya ini. Bagaimanapun, Awan adalah harapan kesembuhan kakeknya.