Di kantornya yang sepi, Rain duduk di belakang meja, pandangannya terpaku pada tumpukan dokumen yang belum juga memberikan jawaban yang ia cari. Suara gemuruh di luar seolah mencerminkan kekacauan pikirannya. Dia telah mencoba segala cara untuk menemukan solusi atas masalah yang kini menimpa dirinya, Summer, dan Haru, tapi sejauh ini, hasilnya nihil. Kepalanya bersandar di tangan, tubuhnya terasa lelah, baik secara fisik maupun mental. Pikirannya terus berputar, berusaha mencari jalan keluar dari situasi yang kian memburuk. Kabar bahwa Wulan telah melakukan konferensi pers dan menyatakan hubungannya dengan Ben telah berakhir sebelum masalah ini mencuat ke publik, membuat situasi semakin sulit. Wulan telah melepaskan dirinya dari masalah ini, sementara Summer dan Ben masih diam, terperangkap dalam ketidakpastian. Ketika Rain sedang tenggelam dalam pikirannya, pintu kantornya terbuka perlahan. Dia mendongak, dan melihat Sari masuk dengan senyum ramah di wajahnya. "Sari? Kamu ngapain
Beberapa hari berlalu, situasi semakin memburuk. Berita tentang Summer, Ben, dan Rain terus merajalela di media sosial, dengan spekulasi dan opini publik yang semakin liar. Meski Rain telah mencoba segala cara untuk membendungnya, termasuk meminta bantuan dari perusahaan media yang memiliki koneksi dengannya, namun arus informasi sudah terlalu kuat untuk dihentikan. Opini publik semakin beragam dan sering kali tidak berdasar, membuat segalanya menjadi lebih rumit. Dampak dari pemberitaan ini mulai dirasakan oleh Haru di sekolah. Meskipun masih anak-anak, teman-teman Haru sudah mendengar gosip dari orang tua mereka atau melihat berita di televisi. Mereka mulai membicarakan masalah orang tua Haru, meski mereka tidak sepenuhnya mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Katanya ayah kamu sama ibu kamu udah gak bareng lagi?" salah satu temannya bertanya dengan polos namun menimbulkan perasaan tidak nyaman di hati Haru. "Ayah kamu siapa, sih, sebenarnya?" celetuk anak lain yang terdengar
Setelah tamu-tamu meninggalkan rumah orang tua Rain, suasana di ruang tamu terasa lebih tenang. Andreas dan Lili, yang baru saja mengucapkan selamat tinggal kepada para tamu, memanggil Rain dan Summer untuk bergabung dengan mereka di ruang tamu. Haru, yang kelelahan bermain sepanjang hari, sudah tidur nyenyak di kamar. Sementara itu, Rain dan Summer duduk di seberang sofa, dengan Andreas dan Lili duduk di sofa yang sama, wajah mereka tampak serius. Andreas memecah keheningan terlebih dahulu dengan nada yang tenang namun tegas. “Rain, Summer, Papa mau bahas masalah yang sedang kalian hadapi. Papa khawatir situasi ini sudah mulai berlarut-larut dan dampaknya nggak akan hanya untuk kalian berdua, tapi juga untuk orang-orang di sekitar kalian dan bisnis keluarga kita." Lili, yang duduk di samping Andreas, menatap Summer dengan kekhawatiran di matanya. “Kami tau kalian sedang menghadapi banyak tekanan dengan semua gosip yang beredar. Kami juga khawatir kalau gosip ini akan mempengaruhi r
Setelah mendapatkan nasehat yang bijaksana dari Andreas dan Lili, Rain merasa lebih terarah. Meskipun rasa bingung dan tekanan yang dirasakan sebelumnya belum sepenuhnya menghilang, ia kini memiliki fokus baru. Ia memahami betapa pentingnya menjaga hubungan dengan Summer tetap kuat dan stabil, dan juga melindungi Haru dari dampak negatif situasi ini. Dengan tekad yang lebih kuat, Rain mulai merencanakan langkah-langkah strategis untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi. Rain memutuskan untuk bekerja secara diam-diam, tanpa memberitahukan siapapun tentang rencananya. Ia tahu bahwa dalam situasi ini, tindakan yang bijaksana dan terencana adalah kunci untuk mengatasi segala masalah yang muncul. Rain menghabiskan waktu berjam-jam di kantornya, memikirkan cara-cara terbaik untuk menghadapi krisis ini. Ia merasa bahwa ada beberapa langkah yang harus diambil untuk mengembalikan reputasi dan situasi keluarga mereka ke jalur yang benar. Pertama, Rain mulai mengumpulkan bukti-buk
Setelah keputusan untuk membiarkan Haru mengenal Ben diumumkan, opini publik mulai berubah drastis. Banyak orang mulai menghargai keputusan Summer dan melihatnya sebagai tindakan yang penuh kebesaran jiwa. Media sosial dipenuhi dengan komentar-komentar yang mendukung dan memuji Summer karena keberaniannya memaafkan Ben dan memberikan kesempatan bagi Haru untuk mengenal ayahnya. Beberapa komentar berbunyi, "Summer menunjukkan kematangan dan ketulusan yang luar biasa. Ben harus menghargai kesempatan ini dan melakukan yang terbaik untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya," atau "Keputusan Summer untuk memberi kesempatan kepada Haru mengenal ayahnya adalah contoh nyata dari kasih sayang dan pengertian seorang ibu." Kekaguman dan dukungan publik mulai memberikan dorongan positif bagi Summer. Ia merasa bahwa banyak orang yang mendukungnya, dan ini memberikan sedikit kelegaan di tengah-tengah kekacauan yang sedang berlangsung. Pada suatu hari, Summer memutuskan untuk menemani Haru bertemu
Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj
Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p
Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,