maaf ya banyak typo jangan lupa di like dan berikan vote ya. komentar yang mendidik diperlukan agar saya tambah pengalaman terima kasih
Tertua Lao membawa Robert ke kantor ketua untuk mengobati lukanya, mereka berjalan menyusuri lorong yang kiri kanannya terdapat bermacam macam senjata dan dengan cahaya yang redup . Berjalan selama beberapa menit tibalah mereka diujung lorong, Di depan mereka terlihat tembok yang kokoh dan dengan perlahan tapi pasti tertua Lao mengangkat tangan dan terlihatlah sebuah cahaya kemerahan terpancar dari telapak tangan kanan tertua Lao dan perlahan tembok itu menjadi transparan dan terbentuklah pintu yang pinggirnya memancar cahaya kemerahan dan Tertua Lao mengajak Robert masuk. “Robert, mari kita masuk ke dalam dan kalian bertiga tunggu disini sampai saya kembali.” kata Tertua Lao. “Mari.” jawab Robert dengan hormat. Ya, selama memakai topeng ini, Robert harus rendah hati dan menghormati para tertua agar penyamarannya tidak diketahui oleh siapapun. “Baik, tertua Lao, kami akan menunggu disini.” jawab salah satu dari ketiga pemuda itu. Tertua Lao berjalan di depan diikuti oleh Robert
“Siapa yang membuat kamu keluar dari ruangan itu?” tanya tertua yang memakai pakaian coklat kemerahan itu. Sambil berjalan menghampiri Robert. “Apakah untuk keluar dari ruangan itu, saya perlu dibantu?” tanya Robert dengan lugu. Dan berusaha menjauh dari tertua itu. Mendengar pertanyaan Robert yang lugu itu, ketiga tertua itu saling berpandangan dan ingin menanyai sesuatu ke Robert, tapi dicegah oleh tertua Tji dengan berkata:” Robert, mari ikut saya ke kamar kerja saya.” Sambil mencoba mendekati Robert dan berusaha menjauhkan Robert dari ketiga tertua itu. “Baik.’ kata Robert dengan sigapnya dan menoleh melihat kedelapan pemuda yang mewakili dia bekerja. “Kalian delapan orang selesaikan tugas yang tadi dilakukan oleh Robert, setelah makan siang kumpulkan para calon ketua di lapangan, saya mau bicara dengan mereka.” Kata Tertua Tji pada delapan pemuda yang sedang mengangkat air. “Baik, tertua, kami akan melakukan perintah anda.” kata salah satu dari delapan pemuda itu sambil memb
Setelah selesai sarapan, tertua Tji mengajak saya mengelilingi rumahnya. Rumah yang penuh dengan barang antik terpajang disetiap sudut ruangan. Bangunan yang terpisah dari bangunan induk tempat saya tinggal tapi tidak kalah mewahnya, apakah bangunan ini milik dia pribadi atau masih milik perkumpulan hitam bawah tanah. Saya ingin bertanya tapi malas, biarlah nanti mereka yang menjelaskan kepada saya setelah saya menjadi ketua perkumpulan hitam bawah tanah ini. “Saya dengan beberapa tertua dan keluarga kami tinggal di sekitar sini dan kami memiliki pintu yang lain untuk masuk kesini.” kata tertua Tji menjelaskan. “Bisakah kamu mengajak saya ke pintu yang lain dari bangunan ini.” kata saya. “Mari ikut saya, “ kata tertua Tji , “Kamu tidak usah ikut, temui putrimu saja dan beritahukan dia dan tunangannya jangan sekalipun mengganggu Robert.” kata tertua Tji kepada istrinya. "Ya, saya akan mencari dia." kata istri tertua Tji yang biasa dipanggil nyonya Tji. Setelah itu dia berjalan b
Belum selesai saya menikmati kebahagian saya, tiba tiba Robin tersungkur sambil memegang perutnya dan bergulingan. “Tuan Muda, apa yang terjadi pada Robin?” tanya tertua Wang lirih. “Kamu lihat saja sendiri, bukankah ilmu pengobatan kamu yang terhebat disini?” balas saya dengan suara yang pelan tapi cukup terdengar oleh tertua Wang. Sambil bersungut tertua Wang menghampiri anak tunggalnya yang sedang menahan sakit yang luar biasa. Ya, saya menggunakan pukulan yang berikan kepada Robin, dengan memulangkan semua tenaga yang telah digunakan untuk memukul saya. Jika saja saya tidak berdarah, saya tidak akan bertindak sekejam ini. Saya paling marah sejak saya kecil, jika ada manusia yang iseng sampai membuat saya berdarah. “Ayah, tolong saya , sakit sekali perutku ini, seperti terkena tendangan yang bertubi tubi.” kata Robin sambil merintih kesakitan. “Diamlah dulu, ayah akan memeriksa kamu.” kata tertua Wang sambil berjongkok memeriksa nadi Robin. Tiba tiba dia berdiri dan bersoj
Sambil duduk saya memperhatikan mereka, para pemuda berdiri berjejer di depan saya dengan pandangan mata yang kurang puas dan tentu juga menghina. Juga terdengar sayup sayup bisikan mereka yang sangat membuat telinga terasa panas. “Siapa dia? Mengapa tingkah lakunya sangat sombong? Ilmu hanya sedikit ingin menjadi ketua, sungguh tidak tahu malu.” kata pemuda di baris pertama di posisi kedua, ya tepatnya di belakang Robin. Heran saya mengapa pemuda pemuda ini susah tanggap, dan juga telah dicalonkan menjadi calon pemilihan ketua, ah sungguh tidak habis pikir , apa yang ada dipikiran para tertua, apakah karena susah mencari saya sampai sangat frustasi sehingga pemuda yang tidak berbobot juga diikut sertakan. “Bisakah kalian diam? Robert memang adalah anak ketua lama, apakah kalian pikir pukulan Robin tadi telah mengenai dia, jangan mimpi, kami saja tiada satu juga yang bisa menyentuhnya.” kata tertua Wang sangat marah. “Tapi ayah, tadi saya menarik dia dan mendorong dia , dia saja
Saya memasuki gedung yang mewah ini dan menyusuri lorong yang sama dengan lorong yang diajak oleh tertua Wang, Lorong yang banyak senjata beraneka macam terpajang di dinding kiri dan kanan tanpa seorang juga yang mengikuti saya. Sesampai saya di ujung lorong yang terlihat buntu ini, saya mengusap dinding yang terbentang di depan saya dengan unsur air seperti yang dicontohi tertua Lao. Mungkin karena unsur yang saya pakai lebih kuat daripada tertua Lao. Tidak berapa lama, dinding itu membuka dan terbentuklah pintu berbentuk bundar. Jadi bentuk pintu juga berubah. “Eh, kenapa bentuknya tidak sama dengan ketika masuk dengan tertua Lao ya, apa yang membuat pintu ini berubah bentuk.” Pikir saya dengan keheranan. Dalam keheranan saya melangkahkan kaki dan kembali saya dikejutkan oleh keadaan yang lain dari ruangan yang saya masuki ketika bersama dengan tertua Lao Terlihatlah ruangan yang hanya ada lemari besar dengan penutup dari kayu kuno yang sangat indahnya. Saya menghampiri dan be
Berapa lama saya meditasi, saya sudah tidak tahu, saya sekarang sedang menikmati kebahagiaan yang luar biasa. Pada saat saya bisa menyatukan keempat unsur di badan saya, saya juga melihat keajaiban, tanpa saya menyadari ketika saya bertemu dengan kakek guru saya , dia memberikan saya jurnal atau lebih tepatnya semacam peta dan telah iya masukkan ke badan saya. Jadi ketika saya bersatu dengan keempat unsur dibadan saya , peta itu terbentang di depan saya atau tepatnya di atas kepala saya dan dia dapat membantu saya meningkatkan energi di badan saya, karena sekarang zaman modern jadi tidak terlihat level kultivasi dan tentu saja tidak ada yang percaya akan semua itu. “Haruskah saya mempelajari semua itu, ah, pelan pelan saja, saya tidak tahu saya sudah berapa lama meditasi, nanti waktu untuk pemilihan ketua terlewati lagi, ya sudah pelan pelan saja mempelajarinya.” Batin saya mengakhiri meditasi saya. Saya bersiap ingin keluar dari ruangan ini dan ingin mengetahui saya sudah berapa
Keisengan Robert. Akankah Robert menolong Ling Ling? “Bantuin gak ya?” kata Robert dalam hatinya. Timbulah keisengan Robert untuk membuat para pemuda pemudi ini sadar akan kekuatannya dan jangan lagi memiliki pikiran untuk mencari urusan dengannya, karena dia harus secepatnya menyelesaikan masalah ini, untuk dapat dia menjaga dan mendatangi Kartika Lee di Kotanya. “Hayo, diantara kalian siapa yang belajar ilmu medis, keluarlah dan periksa tangan Ling Ling.” kata saya sambil tersenyum iseng sambil memandangi para pemuda pemudi itu. Para pemuda dan pemudi saling berpandangan satu sama lain dan keluarlah salah satu anak tertua Tji. “Boleh saya periksa?” tanyanya sopan. “Silahkan,” kata saya mempersilahkan sambil berdiri di samping mereka dan memperhatikan apa yang akan dia lakukan. Pemuda itu berjalan ke depan Ling Ling dan setelah memeriksanya, dia menunjukkan wajah yang heran dan sangat salut melihat saya. “Ada apa? Kenapa kamu melihat saya seperti itu? Apa yang terjadi pada le