Felicia mengucek-ucek matanya, dia berbalik ke kanan-kiri, dan tengkurap. Ini adalah kedamaian sesungguhnya karena tak bersama sang Oma, Opa, dan abangnya.Tapi dia rindu akan masakan rumah. Bisa-bisanya lidahnya mati rasa karena terlalu banyak makanan instan, cepat saji, dan makanan restoran atau warung.Harnefer pasti telah puas makan banyak karena tidak ada dirinya. Apakah teman-temannya mencari tahu di mana dia?Dia rindu menggunakan ponselnya. Felicia menyibakkan selimut dan menata tempat tidurnya.Dia berjalan menuju jendela kamarnya. Perutnya seketika berbunyi kala melihat gerobak pedagang sate.Dia ingin menggunakan uang yang diberikan papa dari Tawarikh dan Clarissa, tapi apakah tidak masalah? Apakah pria itu tidak akan menagih? Apakah ini pertolongan tulus?Felicia menatap pintu kamarnya sembari menimbang-nimbang. Dia merasa pria tersebut tulus tapi di sisi lain dia juga takut.Dia juga tak tahu kapan bisa bertemu keluarga dan teman-temannya kembali. Felicia menuju kamar man
Bi Arum memanggil kakak-adik tersebut kala beberapa kali Oma Rizya dan Opa Adriel berteriak namun tanpa respon.Bi Arum mengetuk pintu kamar Harnefer selama lima belas menit barulah terbuka. Harnefer membuka pintu dalam keadaan bangun tidur.Bahkan masih dengan mata setengah terpejam dan rambut acak-acakan. Bi Arum ikut menguap kala Harnefer juga menguap."Ada apa?""Maaf saya mengusik waktu istirahat, Tuan Harn.""Siapa?" tanya Harnefer karena nyawanya belum terkumpul sempurna."Harnefer Ananta, Felicia Ananta bangunlah dan turun!" sela Oma Rizya dan Opa Adriel kompak mengulangi berteriak untuk membangunkan cucu-cucunya.Harnefer seketika membelalakkan mata terkejut. Dia tak menyangka bahwa telah saatnya makan malam."Loh Bi Arum?""Silakan turun untuk makan malam Tuan Harnefer, saya masih harus membangunkan Nona Felicia.""Felicia belum bangun, Bi?" Bi Arum membalas pertanyaan Harnefer dengan gelengan kepala."Bi Arum turun saja nggak pa-pa. Felicia biar saya yang membangunkan.""Tap
Kediaman keluarga Ananta kembali dalam keadaan semula. Dalam suasana di mana pertengkaran kecil antara Felicia dan Harnefer.Beberapa sendok lagi maka sarapan Felicia selesai. Suara notifikasi mengusik acara sarapan tersebut."Cowok yang waktu di vila itu?" bisik Harnefer sembari mengintip handphone Felicia.Felicia melirik Harnefer lalu menangkup wajah Abangnya. Oma Rizya dan Opa Adriel hanya mengamati kakak-adik tersebut sembari menikmati sarapan."Kalian nggak sembunyikan sesuatu beneran?" tanya Opa Adriel.Felicia bergeming, menghentikan kegiatannya yang menjauhkan handphonenya dari Harnefer. Harnefer yang semula berusaha mengintip handphone Felicia juga bergeming.Kakak-adik tersebut saling tatap memberi kode. Sebenarnya mereka ingin mengatakan sejujurnya, tapi mereka takut akan reaksi Oma Rizya dan Opa Adriel."Harnefer kamu beneran menjaga Felicia bukan?" Oma Rizya ikut bertanya kala kedua cucunya kompak tak menjawab."Oma, Opa, Abang Hamster, Feli izin ke sekolah, ya?""Bukank
Kakak adik yang biasanya ramai kali ini tampak akur. Opa Adriel dan kedua cucunya sama-sama memfokuskan netra menatap salah satu film kesukaan Opa Adriel.Oma Rizya dan Bi Arum tengah sibuk mempersiapkan makan malam. Saat pertengahan film ketiganya dikejutkan dengan perdebatan dari dapur.Harnefer menjeda film tersebut dan menyusul Opa Adriel dan Felicia yang menuju dapur terlebih dahulu."Ada apa?" tanya Opa Adriel."Maaf Tuan Adriel, stok makanan sudah habis.""Ya sudah sana kamu belanja seadanya di supermarket atau membuat makanan instan saja," perintah Oma Rizya."Maaf Nyonya Rizya, tapi stok makanan instan juga telah habis. Dan mohon maaf saya tidak berani apabila keluar malam sendirian.""Kamu bisa saya...""Oma, Opa, bolehkah apabila Harnefer dan Felicia yang membeli makanan kali ini sekaligus membeli stok makanan?" Perkataan tersebut bukan Felicia melainkan berasal dari Harnefer. Felicia melirik kesal Harnefer yang menganggu kedamaiannya."Lo sendiri napa?""Feli," tegur Oma
Hari yang dinanti-nantikan kelas sembilan pun tiba. Siswa kelas sembilan dengan menggunakan kemeja putih dan dasi. Untuk dasi setiap siswa dibebaskan warna apapun.Asalkan tidak menggenakan dasi kupu-kupu. Sedangkan siswi dengan menggunakan kebaya dan beberapa menggunakan jilbab.Seorang gadis tengah berusaha menyeimbangkan langkahnya. Abangnya berulang kali kekeh dengan menggendong hingga kelas.Gadis tersebut beberapa kali menengok ke belakang. Berharap Abangnya tak menemukannya. Terlalu fokus mengawasi belakangnya hingga gadis tersebut hampir saja terjatuh. Beruntungnya salah satu siswa menangkapnya."Maaf, Bu.""Kamu murid kelas mana? Saya baru pertamakali melihat kamu."Perkataan ini sudah dirinya dengar saat di rumah. Ya di rumah karena pegawai salon yang dia pilih diminta ke rumah.Oma, Opa, dan abangnya mengatakan apabila luka-luka gadis tersebut pasti merasa nyeri. Gadis tersebut tersenyum pendengaran penuturan guru bimbingan konseling saat kelas delapan."Ini saya, Bu.""Sa
Satu bulan sudah sejak hari perpisahan bagi kelas sembilan SMP Negeri 1 Samudera. Siswa-siswi kelas sembilan diibaratkan sedang simulasi menjadi pengangguran.Baru saja Felicia tiba dari rumahnya karena setelah kelulusan, dia menginap di rumah orang tua Harnefer.Harnefer merasa curiga karena adiknya langsung meminta untuk ke rumah orang tuanya.Ya, adiknya hanya mengatakan apabila ingin berganti posisi. Dia hendak melaksanakan ucapan Papanya.Papa Harnefer mengatakan apabila saat Felicia luang, sang keponakan bisa berkunjung dan bertukar posisi.Tepat sore hari setelah kelulusan Felicia dan Opa Adriel menuju ke rumah Papanya atau adik Hosea. Selama tak ada adiknya ponsel Felicia ditinggal di rumah dalam keadaan mati. Harnefer semakin curiga apa yang terjadi saat kelulusan adiknya.Setiap Harnefer bertemu Kish, lelaki tersebut akan menanyakan perihal Felicia. Harnefer semakin gemas karena tiga hari lagi sang adik harus pendaftaran sekolah.Hari-hari yang saat adiknya terasa cepat ber
Seorang lelaki langsung memasuki kamar adik perempuannya. Lelaki tersebut mengedarkan pandangan namun tak menemukan adiknya.Dia menatap toilet dalam kamar adiknya namun lampu padam pertanda kosong tak digunakan. Lelaki tersebut kembali santai, setidaknya kejadian beberapa hari lalu tak akan terulang.Lelaki tersebut mengedarkan pandangan mencari objek yang dia cari-cari. Biasanya sang adik akan meletakkan di meja belajar atau meja samping kasur.Seorang gadis sudah menebak bahwa lelaki tersebut akan mencari barang tersebut. Sang gadis baru saja dari ruang makan dan toilet lantai 1 pun bersembunyi.Dia sengaja tidak menggunakan toilet kamarnya karena telah menebak. Saat barang tersebut bersamanya sang kakak memberikan tatapan tak suka.Gadis tersebut memilih duduk di depan pintu kamarnya. Tiba-tiba ide jahil terlintas di otaknya. Dia menuju kamar kakaknya dan mengobrak-abrik semua barang.Gadis tersebut kembali ke kamarnya dan duduk di depan pintu kamar. Dia membelalakkan mata kala me
Seperti masa orientasi sekolah saat hari pertama. Siswa-siswi calon kelas 10 SMA Negeri 2 Angkasa dengan aneka seragam almamater sekolah dahulunya tengah berkumpul.Mereka dikumpulkan di lapangan berdasarkan kelas sementara. Felicia bersyukur setidaknya ucapan Satya tak terkabul.Pada masa orientasi sekolah ini kelas mereka terpisah. Satya di kelas IPS 1 dan Felicia di kelas IPS 5. Jarak kelas yang ujung bertemu ujung membuat Felicia merasa damai. Gadis itu harap saat penentuan kelas, tetap tak sekelas dengan Satya.Setelah upacara pembukaan selesai para siswa-siswi yang tergabung dalam OSIS membimbing calon kelas 10 menuju ke aula, untuk memperkenalkan guru-guru, lalu berlanjut dengan ruang, serta ekstrakurikuler.Guru-guru yang termasuk sebagai komite masuk ke aula terlebih dahulu. Setelah 10 guru merupakan anggota komite masuk terlebih dahulu, guru mata pelajaran yang akan mengajar jurusan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) maupun IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) menyusul ma