Seperti masa orientasi sekolah saat hari pertama. Siswa-siswi calon kelas 10 SMA Negeri 2 Angkasa dengan aneka seragam almamater sekolah dahulunya tengah berkumpul.Mereka dikumpulkan di lapangan berdasarkan kelas sementara. Felicia bersyukur setidaknya ucapan Satya tak terkabul.Pada masa orientasi sekolah ini kelas mereka terpisah. Satya di kelas IPS 1 dan Felicia di kelas IPS 5. Jarak kelas yang ujung bertemu ujung membuat Felicia merasa damai. Gadis itu harap saat penentuan kelas, tetap tak sekelas dengan Satya.Setelah upacara pembukaan selesai para siswa-siswi yang tergabung dalam OSIS membimbing calon kelas 10 menuju ke aula, untuk memperkenalkan guru-guru, lalu berlanjut dengan ruang, serta ekstrakurikuler.Guru-guru yang termasuk sebagai komite masuk ke aula terlebih dahulu. Setelah 10 guru merupakan anggota komite masuk terlebih dahulu, guru mata pelajaran yang akan mengajar jurusan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) maupun IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) menyusul ma
Masa orientasi sekolah akhirnya telah berakhir. Siswa-siswi kelas 10 SMA Negeri 2 Angkasa, sangat bahagia karena tak perlu pusing-pusing mengumpulkan barang.Anggota OSIS telah mengatakan bahwa akan ada tiga kelas yang mendapatkan kelas sementara, karena ruang kelas yang kurang.Tiga kelas yang kurang tersebut terdiri dari : kelas IPS 1, kelas IPS 5, dan MIPA 7. Tiga kelas tersebut untuk sementara waktu akan ditempatkan di laboratorium.Namun dalam tiga bulan ketiga kelas tersebut harus kembali berpindah, laboratorium yang digunakan sebagai kelas sementara akan digunakan tempat olimpiade.Pergelangan kaki Felicia rasanya telah hampir patah, gadis tersebut harus berulangkali berjinjit untuk mencari namanya. Sudah empat kelas namun gadis tersebut masih belum menemukan namanya. Andai saja gadis tersebut memiliki robot, agar tak perlu capek-capek berjinjit.Seorang lelaki sebaya Felicia tiba-tiba muncul membuat Felicia terkejut. Dia reflek memukul keras kepala lelaki di hadapannya.Satya
Ekstrakurikuler yang akan dimulai pada Minggu pertama kali ini adalah pramuka. Beberapa ekstrakurikuler lainnya akan dimulai pada minggu depan dengan perkenalan terlebih dahulu, sedangkan materi serta kegiatan pada minggu berikutnya.Beberapa siswa-siswi mulai memasang wajah kusut karena jenuh menunggu persiapan upacara pembukaan.Dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) tak ada yang berubah dari gadis tersebut, selain sifatnya yang sengaja dia ubah.Gadis tersebut tetap menjadi sandaran para teman-temannya yang bosan, mengantuk, kesal, tertidur, dan mungkin tengah mengalami masalah.Dia hanya dapat mendongak sekaligus menyadarkan kepala pada dinding. Beruntung kali ini belakangnya terdapat dinding, dimana atasnya terdapat kumpulan topi pramuka para siswi SMA atau boni."Ci," panggil salah satu siswa meniru temannya.Gadis yang semasa kecil mendapat panggilan tersebut mengedarkan pandangan mencari pelaku."Leci!"Gadis tersebut sontak mendongak kala suara
Ekstrakurikuler yang dipilih setiap siswa atau siswi pada saat masa orientasi akan dimulai pada minggu ini. Ntah disebut beruntung atau kesialan karena Felicia lupa memberitahu Harnefer bahwa akan pulang sedikit malam.Ingin Felicia keluar sejenak untuk menemui Harnefer, namun sekolahnya terlalu ketat. Siswa-siswi dilarang keluar area sekolah selama belum waktu pulang.Felicia ingin menghubungi Harnefer dengan pesan atau melalukan panggilan sejenak. Tetapi handphonenya dia tinggal karena jam olahraga yang akan ditutup bimbingan konseling sebelum pulang.Sehingga siswa-siswi kelas 10 IPS 1 hari ini mengurangi penggunaan handphone. Felicia harap satpam SMA Negeri 2 Angkasa dapat percaya bahwa mereka Harnefer dan Felicia adalah kakak beradik."Ci, lo ditinggal yang lain loh," tegur seorang siswa yang melihat temannya justru melamun tengah lapangan.Bukannya tersadar lamunan gadis tersebut hanya menoleh namun dengan pandangan kosong.Siswa tersebut mundur 3 langkah karena merasa waspada.
Suasana kelas 10 IPS 1 tampak terasa ramai, dengan persiapan ulangan harian mereka yang akan digunakan untuk praktik.Ulangan harian bahasa Inggris diminta oleh guru untuk melakukan praktik, karena menguji kekompakan dan pemahaman siswa-siswi mengenai procedure text."Woy yang punya es batu sisa donor buat kelompok gue kek!" teriak siswa dengan ciri khas kulit sawo matang.Siswa-siswi lain yang hanya menyediakan es batu pas-pasan pun seketika menyembunyikannya. Reno menarik Daffa untuk memutari laboratorium demi es batu kelompok mereka. Para siswi yang satu kelompok dengan mereka pun memilih duduk menyimak.Siapa suruh kedua lelaki tersebut merengek untuk membawa alat serta es batu, namun sayangnya bukannya terbawa justru menjadi siaga bagi kelompok mereka.Felicia dan Izora yang sekelompok dengan kedua lelaki tersebut pun hanya menyimak. Izora semula hendak mengusulkan membeli ke kantin, sebelum sang guru telah tiba di kelas mereka.Siswa-siswi yang semula tak berada di kelompok mas
Tumpukan meja dan kursi tampak memenuhi depan ruang laboratorium. Dikarenakan beberapa hari lagi SMA Negeri 2 Angkasa akan menjadi tempat olimpiade, maka kelas 10 MIPA 7, IPS 1, dan IPS 5 dipindahkan ke perpustakaan dan operasi lama.Tumpukan yang semula menyesakkan mata telah mulai berkurang. Sepuluh IPS 1 dan 5 ditempatkan di perpustakaan lama, sedangkan 10 MIPA 7 dipindahkan ke operasi lama yang tak jauh dari operasi sekarang."Kok angkat meja sendirian sih cantik, nggak mau panggil Kai buat bantuin lo, hm?"Felicia meletakkan meja untuk berbicara sejenak dengan sang kakak kelas sejak SMP, yang kembali bertemu di SMA dan merupakan teman Kainando."Bang, kalau lo tanya tentang kejadian waktu SMP..." Felicia menahan nafasnya sejenak karena selalu merasa emosi, setiap mengingat kejadian antara dirinya, Kai, dan Chelsea."Tolong lo tanya ke temen lo itu. Gue udah males bahas hal itu lagi," sambung Felicia melanjutkan perkataannya."Boleh gue...?" Belum saja permintaan izin berpamitan
Ketukan sepatu pantofel dari wanita bertubuh berisi serta berkulit seputih dinding, menyalakan alarm siaga siswa-siswi kelas 10 IPS 1.Siswa-siswi yang semula di luar kelas terbirit-birit untuk ke kursinya. Wanita tersebut mengatur nafas, sebelum memulai ulangan praktik biologi."Selamat siang anak-anak, kalian tidak melupakan kegiatan hari ini bukan?"Pertanyaan sederhana bagi kelompok yang beruntung. Namun pertanyaan tersebut bak berada di rumah hantu, bagi kelompok yang bernasib buruk.Guru bertubuh bak gitar spanyol, tampak mengedarkan pandangan untuk menyelidiki siswa-siswinya."Yang tidak membawa bahan dan alat dengan lengkap, saya mohon kejujurannya untuk mengangkat tangan."Dua puluh empat siswa dari enam kelompok, tampak mengangkat tangan mereka. Guru wanita dengan bername tag Aurel, seketika membelalakkan mata tak menyangka.Satu kelas berisi 36 dan yang tidak membawa lengkap terdapat 24, maka murid yang 100% disiplin hanyalah 12 siswa terbentuk 3 kelompok."Pertanyaan khusu
"Tumben sekali anak bujangnya Mama sudah rapi. Sudah...""Ma, maaf Satya izin keluar, ya.""Tapi ini sudah sangat malam, Sayang. Bukannya Mama hendak ikut campur, tetapi kamu mau kemana?" Satya bergeming untuk memikirkan alasan yang tepat. Beralasan ke rumah Felicia dan Harnefer itu tak mungkin. Nongkrong bersama teman juga sepertinya justru dia mendapatkan siraman. Sebuah ide alasan muncul di otak Satya."Satya, mau ke toko buku cari alat tulis, Ma. Buku tulis Satya hilang dan ballpoint Satya juga hilang."Yizlia menatap dalam putra keduanya. Pasti putranya berpikir dia akan percaya, karena melupakan rasanya mabuk cinta. Ah, sayang sekali dugaan anak tengahnya ini salah besar. Putranya sang papa yang selalu memperlakukan kekasih sepenuh hati. Walau perlakuan Satya bisa dibilang salah. Tetapi mulutnya, Yahziel, dan Kish telah lelah menegur Satya. Biarkanlah kiranya Tuhan memberi jalan untuk hubungan Nada dan Satya.Yahziel dan Kish baru saja keluar dari ruang kerja si sulung. Mere