Dengan mata ilahinya, Awan sudah tahu bagaimana kondisi jenderal Aiman Saka tanpa perlu melihat langsung luka yang dideritanya.Itu sebabnya, Awan bisa mengetahui kalau keadaan kepala keluarga Saka tersebut sudah begitu parah dan hampir mustahil untuk keselamatan.Bagaimana tidak? Bagian dada hingga perut tampak menganga sehingga memperlihatkan organ bagian dalamnya. Tulang dada depan bisa dikatakan sudah hancur total dan tidak mungkin bisa dipulihkan.Satu-satunya alasan kenapa jenderal Aiman masih hidup adalah karena kultivasi dan juga keinginan hidupnya yang sangat tinggi. Jika itu orang biasa, sudah bisa dipastikan ia tewas dengan kondisi teramat mengerikan.Lali, di beberapa titik vital tubuh jenderal Aiman tertanam beberapa jarum akupuntur untuk menjaga kesadarannya tetap ada meski itu membuat kondisinya tetap koma seperti sekarang.Sepertinya jarum-jarum tersebut di tanam oleh dokter Eka. Melihat dari letaknya, Awan bisa langsung mengetahui kalau itu adalah teknik akupuntur sem
Dua orang pengawal yang mengikuti Nadya dan Lona mulai merasakan ada yang aneh setelah kendaraan mereka keluar dari jalur tol dan mulai memasuki pusat kota."Dua mobil di belakang kita sepertinya sengaja mengikuti kendaraan kita sejak masuk tol tadi." Ujar pengawal yang sedang mengendarai mobil curiga."Benar, aku juga berpikir seperti itu. Mereka terus menjaga jarak aman dan mengikuti kendaraan kita sejak tadi." Ternyata tidak hanya dia seorang, rekannya juga menyadari hal yang sama. Hanya saja, sama seperti dirinya, ia terus mengamati kendaraan tersebut sebelum memastikan kalau dua kendaraan tersebut memang sengaja mengikuti mereka."Kalau begitu, target mereka pasti temannya nona Erika didepan. Kita harus mengambil jarak lebih dekat!" Putus pengawal yang sedang mengemudi dan segera menaikkan kecepatan mobil untuk mengambil jarak yang lebih dekat dari mobilnya Lona.Hanya saja, begitu mereka hendak mendekati mobil Lona, sebuah mobil sedan berwarna hitam tiba-tiba muncul dari dalam
"Brak!"Komplotan preman yang mengepung mobil Lona kehilangan kesabaran karena Lona dan Nadya tetap bersikeras bertahan di dalam mobil dan tidak mau membukakan pintu.Akibatnya, dua orang preman terpaksa memecahkan kaca untuk memaksa kedua wanita cantik tersebut keluar."Aaa... tolong-toloong!"Lona yang ketakutan coba berteriak sekuat tenaga dan berharap ada orang yang mendengar teriakannya dan datang menolong.Namun, usahanya terlihat seperti sia-sia. Karena komplotan preman tersebut justru tertawa senang mendengar jeritan Lona."Hehehe, suaranya merdu, bos. Bagaimana desahannya nanti yah?""Pastinya lebih merdu lagi!""Hahaha." Tawa para para preman tersebut dengan candaan mesum sambil menatapi kecantikan Lona dan Nadya."Sekarang, kalian berdua keluar sendiri atau kami paksa! Pilihannya di tangan kalian, hehehe." Ujar pria dengan tato naga di lengan kanannya tersebut.Dia adalah Tinov, tangan kanan Gading dan sekaligus pimpinan untuk misi penculikan Nadya hari ini. Tentu saja, ka
Gading dan anak buahnya dikejutkan dengan kemunculan Awan yang begitu tiba-tiba tanpa ada yang menyadarinya.Ditambah, satu pukulan Awan juga berhasil menghempaskan anak buah terkuat Gading dan anak buahnya bahkan tidak sempat untuk menghindarinya.Kenyataan tersebut cukup untuk menunjukkan betapa kuat dan cepat pukulan Awan barusan.Hanya saja, anak buah Gading yang baru saja dipukul Awan tidak mengerti situasi bahaya yang sedang dihadapinya.Sambil meringis dan memegangi dadanya yang serasa berat, preman bernama Tigor tersebut bangkit sambil marah, "Sialan! Siapa yang berani menyerangku dan menganggu kesenanganku?"Tatapan Tigor segera tertuju ke arah Awan yang saat itu sedang membaringkan Nadya di jok mobil tanpa sedikitpun melirik Tigor yang sedang mencak-mencak.Melihat Awan tidak mempedulikannya, Tigor semakin meradang."Bangsat! Ternyata hanya seorang bocah!" Geram Tigor kesal saat mengetahui bahwa orang yang baru saja menghempaskannya ternyata hanya seorang pria kurus biasa."
Sebagai seorang pimpinan preman, Gading tentu saja memiliki kemampuan yang membuatnya layak untuk berada di posisinya sekarang.Tidak sedikit nyawa yang melayang oleh tangan dinginnya.Karena itu, ia mendapat julukan sebagai 'Gading si Pembantai'.Namun hari ini, julukan tersebut sepertinya sudah tidak layak untuk dirinya. Karena ada sosok yang jauh lebih kejam dari Gading.Kedua kaki Gading dibuat gemetar dan tubuhnya seperti membeku saat kedua matanya melihat sendiri Awan yang sedang membantai anak buahnya dengan kejam.Hampir lima puluhan orang anak buahnya dan satu orang anak buah terkuatnya, Tigor yang selama ini menjadi ujung tombaknya dalam melakukan banyak kejahatan. Namun, semuanya dibantai begitu saja tanpa ia dapat berbuat apa-apa karena tubuhnya yang seakan membeku.Semua sel dalam tubuhnya seakan berteriak ketakutan dan memberikan stimulus dalam otaknya kalau pria yang sedang mengamuk tersebut bukankah lawan yang bisa dihadapinya.Selayaknya hewan buas yang sedang berhada
"Erika, ada apa?" Tanya Dian Saka penasaran melihat ekspresi Erika yang berubah tegang setelah mendapat telepon dari Awan."Aku belum tahu jelas situasinya. Sekarang, tim keamanan kami masih menyelidikinya. Hanya saja, ini sangat gawat. Karena orang dekatnya Awan, Lona telah diculik." Jawab Erika dan menceritakan apa yang terjadi pada Latif dan para pengawalnya.Meski begitu, Erika sudah memiliki dugaan kalau percobaan penculikan Nadya dan menghilangnya Lona bisa jadi ada hubungannya dengan keluarga Winata."Tunggu dulu! Di mana kejadiannya?" Arman bertanya dengan penuh rasa penasaran."Hmn, itu..." Erika sempat bingung menjelaskan karena Awan tidak menyebutkan detail di mana keberadaannya saat ini. Untungnya, sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya.Itu adalah misi darurat yang baru saja diaktifkan oleh grup keamanan Harsya. Sehingga, Erika bisa memahami situasi yang menimpa Nadya dan Lona secara keseluruhan. Mengetahui hal itu, Erika terlihat agak tertekan.Bagaimanapun, apa yan
Lona dikurung dalam sebuah ruangan gelap dan satu-satunya cahaya yang masuk ke dalam ruangan tersebut hanyalah lewat ventilasi kecil yang ada di sudut atas ruangan.Ruangan tersebut juga pengab dan lembab seperti bangunan yang sudah lama tidak dihuni.Disitulah Lona berada saat ini.Lona yang sempat dibuat pingsan sebelum di bawa ke tempat ini mulai tersadar. Namun, begitu melihat tempat asing dan gelap, Lona segera teringat kalau ia baru saja diculik. Apalagi, di sana hanya ada ia seorang?Lalu, bagaimana dengan sepupunya? Apa Awan benar datang menyelamatkannya?"Hiks, hiks!" Lona terisak antara sedih dan takut.Jika benar Awan datang menyelamatkan Nadya, lalu bagaimana dengan dirinya? Dia bukanlah siapa-siapanya Awan. Tidak mungkin Awan akan datang menyelamatkan dirinya.Awan mencintai Nadya dan rela melakukan apa saja untuk Nadya. Betapa bahagia bisa dicintai oleh seseorang seperti itu. Sayangnya, ia bukan Nadya dan tidak mungkin akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan Nadya.Sa
Roy Winata yang sudah terdesak karena kemunculan Rahman Saka dan prajurit pedang tajamnya tidak memiliki pilihan selain bertarung habis-habisan. Akibatnya, pertarungan sengit pun tidak bisa dibendung.Namun, karena pihak Roy kalah jumlah, mereka terus ditekan oleh Rahman dan enam orang prajurit pedang tajamnya.Perlahan namun pasti, kelompok Roy semakin terdesak dan terluka. Hanya masalah waktu sampai mereka semua benar-benar tunduk dan kalah sepenuhnya.Sadar bahwa situasinya tidak lagi memungkinkan, para pengawal Roy mendesak Roy untuk pergi menyelamatkan diri."Tuan, kita tidak akan bisa bertahan lebih lama. Pergilah! Kami akan menahan mereka. Kami mungkin akan mati tapi anda tidak boleh tertangkap. Ingat! Anda harus mengambil alih keluarga Winata di masa depan." Ekspresi Roy tampak rumit dan enggan untuk pergi namun ia juga tidak memiliki pilihan yang lebih baik.Mereka kalah jumlah dan tidak mungkin bisa menghadapi Rahman dalam kondisi seperti ini. Sementara, kalau ia pergi, Ro