Setibanya di kediaman Reza, ketiga lelaki tersebut hanya bergeming. Mereka takut akan reaksi diberikan orang tua Reza.Apa yang harus mereka katakan? Apakah setelah menjelaskan keadaan mereka akan baik-baik saja?Kish memberanikan diri untuk turun dari mobil. Hanya sebatas turun dan mondar-mandir bagai setrika. Rafael dan Satya yang merasa ini merupakan tanggung jawab mereka pun semakin takut.Apakah keberanian Kish telah terkumpul? Atau Kish tidak takut sama sekali? Apakah mereka juga harus ikut menyusul turun?Seorang lelaki mengintip dari balik jendela. Dia bertanya-tanya itu mobil tamu tetangga atau berniat ke rumahnya?"Ayah Ika ngantuk. Ayo bobo.""Eka sama Ika bobo dulu sama Bunda, ok?""Ayah mau pergi? Katanya malam-malam dingin," tanya Eka."Cuma sebentar kok."Setelah memberi tepukan kepala dan kecupan selamat tidur, Reyhan membuka pintu ruang tamu secara perlahan. Dia takut apabila orang tersebut berniat jahat dan membangunkan orang tuanya."Kalian?"Ketiga lelaki tersebut
Teman-teman sekumpulan Reza dan Felicia tak langsung pulang setelah pemakaman. Mereka berkeliling lebih dulu mencari tempat tongkrongan.Dina yang merasa gemas melihat teman-temannya tak kunjung menemukan tempat tongkrongan pun menyarankan tempat. Dia memberikan alamat kafe tersebut ke semua ponsel. Dina terus sedikit melirik ponselnya sembari berboncengan dengan Angel.Matanya membulat kala tak lama mereka sampai kafe. Kafe ini adalah kafe yang Dina rekomendasikan. Mengapa teman-temannya bisa mengetahui padahal tak ada satu pun yang membaca. Bahkan yang lebih tua seperti Kish atau Harnefer tak membuka pesannya."Kok kalian bisa tau?""Kita kompak non-aktifkan tanda pesan masuk, terkirim, dan terbaca sebelum ke pemakaman. Jadi kita semua baca pesan lo," jelas Rey.Dina tampak komat-kamit merasa kesal akan rencana para cowok lakukan. Kish hanya menggelengkan kepala heran melihat teman-teman adiknya.Dia menarik Harnefer yang tampak tak bersemangat. Ya apabila dia menjadi Harnefer pas
Felicia mengucek-ucek matanya, dia berbalik ke kanan-kiri, dan tengkurap. Ini adalah kedamaian sesungguhnya karena tak bersama sang Oma, Opa, dan abangnya.Tapi dia rindu akan masakan rumah. Bisa-bisanya lidahnya mati rasa karena terlalu banyak makanan instan, cepat saji, dan makanan restoran atau warung.Harnefer pasti telah puas makan banyak karena tidak ada dirinya. Apakah teman-temannya mencari tahu di mana dia?Dia rindu menggunakan ponselnya. Felicia menyibakkan selimut dan menata tempat tidurnya.Dia berjalan menuju jendela kamarnya. Perutnya seketika berbunyi kala melihat gerobak pedagang sate.Dia ingin menggunakan uang yang diberikan papa dari Tawarikh dan Clarissa, tapi apakah tidak masalah? Apakah pria itu tidak akan menagih? Apakah ini pertolongan tulus?Felicia menatap pintu kamarnya sembari menimbang-nimbang. Dia merasa pria tersebut tulus tapi di sisi lain dia juga takut.Dia juga tak tahu kapan bisa bertemu keluarga dan teman-temannya kembali. Felicia menuju kamar man
Bi Arum memanggil kakak-adik tersebut kala beberapa kali Oma Rizya dan Opa Adriel berteriak namun tanpa respon.Bi Arum mengetuk pintu kamar Harnefer selama lima belas menit barulah terbuka. Harnefer membuka pintu dalam keadaan bangun tidur.Bahkan masih dengan mata setengah terpejam dan rambut acak-acakan. Bi Arum ikut menguap kala Harnefer juga menguap."Ada apa?""Maaf saya mengusik waktu istirahat, Tuan Harn.""Siapa?" tanya Harnefer karena nyawanya belum terkumpul sempurna."Harnefer Ananta, Felicia Ananta bangunlah dan turun!" sela Oma Rizya dan Opa Adriel kompak mengulangi berteriak untuk membangunkan cucu-cucunya.Harnefer seketika membelalakkan mata terkejut. Dia tak menyangka bahwa telah saatnya makan malam."Loh Bi Arum?""Silakan turun untuk makan malam Tuan Harnefer, saya masih harus membangunkan Nona Felicia.""Felicia belum bangun, Bi?" Bi Arum membalas pertanyaan Harnefer dengan gelengan kepala."Bi Arum turun saja nggak pa-pa. Felicia biar saya yang membangunkan.""Tap
Kediaman keluarga Ananta kembali dalam keadaan semula. Dalam suasana di mana pertengkaran kecil antara Felicia dan Harnefer.Beberapa sendok lagi maka sarapan Felicia selesai. Suara notifikasi mengusik acara sarapan tersebut."Cowok yang waktu di vila itu?" bisik Harnefer sembari mengintip handphone Felicia.Felicia melirik Harnefer lalu menangkup wajah Abangnya. Oma Rizya dan Opa Adriel hanya mengamati kakak-adik tersebut sembari menikmati sarapan."Kalian nggak sembunyikan sesuatu beneran?" tanya Opa Adriel.Felicia bergeming, menghentikan kegiatannya yang menjauhkan handphonenya dari Harnefer. Harnefer yang semula berusaha mengintip handphone Felicia juga bergeming.Kakak-adik tersebut saling tatap memberi kode. Sebenarnya mereka ingin mengatakan sejujurnya, tapi mereka takut akan reaksi Oma Rizya dan Opa Adriel."Harnefer kamu beneran menjaga Felicia bukan?" Oma Rizya ikut bertanya kala kedua cucunya kompak tak menjawab."Oma, Opa, Abang Hamster, Feli izin ke sekolah, ya?""Bukank
Kakak adik yang biasanya ramai kali ini tampak akur. Opa Adriel dan kedua cucunya sama-sama memfokuskan netra menatap salah satu film kesukaan Opa Adriel.Oma Rizya dan Bi Arum tengah sibuk mempersiapkan makan malam. Saat pertengahan film ketiganya dikejutkan dengan perdebatan dari dapur.Harnefer menjeda film tersebut dan menyusul Opa Adriel dan Felicia yang menuju dapur terlebih dahulu."Ada apa?" tanya Opa Adriel."Maaf Tuan Adriel, stok makanan sudah habis.""Ya sudah sana kamu belanja seadanya di supermarket atau membuat makanan instan saja," perintah Oma Rizya."Maaf Nyonya Rizya, tapi stok makanan instan juga telah habis. Dan mohon maaf saya tidak berani apabila keluar malam sendirian.""Kamu bisa saya...""Oma, Opa, bolehkah apabila Harnefer dan Felicia yang membeli makanan kali ini sekaligus membeli stok makanan?" Perkataan tersebut bukan Felicia melainkan berasal dari Harnefer. Felicia melirik kesal Harnefer yang menganggu kedamaiannya."Lo sendiri napa?""Feli," tegur Oma
Hari yang dinanti-nantikan kelas sembilan pun tiba. Siswa kelas sembilan dengan menggunakan kemeja putih dan dasi. Untuk dasi setiap siswa dibebaskan warna apapun.Asalkan tidak menggenakan dasi kupu-kupu. Sedangkan siswi dengan menggunakan kebaya dan beberapa menggunakan jilbab.Seorang gadis tengah berusaha menyeimbangkan langkahnya. Abangnya berulang kali kekeh dengan menggendong hingga kelas.Gadis tersebut beberapa kali menengok ke belakang. Berharap Abangnya tak menemukannya. Terlalu fokus mengawasi belakangnya hingga gadis tersebut hampir saja terjatuh. Beruntungnya salah satu siswa menangkapnya."Maaf, Bu.""Kamu murid kelas mana? Saya baru pertamakali melihat kamu."Perkataan ini sudah dirinya dengar saat di rumah. Ya di rumah karena pegawai salon yang dia pilih diminta ke rumah.Oma, Opa, dan abangnya mengatakan apabila luka-luka gadis tersebut pasti merasa nyeri. Gadis tersebut tersenyum pendengaran penuturan guru bimbingan konseling saat kelas delapan."Ini saya, Bu.""Sa
Satu bulan sudah sejak hari perpisahan bagi kelas sembilan SMP Negeri 1 Samudera. Siswa-siswi kelas sembilan diibaratkan sedang simulasi menjadi pengangguran.Baru saja Felicia tiba dari rumahnya karena setelah kelulusan, dia menginap di rumah orang tua Harnefer.Harnefer merasa curiga karena adiknya langsung meminta untuk ke rumah orang tuanya.Ya, adiknya hanya mengatakan apabila ingin berganti posisi. Dia hendak melaksanakan ucapan Papanya.Papa Harnefer mengatakan apabila saat Felicia luang, sang keponakan bisa berkunjung dan bertukar posisi.Tepat sore hari setelah kelulusan Felicia dan Opa Adriel menuju ke rumah Papanya atau adik Hosea. Selama tak ada adiknya ponsel Felicia ditinggal di rumah dalam keadaan mati. Harnefer semakin curiga apa yang terjadi saat kelulusan adiknya.Setiap Harnefer bertemu Kish, lelaki tersebut akan menanyakan perihal Felicia. Harnefer semakin gemas karena tiga hari lagi sang adik harus pendaftaran sekolah.Hari-hari yang saat adiknya terasa cepat ber
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Aneka bazar dari masing-masing kelas SMA Negeri 2 Angkasa berbeda-beda. Ada yang menjual makanan atau minuman, namun beberapa juga menjual aksesoris.Bazar diselenggarakan di lapangan utama, dengan di tengahnya terdapat panggung. Sekolah lain tidak diizinkan untuk memasuki, karena dikhawatirkan hal yang menakutkan."Fel, lo yang nata atau nyuci jamur nih?"Felicia yang baru saja tiba di tenda bagian kelas sepuluh IPS satu, seketika menghentikan langkahnya. Dia bahkan baru tiba setelah merapikan barang-barang di kelas.Izora yang telah menggenggam ember baskom berisikan jamur pun mewakili jawaban Felicia."Kesel Fel?""Nggak kok cuma pengen pukul dikit tapi yang keras."Izora menggelengkan kepala heran, sebenarnya teman-teman kelasnya adalah macam-macam orang dengan sifat hampir sama rata."Ayo keburu Falisha jadi korban berikutnya," celetuk Felicia yang lebih dulu selesai mencuci jamur. Izora menolehkan kepala, sejak kapan Felicia selesai lebih dahulu? Dirinya bergegas menyisihkan ai
Felicia menatap ragu handphone-nya, dia ingin melakukan sesuatu namun rasa ragu juga terselip. Dia ingin menghubungi Arkan, guna menanyakan perihal, kejadian kala dirinya ulang tahun yang sebatas ingatan semu-semu."Jangan ngelamun," tegur Kainando kala jalan melewati Felicia.Felicia membelalakkan mata, mengernyit, lalu membuang pandangan merasa kesal. Kainando tertawa gemas, reaksi sama yang dahulu sering dia lihat namun tidak untuk semua orang."Kalau mau balas komunikasi jangan malu-malu kali, Ci."Felicia menoleh kebelakang memastikan siapa yang menegur, setelah mengetahui siapa pelaku pemilik suara dia justru menatap datar Satya."Kenapa lo? Lo pikir gue setan?" "Mirip," balas Felicia seringan angin. Satya membuka mulut lebar seakan hendak mengunyah Felicia. Felicia tak memedulikan Satya, dengan memilih bermain sosial media sedikit memastikan Arkan.Felicia tersenyum kecil kala jawaban yang dicari tak perlu berlama-lama. Tiga puluh menit yang lalu Arkan bersama siswi teman se
Felicia meregangkan tubuh yang terasa pegal dan nyeri. Tak hanya sebatas itu saja, melainkan rasa menggigil juga tak kalah. Felicia meraba-raba samping, dia mengernyit kala hanya merasakan tekstur keras. Felicia seketika terbelalak dan terduduk.Dia meringis merasakan nyeri di pahanya. Felicia bergegas menuju ke cermin guna memastikan. Selama menatap cermin Felicia berusaha mengingat-ingat. Ntah dirinya yang pelupa atau bagaimana ingatan terakhir hanya hingga kejutan ulang tahunnya."Non, apakah sudah bangun?"Ntah mengapa kakinya langsung menyuruh ke kamar mandi. Felicia berteriak memberikan jawaban dari dalam."Masuklah Bi!"Bi Arum menekan kenop pintu Felicia perlahan, Bi Arum mengernyit kala jendela kamar tak terkunci. Bi Arum beberapa kali menatap jendela dan pintu kamar mandi bergantian. Dia menggelengkan kepala, tidak-tidak pasti Felicia hanya kelupaan mengunci saja."Non, baju sudah saya siapkan. Apabila sudah Non jangan lupa langsung turun karena ditunggu Den Harn."Felicia
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar