Di ruang tamu rumah orang tua Summer, suasana yang semula tenang mendadak berubah mencekam setelah Haru mengucapkan kata-kata yang mengejutkan semua orang. Meilani, yang sedang mengatur setumpuk album foto lama, menoleh dengan cepat ke arah Haru, wajahnya menunjukkan keterkejutan yang luar biasa."Ayah? Haru, apa maksud kamu, sayang?" tanya Meilani, suaranya gemetar. Ia sama sekali tidak pernah menduga bahwa percakapan seperti ini akan terjadi, terutama di saat yang damai seperti ini.Haru, yang duduk di lantai dengan mainan di tangannya, menatap neneknya dengan mata polos. "Hari ini, aku ketemu sama ayah di sekolah. Dia bilang dia ayah aku, Nek."Meilani terdiam sejenak, berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan cucunya. Selama ini, Meilani memang tidak pernah menanyakan terlalu banyak tentang ayah Haru kepada Summer, karena ia tahu betapa sensitifnya topik itu bagi putrinya. Namun, sekarang kenyataan itu terungkap begitu saja dari mulut Haru yang masih begitu muda dan polos.Su
Keesokan harinya, udara pagi yang sejuk terasa berbeda bagi Summer. Sejak semalam, pikirannya terus dipenuhi oleh pertemuan Haru dengan Ben. Saat ia dan Rain mengantar Haru ke sekolah, perasaannya tidak tenang, seakan ada firasat buruk yang menghantuinya. "Kamu kenapa, sayang?" tanya Rain, saat ia melihat Summer yang gelisah. Summer berusaha untuk tersenyum, walau ia tahu itu terlihat begitu aneh. "Nggak apa-apa, sayang. Hanya lagi nggak enak badan aja." Summer tidak jujur pada Rain saat ini, karena ia masih membutuhkan waktu untuk berpikir. Rain tersenyum, berusaha memberikan Summer waktu dan ruang. Sesampainya di depan sekolah, Summer menggenggam tangan Haru erat, seakan tidak ingin melepaskannya. Namun, ketika mereka sampai di gerbang sekolah, firasat buruk itu terbukti benar. Ben berdiri di sana, menunggu mereka dengan wajah penuh penyesalan. Wajah yang kemarin menyapa Haru di sekolah. Summer langsung merasakan amarah membuncah. Semua rasa sakit dan kekhawatiran yang i
Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil terasa begitu hening dan tegang. Bahkan Haru, yang biasanya ceria dan selalu punya banyak hal untuk diceritakan, hanya duduk diam di kursi belakang, menatap keluar jendela dengan ekspresi murung. Pandangannya kosong, seolah-olah pikirannya sedang melayang jauh dari tempat ia berada. Summer, yang duduk di samping Rain, juga tidak berbicara sepatah kata pun. Amarah yang meledak-ledak saat bertemu Ben masih terasa di dadanya, tetapi kini perasaan itu berubah menjadi kekesalan yang mendalam. Ia tidak pernah membayangkan akan bertemu Ben dalam situasi seperti ini, apalagi di depan Haru. Perasaan bersalah menyelimutinya karena Haru harus menyaksikan semua itu. Rain, yang memegang kemudi, mencuri pandang ke arah Summer beberapa kali. Dia bisa merasakan ketegangan yang menyelimuti mereka bertiga, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa untuk mengurangi ketegangan itu. Ia ingin menenangkan Summer, ingin memberikan kata-kata penghiburan, teta
Di kantornya, Wulan duduk terpaku di kursi kantornya, menatap layar handphone dengan penuh kebingungan dan ketidakpercayaan. Berita terbaru yang sedang viral di media sosial tidak hanya mengejutkannya, tetapi juga membuatnya merasa terpuruk. Judul artikel itu besar dan mencolok: "Skandal Cinta Ben dan Summer, Masa Lalu yang Kembali Menghantui". Wulan membaca dengan seksama, matanya membesar setiap kali menemukan detail baru yang mengungkapkan hubungan intim Ben dengan Summer di masa lalu. Foto-foto lama, rekaman, dan kesaksian dari orang-orang yang mengenal mereka saat kuliah mengisi artikel tersebut, menjelaskan hubungan mereka dengan cara yang sangat dramatis. Wulan berusaha mencerna informasi yang tertulis. Tidak hanya hubungan masa lalu Ben dan Summer yang menjadi berita utama, tetapi juga ada dugaan bahwa Haru, anak Summer, sebenarnya adalah anak biologis Ben. Artikel tersebut memaparkan argumen bahwa Ben dan Summer dulu memiliki hubungan yang sangat serius dan ada kemungkin
Di apartemen Rain, suasana terasa tenang meski penuh kesibukan. Summer, dengan wajah lelah dan penuh pikiran, sedang menyiapkan sarapan untuk Haru. Dia menghidangkan roti panggang dan sereal sambil menyalakan televisi dan mencari saluran anak-anak agar Haru bisa menonton acara favoritnya dan mengalihkan pikirannya dari kejadian di sekolah. Tiba-tiba, ponsel Summer bergetar di meja dapur. Melihat nama Misel pada layar, Summer segera tahu bahwa ada sesuatu yang serius. Misel, sahabatnya yang juga sering membantu mengurus berbagai hal, pasti ingin membahas sesuatu yang penting. Dengan sedikit rasa cemas, Summer menjawab telepon. “Halo, Misel. Ada apa?” tanya Summer sambil menyadari betapa pentingnya pertemuan ini. “Summer! Lo keren banget, sumpah!" Kata-kata Misel membuat Summer menggelengkan kepalanya perlahan. "Nggak usah muji gue untuk hal buruk. Lo kenapa telepon gue?" Misel menghela napas sejenak. “Gue tebak, lo pasti sadar opa yang lagi rame sekarang, kan?" Summer menga
Di kantornya yang sepi, Rain duduk di belakang meja, pandangannya terpaku pada tumpukan dokumen yang belum juga memberikan jawaban yang ia cari. Suara gemuruh di luar seolah mencerminkan kekacauan pikirannya. Dia telah mencoba segala cara untuk menemukan solusi atas masalah yang kini menimpa dirinya, Summer, dan Haru, tapi sejauh ini, hasilnya nihil. Kepalanya bersandar di tangan, tubuhnya terasa lelah, baik secara fisik maupun mental. Pikirannya terus berputar, berusaha mencari jalan keluar dari situasi yang kian memburuk. Kabar bahwa Wulan telah melakukan konferensi pers dan menyatakan hubungannya dengan Ben telah berakhir sebelum masalah ini mencuat ke publik, membuat situasi semakin sulit. Wulan telah melepaskan dirinya dari masalah ini, sementara Summer dan Ben masih diam, terperangkap dalam ketidakpastian. Ketika Rain sedang tenggelam dalam pikirannya, pintu kantornya terbuka perlahan. Dia mendongak, dan melihat Sari masuk dengan senyum ramah di wajahnya. "Sari? Kamu ngapain
Beberapa hari berlalu, situasi semakin memburuk. Berita tentang Summer, Ben, dan Rain terus merajalela di media sosial, dengan spekulasi dan opini publik yang semakin liar. Meski Rain telah mencoba segala cara untuk membendungnya, termasuk meminta bantuan dari perusahaan media yang memiliki koneksi dengannya, namun arus informasi sudah terlalu kuat untuk dihentikan. Opini publik semakin beragam dan sering kali tidak berdasar, membuat segalanya menjadi lebih rumit. Dampak dari pemberitaan ini mulai dirasakan oleh Haru di sekolah. Meskipun masih anak-anak, teman-teman Haru sudah mendengar gosip dari orang tua mereka atau melihat berita di televisi. Mereka mulai membicarakan masalah orang tua Haru, meski mereka tidak sepenuhnya mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Katanya ayah kamu sama ibu kamu udah gak bareng lagi?" salah satu temannya bertanya dengan polos namun menimbulkan perasaan tidak nyaman di hati Haru. "Ayah kamu siapa, sih, sebenarnya?" celetuk anak lain yang terdengar
Setelah tamu-tamu meninggalkan rumah orang tua Rain, suasana di ruang tamu terasa lebih tenang. Andreas dan Lili, yang baru saja mengucapkan selamat tinggal kepada para tamu, memanggil Rain dan Summer untuk bergabung dengan mereka di ruang tamu. Haru, yang kelelahan bermain sepanjang hari, sudah tidur nyenyak di kamar. Sementara itu, Rain dan Summer duduk di seberang sofa, dengan Andreas dan Lili duduk di sofa yang sama, wajah mereka tampak serius. Andreas memecah keheningan terlebih dahulu dengan nada yang tenang namun tegas. “Rain, Summer, Papa mau bahas masalah yang sedang kalian hadapi. Papa khawatir situasi ini sudah mulai berlarut-larut dan dampaknya nggak akan hanya untuk kalian berdua, tapi juga untuk orang-orang di sekitar kalian dan bisnis keluarga kita." Lili, yang duduk di samping Andreas, menatap Summer dengan kekhawatiran di matanya. “Kami tau kalian sedang menghadapi banyak tekanan dengan semua gosip yang beredar. Kami juga khawatir kalau gosip ini akan mempengaruhi r
Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya
Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe
Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan
Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem
Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da
Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b
Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,
Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p
Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj