"Serius, Awan itu baru berumur 20 tahun?" Ujar Lona hampir saja berteriak karena saking terkejutnya.Selepas kepergian Awan dan Erika, Nadya mengajak Lona ke kamarnya agar mereka bisa bertukar cerita. Khususnya, kenapa Awan bisa datang bersama Lona dan hubungannya dengan keluarga Harsya.Lalu, sampai pada giliran Nadya yang bercerita pada Lona karena sepupunya itu tampak begitu tertarik tentang hubungannya dengan Awan.Nadya tanpa berpikir macam-macam dan menceritakan semua tentang masa lalunya dengan Awan . Sampai ketika Nadya bercerita kalau sebenarnya Awan lebih muda lima tahun darinya membuat Lona terkejut bukan main,Pasalnya, Lona berpikir jika usia Awan sudah dua puluh tiga atau dua empat, selisih satu atau dua tahun dari dirinya melihat dari pembawaan Awan yang dewasa dan tenang. Siapa sangka, jika jarak usia mereka ternyata cukup jauh."Kenapa? Kamu sepertinya terkejut begitu mendengar usia Awan?""Tidak ada apa-apa! Aku hanya terkejut saja. Ngomong-ngomong, kamu berpacaran
Dengan mata ilahinya, Awan sudah tahu bagaimana kondisi jenderal Aiman Saka tanpa perlu melihat langsung luka yang dideritanya.Itu sebabnya, Awan bisa mengetahui kalau keadaan kepala keluarga Saka tersebut sudah begitu parah dan hampir mustahil untuk keselamatan.Bagaimana tidak? Bagian dada hingga perut tampak menganga sehingga memperlihatkan organ bagian dalamnya. Tulang dada depan bisa dikatakan sudah hancur total dan tidak mungkin bisa dipulihkan.Satu-satunya alasan kenapa jenderal Aiman masih hidup adalah karena kultivasi dan juga keinginan hidupnya yang sangat tinggi. Jika itu orang biasa, sudah bisa dipastikan ia tewas dengan kondisi teramat mengerikan.Lali, di beberapa titik vital tubuh jenderal Aiman tertanam beberapa jarum akupuntur untuk menjaga kesadarannya tetap ada meski itu membuat kondisinya tetap koma seperti sekarang.Sepertinya jarum-jarum tersebut di tanam oleh dokter Eka. Melihat dari letaknya, Awan bisa langsung mengetahui kalau itu adalah teknik akupuntur sem
Dua orang pengawal yang mengikuti Nadya dan Lona mulai merasakan ada yang aneh setelah kendaraan mereka keluar dari jalur tol dan mulai memasuki pusat kota."Dua mobil di belakang kita sepertinya sengaja mengikuti kendaraan kita sejak masuk tol tadi." Ujar pengawal yang sedang mengendarai mobil curiga."Benar, aku juga berpikir seperti itu. Mereka terus menjaga jarak aman dan mengikuti kendaraan kita sejak tadi." Ternyata tidak hanya dia seorang, rekannya juga menyadari hal yang sama. Hanya saja, sama seperti dirinya, ia terus mengamati kendaraan tersebut sebelum memastikan kalau dua kendaraan tersebut memang sengaja mengikuti mereka."Kalau begitu, target mereka pasti temannya nona Erika didepan. Kita harus mengambil jarak lebih dekat!" Putus pengawal yang sedang mengemudi dan segera menaikkan kecepatan mobil untuk mengambil jarak yang lebih dekat dari mobilnya Lona.Hanya saja, begitu mereka hendak mendekati mobil Lona, sebuah mobil sedan berwarna hitam tiba-tiba muncul dari dalam
"Brak!"Komplotan preman yang mengepung mobil Lona kehilangan kesabaran karena Lona dan Nadya tetap bersikeras bertahan di dalam mobil dan tidak mau membukakan pintu.Akibatnya, dua orang preman terpaksa memecahkan kaca untuk memaksa kedua wanita cantik tersebut keluar."Aaa... tolong-toloong!"Lona yang ketakutan coba berteriak sekuat tenaga dan berharap ada orang yang mendengar teriakannya dan datang menolong.Namun, usahanya terlihat seperti sia-sia. Karena komplotan preman tersebut justru tertawa senang mendengar jeritan Lona."Hehehe, suaranya merdu, bos. Bagaimana desahannya nanti yah?""Pastinya lebih merdu lagi!""Hahaha." Tawa para para preman tersebut dengan candaan mesum sambil menatapi kecantikan Lona dan Nadya."Sekarang, kalian berdua keluar sendiri atau kami paksa! Pilihannya di tangan kalian, hehehe." Ujar pria dengan tato naga di lengan kanannya tersebut.Dia adalah Tinov, tangan kanan Gading dan sekaligus pimpinan untuk misi penculikan Nadya hari ini. Tentu saja, ka
Gading dan anak buahnya dikejutkan dengan kemunculan Awan yang begitu tiba-tiba tanpa ada yang menyadarinya.Ditambah, satu pukulan Awan juga berhasil menghempaskan anak buah terkuat Gading dan anak buahnya bahkan tidak sempat untuk menghindarinya.Kenyataan tersebut cukup untuk menunjukkan betapa kuat dan cepat pukulan Awan barusan.Hanya saja, anak buah Gading yang baru saja dipukul Awan tidak mengerti situasi bahaya yang sedang dihadapinya.Sambil meringis dan memegangi dadanya yang serasa berat, preman bernama Tigor tersebut bangkit sambil marah, "Sialan! Siapa yang berani menyerangku dan menganggu kesenanganku?"Tatapan Tigor segera tertuju ke arah Awan yang saat itu sedang membaringkan Nadya di jok mobil tanpa sedikitpun melirik Tigor yang sedang mencak-mencak.Melihat Awan tidak mempedulikannya, Tigor semakin meradang."Bangsat! Ternyata hanya seorang bocah!" Geram Tigor kesal saat mengetahui bahwa orang yang baru saja menghempaskannya ternyata hanya seorang pria kurus biasa."
Sebagai seorang pimpinan preman, Gading tentu saja memiliki kemampuan yang membuatnya layak untuk berada di posisinya sekarang.Tidak sedikit nyawa yang melayang oleh tangan dinginnya.Karena itu, ia mendapat julukan sebagai 'Gading si Pembantai'.Namun hari ini, julukan tersebut sepertinya sudah tidak layak untuk dirinya. Karena ada sosok yang jauh lebih kejam dari Gading.Kedua kaki Gading dibuat gemetar dan tubuhnya seperti membeku saat kedua matanya melihat sendiri Awan yang sedang membantai anak buahnya dengan kejam.Hampir lima puluhan orang anak buahnya dan satu orang anak buah terkuatnya, Tigor yang selama ini menjadi ujung tombaknya dalam melakukan banyak kejahatan. Namun, semuanya dibantai begitu saja tanpa ia dapat berbuat apa-apa karena tubuhnya yang seakan membeku.Semua sel dalam tubuhnya seakan berteriak ketakutan dan memberikan stimulus dalam otaknya kalau pria yang sedang mengamuk tersebut bukankah lawan yang bisa dihadapinya.Selayaknya hewan buas yang sedang berhada
"Erika, ada apa?" Tanya Dian Saka penasaran melihat ekspresi Erika yang berubah tegang setelah mendapat telepon dari Awan."Aku belum tahu jelas situasinya. Sekarang, tim keamanan kami masih menyelidikinya. Hanya saja, ini sangat gawat. Karena orang dekatnya Awan, Lona telah diculik." Jawab Erika dan menceritakan apa yang terjadi pada Latif dan para pengawalnya.Meski begitu, Erika sudah memiliki dugaan kalau percobaan penculikan Nadya dan menghilangnya Lona bisa jadi ada hubungannya dengan keluarga Winata."Tunggu dulu! Di mana kejadiannya?" Arman bertanya dengan penuh rasa penasaran."Hmn, itu..." Erika sempat bingung menjelaskan karena Awan tidak menyebutkan detail di mana keberadaannya saat ini. Untungnya, sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya.Itu adalah misi darurat yang baru saja diaktifkan oleh grup keamanan Harsya. Sehingga, Erika bisa memahami situasi yang menimpa Nadya dan Lona secara keseluruhan. Mengetahui hal itu, Erika terlihat agak tertekan.Bagaimanapun, apa yan
Lona dikurung dalam sebuah ruangan gelap dan satu-satunya cahaya yang masuk ke dalam ruangan tersebut hanyalah lewat ventilasi kecil yang ada di sudut atas ruangan.Ruangan tersebut juga pengab dan lembab seperti bangunan yang sudah lama tidak dihuni.Disitulah Lona berada saat ini.Lona yang sempat dibuat pingsan sebelum di bawa ke tempat ini mulai tersadar. Namun, begitu melihat tempat asing dan gelap, Lona segera teringat kalau ia baru saja diculik. Apalagi, di sana hanya ada ia seorang?Lalu, bagaimana dengan sepupunya? Apa Awan benar datang menyelamatkannya?"Hiks, hiks!" Lona terisak antara sedih dan takut.Jika benar Awan datang menyelamatkan Nadya, lalu bagaimana dengan dirinya? Dia bukanlah siapa-siapanya Awan. Tidak mungkin Awan akan datang menyelamatkan dirinya.Awan mencintai Nadya dan rela melakukan apa saja untuk Nadya. Betapa bahagia bisa dicintai oleh seseorang seperti itu. Sayangnya, ia bukan Nadya dan tidak mungkin akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan Nadya.Sa
"Nona, maafkan aku harus melakukan ini!" Ujar tetua Dion dengan berat hati."Paman Dion, apa maksudmu. Aku harus.. ahk!" Dion tidak sempat meneruskan kalimatnya saat tetua Dion dengan secepat kilat memukul kepala belakang dan membuatnya jatuh pingsan.Di ujung kesadarannya Dian hanya melihat sekilas tatapan penyesalan tetua Dion sebelum ia kehilangan kesadarannya."Te-tetua Dion, apa yang anda lakukan?" Teriak Shelma terkejut dengan apa yang dilakukan oleh seorang tetua seperti Dion.Hanya saja, Dion tidak memberikan penjelasan lebih lanjut dan hanya memapah tubuh Dian sebelum menyerahkannya kepada Shelma."Kita tidak memiliki waktu banyak. Sekarang kita harus keluar dari tempat ini dan menyelamatkan nyawa kita.""Tapi..." Shelma melirik Awan yang sedang bertarung di kejauhan dan kondisinya sudah semakin terpojok. Meski masih membenci Awan namun dalam hatinya, Shelma mengakui bahwa mereka bisa mencapai tempat ini adalah karena jasanya Awan.Meski terkadang ia berpikir sempit namun She
"Arghh!""A-apa yang terjadi? Kenapa monster terkutuk ini menyerang kita? Tidak, lariii.. arghk!"Belasan bawahan Edi yang sedang fokus menghadang serangan ratusan binatang spritual di pintu masuk gua terlamr menyadari adanya monster paling menakutkan yang sedang mengamuk di belakang mereka dan teriakan peringatan tetua keluarga Purnama juga terlambat dan tertutupi dengan bisingnya suara pertempuran dan membuat orang-orang malang ini hanya bisa menjadi korban dari amukan sang ular.Tentu saja yang membawa bencana besar pada mereka adalah Awan yang telah memancing kemarahan sang ular dan memburunya dengan membabi buta. Liciknya Awan, ia sengaja berlari ke arah pasukan Purnama dan menjadikan mereka sebagai tumbal amukan sang ular.Sejauh itu, Awan masih berhasil menghindari serangan sang ular dan menjadikan bawahan Edi sebagai tameng hidup. Di mana itu secara tidak langsung ia juga berhasil mengurangi jumlah di pihak lawan.Meski rencananya terlihat berjalan dengan lancar, kenyataannya
"Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekan mereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada 'sesuatu' di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat tetua Dion dan tetua Armen melintasi permukaan kolam, seekor makhluk mengerikan berbentuk ular raksasa dengan kulit hitam gelap pekat dan sepasang taring tajam besarnya langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian sang ular. Bahkan dengan serangan sekuat itu masih tidak cukup meninggalkan satu goresan di permukaan kulit monster tersebut.Edi yan
Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster
"Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t
Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam
Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de
Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber
Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni