Setelah Summer pergi, Meilani duduk di samping tempat tidur Angga. Ia menatap suaminya yang masih terlihat lemah. Wajahnya tampak tegas, namun penuh kekhawatiran. Dengan suara lembut, Meilani memulai percakapan yang sudah lama ingin ia bicarakan. "Mas, kita perlu bicara," katanya perlahan, menggenggam tangan suaminya dengan lembut. Angga menghela napas, menatap istrinya dengan mata lelah. "Aku tahu, Meilani. Ini tentang Summer lagi?" Meilani mengangguk, tidak ingin mengelak. "Iya, tentang Summer dan tentang kita. Kondisi kamu makin memburuk, dan kita nggak bisa terus begini. Aku minta kamu untuk berhenti keras kepala dan kasih Summer kesempatan. Dia anak kita, Mas. Dia pantas untuk dapat kesempatan. Hubungan keluarga kita harus diperbaiki, Mas. Aku nggak mau kita kayak gini twrus. Aku sudah capek." Angga terdiam, pikirannya berputar-putar memikirkan segala yang telah terjadi. Selama bertahun-tahun, ia merasa dikhianati oleh Summer, merasa bahwa putrinya telah meninggalkannya dan k
Hari itu adalah hari terakhir Summer bekerja di La Grandeur. Keputusan untuk berhenti bekerja bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi ia tahu bahwa keluarganya membutuhkan dirinya lebih dari sekadar pekerjaannya saat ini. Ia ingin membantu ayahnya dan mengambil tanggung jawab lebih besar di perusahaan keluarga mereka.Seusai melayani beberapa meja, Summer kembali menunggu untuk dipanggil sambil memperhatikan pengunjung yang datang. Summer merasa campur aduk. Perpisahan dengan rekan-rekan kerja dan tempat yang sudah menjadi bagian dari hidupnya selama beberapa bulan terasa sulit. Namun, di satu sisi, ia juga merasa lega karena bisa fokus pada keluarganya.Ketika Summer sedang melamun, ia melihat di kejauhan seseorang mengangkat tangannya. Summer bergerak ke arah meja tersebut tanpa prasangka apapun. Tapi ketika ia bergerak lebih dekat, jantungnya tiba-tiba berdegup dengan kencang karena wajah familiar yang duduk di meja tersebut. Summer ingin berbalik, tapi pria tersebut juga sedang menat
Setelah pertemuannya yang tak terduga dengan Summer di La Grandeur, Ben merasakan kekacauan emosional yang sulit ia pahami. Ada perasaan kecewa dan marah yang mendidih dalam dirinya, meskipun mereka telah lama berpisah. Melihat Summer yang seolah-olah telah melupakannya dan menjalani hidupnya tanpa sedikit pun tanda penyesalan membuat amarah Ben semakin membara.Ben duduk di dalam mobilnya, pikirannya berkecamuk. "Bagaimana dia bisa lupa semuanya begitu aja?" gumamnya dengan suara rendah, tangannya mengepal di atas kemudi. "Apa semua yang terjadi di antara aku sama dia nggak berarti apa-apa?"Ben mencoba menenangkan diri, tetapi perasaan marah dan terluka terus menguasai pikirannya. Ben merasa seolah-olah Summer telah menutup semua kenangan mereka, seolah dirinya tidak pernah ada dalam hidupnya. Kenangan masa lalu mereka berputar dalam benaknya—tentang hubungan mereka yang dulu begitu dekat, dan juga tentang bagaimana semuanya berakhir dengan buruk. Ben tahu, kesalahannya yang terbes
Setelah bergabung dengan AM Konstruksi, Summer mulai mempelajari secara mendalam seluk-beluk perusahaan dan masalah yang mereka hadapi. Sejak dulu, perusahaan ayahnya selalu sukses menjalankan proyek-proyek besar tanpa masalah berarti. Namun, kali ini terasa berbeda, seolah ada yang sengaja merancang kegagalan mereka.Summer merasa ada yang tidak beres, dan instingnya memaksanya untuk menggali lebih dalam. Ketika ia sedang meneliti berkas-berkas terkait sengketa hukum yang menjerat perusahaan mereka, matanya terhenti pada sebuah nama yang sangat familiar—Ben. Nama itu tertulis jelas sebagai pihak yang menggugat perusahaan ayahnya.Jantung Summer berdetak kencang. Ingatannya langsung melayang pada masa lalu yang pahit. Ben, mantan pacarnya, adalah orang yang telah menghancurkan hidupnya sepuluh tahun lalu. Pria itu tidak hanya meninggalkannya saat ia sangat membutuhkan dukungan, tapi kini tampaknya Ben berniat untuk menghancurkan kerja keras orang tuanya juga.Summer tidak bisa memperc
Ben berdiri di belakang meja sidang dengan wajah yang penuh kepuasan. Melihat Angga jatuh tak sadarkan diri dan Summer yang tampak terpukul, ia merasa seluruh rencananya telah berhasil dengan sempurna. Bagi Ben, ini adalah balasan yang manis untuk semua luka dan kehampaan yang ia rasakan setelah hubungan mereka berakhir.Di tengah kekacauan dan panik di ruang sidang, Ben melangkah mendekati Summer dengan langkah tenang. Ekspresinya tidak menunjukkan penyesalan, melainkan kebanggaan dan kepuasan. Ia menghadapi Summer yang tampak marah dan hancur."Jadi, Summer," Ben memulai dengan nada mengejek, "sekarang kamu ingat aku, kan?"Summer menatap Ben dengan kemarahan yang membara. "Lo benar-benar brengsek! Lo udah hancurin hidup gue, dan sekarang lo buat keluarga gue hancur juga?!! Gue nggak akan pernah maafin lo, Ben!! Gue akan balas semua yang sudah lo buat ke gue dan keluarga gue!!"Ben hanya tersenyum sinis mendengar ancaman Summer. "Lo terlalu emosional, Summer. Ini semua masalah kecil
Malam itu, di dalam ruangan VVIP rumah sakit, suasana terasa begitu sunyi dan penuh beban. Meilani duduk di samping tempat tidur suaminya, tangisnya tertahan, tapi matanya yang sembab tak bisa menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Angga, yang selalu tampak kuat dan kokoh sebagai kepala keluarga, kini terbaring tak berdaya, membuat hatinya hancur berkeping-keping.Di sudut ruangan, Summer duduk di sofa dengan Haru dalam pelukannya. Ia mengelus rambut anaknya dengan lembut, mencoba menenangkan diri sekaligus Haru yang meski belum sepenuhnya mengerti, ikut merasakan kesedihan yang melanda keluarga mereka."Ibu, Kakek kapan bangun?" tanya Haru, suaranya kecil dan penuh kebingungan.Summer terdiam sejenak, merasakan air matanya hampir tumpah lagi. "Kakek lagi butuh banyak istirahat, sayang," jawabnya dengan lembut, berusaha terdengar setenang mungkin. "Kita doakan saja, ya, supaya Kakek cepat sembuh."Haru mengangguk kecil, tapi masih terlihat ragu. "Haru boleh temani Kakek terus?"Summe
Summer memulai hari dengan penuh semangat, meski langit Jakarta menampakkan awan hitam pertanda hujan. Ia tahu, perjuangan yang harus dihadapinya tidak akan mudah. Dengan setumpuk lamaran di tangannya, Summer melangkah keluar dari apartemen kecilnya menuju pusat kota.Sebenarnya Summer ingin menggunakan mobil milik orang tuanya, tapi Summer merasa kurang hati. Jadilah kali ini ia bergerak menggunakan transportasi umum.Pagi itu, Summer mengalami kejadian pertama yang tidak mengenakkan. Di tengah perjalanan, sepatu hak tinggi yang ia kenakan tiba-tiba terputus, membuatnya harus berjalan dengan satu sepatu dan satu sandal jepit. "Baru awal, sudah ada aja cobaannya," keluh Summer. Ia mencoba untuk tetap tenang dan berjalan cepat menuju perusahaan pertama yang akan ia datangi. Meski langkahnya tidak stabil, ia tetap bertekad untuk sampai ke tempat tujuan.Saat akhirnya sampai di kantor pertama, Summer mendapati bahwa lamaran yang ia bawa tidak sesuai dengan persyaratan yang baru saja dip
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Summer masih menghadapi kesulitan besar dalam mencari pekerjaan. Dengan biaya rumah sakit yang melonjak dan kebutuhan obat-obatan, tabungan orang tuanya semakin menipis. Meskipun mereka bisa memindahkan ayahnya ke ruang kelas yang lebih rendah untuk mengurangi biaya, Summer merasa tidak tega melakukannya, dan terus berusaha mencari solusi lain.Di tengah tekanan yang semakin berat, Summer tiba-tiba menerima telepon dari Arif, mantan bosnya di La Grandeur. Summer bergerak menjauh dari Meilani dan Haru, kemudian menjawab telepon dari Arif. “Selamat malam, Pak Arif.” Suara Summer terdengar lelah namun penuh harapan.“Selamat malam, Summer. Maaf kalau aku telepon kamu di waktu yang kurang tepat. Apa kamu punya kenalan yang lagi cari kerjaan?"Pertanyaan Arif membuat Summer mengerutkan keningnya. "Emangnya ada apa, Pak? La Grandeur punya lowongan kerja, Pak?""Bukan... kali ini bukan restoran milik aku. Kebetulan, kenalan aku lagi nyari ART, jadi dia m
Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya
Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe
Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan
Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem
Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da
Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b
Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,
Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p
Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj