Pagi itu, suasana di rumah keluarga Widjaja terasa berbeda. Meilani dan Summer sibuk memastikan semuanya terlihat rapi dan siap menyambut kedatangan tamu istimewa. Meskipun ayahnya masih dalam proses pemulihan dari afasia global, ia sudah bisa merasakan ketegangan yang membalut rumah mereka. Summer sendiri, yang biasanya cukup tenang, tak bisa menutupi kegugupannya. Ketika bel pintu berbunyi, Summer langsung merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Meilani menyentuh lengannya, memberikan dukungan. "Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja." Dengan napas yang sedikit tertahan, Summer membuka pintu dan melihat Lili serta Andreas berdiri di sana. Wajah mereka menampilkan senyum hangat. "Selamat datang, Om... Tante... silakan masuk," ujar Summer dengan sopan, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Terima kasih, Summer," balas Lili dengan lembut, sambil masuk ke dalam rumah bersama Andreas. Mereka melihat sekeliling, memperhatikan suasana rumah yang hangat. Setelah mereka duduk
Setelah orang tua Rain, Lili dan Andreas, pamit dan pulang, suasana rumah menjadi lebih tenang. Summer duduk di ruang tamu, masih merenungkan percakapan yang baru saja terjadi. Kelegaan perlahan mulai mengisi hatinya, tapi ada perasaan lain yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang hangat dan menenangkan, seperti hangatnya sinar mentari di musim semi. Meilani datang membawa dua cangkir teh, meletakkan satu di hadapan Summer sebelum duduk di sampingnya. Wajahnya penuh perhatian, dan senyum lembutnya membuat Summer merasa sedikit lebih nyaman. “Kamu baik-baik saja, sayang?” tanya Meilani dengan suara yang hangat. Summer mengangguk pelan, menyesap teh hangat itu sebelum menjawab. “Aku baik, Bu. Tadi hanya sedikit tegang.” Meilani tertawa kecil, memahami perasaan Summer. “Wajar saja. Tadi itu situasi yang nggak mudah, apalagi harus menghadapi orang tua Rain yang mungkin punya ekspektasi tertentu. Tapi kamu berhasil ngelewatinnya dengan baik.” Summer tersenyum samar, tapi ada kera
Setelah meninggalkan rumah orang tua Summer, Lili dan Andreas duduk di mobil dengan suasana yang penuh pemikiran. Mereka baru saja melewati hari yang cukup panjang, bertemu dengan keluarga yang—dalam pandangan sebagian orang—mungkin dianggap berbeda jauh dari mereka, baik dalam hal status sosial maupun kondisi kehidupan. Lili menatap keluar jendela, melihat gedung-gedung tinggi kota Jakarta, sebelum akhirnya memecah keheningan. "Kita sudah setuju hubungan Rain dengan Summer. Aku harap ini adalah keputusan yang tepat," katanya dengan nada yang hati-hati, namun ada kehangatan dalam suaranya. Andreas mengangguk pelan. "Aku juga berpikir begitu. Tadi waktu kita berbicara dengan Meilani, aku bisa rasa kalau mereka adalah keluarga yang baik, walau sedang banyak cobaan. Mereka mungkin nggak seberuntung kita dalam hal materi, tapi mereka punya hati yang tulus." Lili tersenyum tipis, mengingat percakapan mereka sebelumnya di rumah Summer. "Summer benar-benar anak yang baik. Aku suka dengan
Setelah resmi berpacaran, hubungan Rain dan Summer semakin erat, seolah mereka telah menemukan bagian diri yang hilang selama ini. Rain tidak hanya mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan. Ia berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi Summer dan Haru, bahkan untuk keluarga Summer yang kini telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Rain menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk memastikan Haru mendapatkan pendidikan terbaik dan masa depan yang cerah. Tidak hanya itu, ia juga sering mengunjungi rumah orang tua Summer, membawa perhatian kecil atau sekadar menghabiskan waktu bersama mereka, menunjukkan betapa ia peduli. Di sisi lain, Summer juga tidak tinggal diam. Sebagai seseorang yang bekerja di apartemen Rain, ia mencurahkan seluruh hatinya untuk membuat tempat itu terasa seperti rumah bagi mereka berdua. Ia memastikan bahwa setiap sudut apartemen mencerminkan cinta dan kebahagiaan yang mereka rasakan. Terkadang, saat hari-ha
Malam itu, suasana di kantor Sari sangat sunyi. Hanya terdengar suara dengungan komputer dan klik-klik lembut dari mouse yang terus ia gerakkan. Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam, tetapi Sari masih duduk di depan layar monitornya, matanya fokus pada informasi yang muncul. Di bawah sinar lampu meja yang temaram, wajah Sari tampak serius dan penuh tekad. Sari tidak sedang mengurus pekerjaan kantornya. Sebaliknya, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyelidiki masa lalu Summer, mencoba menemukan titik lemah yang bisa ia manfaatkan. Tangannya yang terlatih cekatan menavigasi situs-situs pencarian informasi, mengumpulkan potongan-potongan data yang bertebaran di internet dan database tertutup. Setelah menelusuri beberapa nama yang pernah muncul dalam kehidupan Summer, tiba-tiba ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya—sebuah nama yang akrab di telinganya, nama yang sering ia dengar dalam lingkaran sosialnya, namun tak pernah ia sangka akan terhubung dengan Summer. N
Rain bergegas memasuki ruang rapat, merasa sedikit kesal karena jadwal rapat yang tiba-tiba dipercepat. Ketika ia membuka pintu rapat, Rain langsung disambut oleh pemandangan yang membuatnya tertegun. Di dalam ruangan, seseorang dari masa lalu Summer sedang duduk di sisi Wulan, wanita yang akan mengadakan launching produk kecantikan di galerinya. Ben, mantan pacar Summer dan orang yang telah menimbulkan masalah dalam hidup Summer, balas menatap Rain dengan ekspresi datar. Ben, yang selama ini dikenalnya sebagai sosok yang enggan bertanggung jawab atas kehamilan Summer, kini berada di ruang rapat yang sama. Rain berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya, mengatur napas agar tetap tenang. Dia tahu bahwa profesionalisme adalah kunci dalam situasi seperti ini. Dengan langkah mantap, Rain mendekati meja rapat dan menyapa semua orang di ruangan. “Maaf terlambat," ucap Rain. singkat. Wulan tersenyum ramah. "Seharusnya aku yang minta maaf, karena sudah mempercepat jadwal rapat kita."Rain
Bab 66 Ruangan Rain terasa lebih panas, karena pertemuan mereka dengan Ben, tadi. Terutama Misel dan Summer yang memang tidak menyukai Ben. Summer duduk di sofa, masih memikirkan kejadian tadi, sementara Rain memesan makan siang untuk mereka bertiga. Misel, yang sudah tidak sabar ingin mengutuk Ben, segera bergabung dan duduk di kursi sebelah Summer. Wajah Summer tampak sedikit tegang, sesuatu yang tidak biasa terlihat pada wanita yang biasanya tenang itu. Ketika pesanan mereka tiba, suasana seharusnya lebih ringan, namun ada ketegangan yang tidak bisa diabaikan. Summer masih merasa tertekan dengan pertemuannya dengan Ben, dan walaupun ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya, Rain dan Misel bisa merasakan sesuatu yang berbeda. "Summer, lo baik-baik saja?" tanya Misel dengan nada perhatian, mencoba mencairkan suasana sambil membuka bungkus makanannya. Ia memang sudah lama mengenal Summer, dan tahu betul bagaimana raut wajah sahabatnya ketika sedang gelisah. Summer tersenyum t
Setelah mengantar Wulan pulang, Ben menghela napas panjang saat melihat pintu rumah tertutup di belakangnya. Ia merasa lega telah melewati percakapan yang menegangkan tanpa perlu menjelaskan pikirannya yang sedang kacau. Namun, meski fisiknya terasa lelah, pikirannya tidak berhenti berputar. Ben kembali ke mobilnya, memasang sabuk pengaman dengan gerakan otomatis. Tujuannya jelas, pulang ke apartemen, menenangkan diri, dan beristirahat setelah hari yang penuh gangguan. Tapi saat ia menyalakan mesin dan mulai mengemudi, ponselnya berbunyi. Dengan satu tangan, Ben meraih ponselnya dari kursi penumpang. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak disimpan di kontaknya, namun Ben mengenali nama pengirimnya. Sari. Sari? Apa yang dia inginkan? pikir Ben. Pesan itu singkat, langsung pada intinya: [Ben, ini Sari. Aku butuh bicara dengan kamu. Ada sesuatu yang harus kita diskusikan. Bisa kita bertemu malam ini?] Ben merasa aneh menerima pesan itu. Sari adalah orang yang pernah bekerja dengan
Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya
Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe
Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan
Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem
Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da
Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b
Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,
Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p
Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj