Felicia meraba-raba meja samping tempat tidurnya. Dia bergegas menuju ke kamar mandi, dan bersiap-siap ke sekolah. Gadis tersebut menepuk kening merasa kesal. Ternyata tergesa-gesa dirinya pagi ini sangatlah tak berguna. Waktu masih menunjukkan pukul 5 subuh, dan berarti semua anggota masih terlelap. Hanya Bi Arum-lah sepertinya yang tengah sibuk. Felicia berniat berganti menjadi baju rumahan kembali namun malas. Pada akhirnya dia mengganti lampu tidur menjadi lampu utama. Dia menyadarkan punggung pada pinggiran kasur. Gadis tersebut mulai mengaktifkan data seluler hingga beberapa notifikasi tak henti-henti. Ntah mengapa hatinya sangat ingin membuka w******p terlebih dahulu. Dia mengernyit kala barisan panggilan tak terjawab terdapat banyak sekali. Ingin rasanya membalas menelpon tetapi dirinya yakin, pasti kemungkinan untuk diangkat hanyalah 5%. Lebih baik dirinya membuka salah satu grup, barangkali menemukan alasan mengapa notifikasi tertata rapi. Ntah harus menyalahkan atau
Satu bulan sudah sejak kematian Nada, ntah Satya yang pintar menyembunyikan luka atau emang lelaki tersebut baik-baik saja. Satya bersenda gurau bersama teman-temannya seperti biasanya. Teman lelaki sekelas sepuluh atau satu SMA (Sekolah Menengah Atas) saja, karena komunikasi antara Felicia dan Satya masih sama. "Baiklah adik-adik ayo semuanya berkumpul ke tengah lapangan!" teriak siswa kelas dua belas yang bertugas sebagai pembina. Siswa-siswi kelas sepuluh yang semula masih bersantai, seketika mengobrak-abrik tas mencari topi pramuka mereka. Setiap kelas telah dibagi dua sangga siswa dan dua sangga siswi. Perlengkapan kelompok telah dikumpulkan tiga hari lalu.Siswa-siswi kelas sepuluh baik MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) langsung berlari ke tengah lapangan.Felicia yang berstatus sebagai wakil ketua sangga berdiri di paling belakang. Sudah wakil ketua ditambah lebih tinggi dari siswi lainnya, membuat alasan pertama bagi para temanny
"Ci, maafin gue ya?"Perjalanan menuju ke perpustakaan seketika terkesan karena kalimat Satya. Felicia langsung menghentikan langkahnya."Belum lebaran," kata Felicia dengan acuh lalu meninggalkan Satya.Satya tersenyum kecil, dia berlari kecil menyusul langkah Felicia. Satya menarik tangan Felicia agar berhenti, beberapa teman sekelas Nada yang melihat hanya menatap. Mereka bingung harus ikut senang, heran, atau geram."Leci, maafin gue ya?"Felicia meringis menahan cengkraman Satya. Kemarin malam tepat setelah makan malam, dan selesai persami serta mengerjakan banyak PR. Harnefer mengajak keluar ke rumah dengan jalan kaki. Perkiraan Felicia dimana sang Abang berniat membelikan jajan seketika sirna.Sudah badan yang sangat lelah tanpa istirahat, ditambah kini lutut, siku, dan betis terperban. "Sat, kita sudah di depan perpustakaan," tegur Felicia.Satya menggelengkan kepala, dia mengernyit baru menyadari panggilan Felicia untuknya. Yang lebih Satya baru sadari adalah ternyata beber
Satya menatap gemas Felicia yang tengah kesal. Dia melajukan motornya mendekati arah Felicia."Lo nggak pulang, Ci?"Felicia menatap kesal Satya yang berhasil semakin membuatnya kesal. Dia mengayunkan telapak tangannya mengusir Satya. "Hei! Gue orang bukan anak ayam yang bisa lo usir kek gitu!""Gitu doang ngamok kemarin gue lo gitu biasa tuh," ejek Felicia kembali mengingat saat pertengkaran dengan Satya.Satya menggelengkan kepala heran, istilah bahwa perempuan pemaaf namun tak pelupa luka sepertinya sangatlah fakta. Satya bahkan dibuat bungkam dan kebingungan mencari jawaban."Balik lo Lucifer dah dicari Tante Yizlia dan Yaera pasti. Nitip salam ya? Bolehkan?"Satya langsung berbinar, sinyal tanda baikan dan hubungan kembali ke semula menyala terang."Kenapa nggak ikut sekalian?""Maaf tapi besok-besok gue main deh sekalian bareng Abang. Soalnya ini gue udah ada janji sama Arkan secara rahasia."Satya menatap Felicia penuh selidik, Felicia yang ditatap curiga pun menutup mulut bar
Akhirnya suasana yang ditunggu-tunggu kelas sepuluh IPS satu dan MIPA tujuh telah tiba. Dua ruang terbaru di sekolah pada akhirnya telah ditetapkan.Apabila saat pindahan pertama Satya tak membantu maka kali ini berbeda. Satya membantu dengan membawa terlebih dahulu, tas punggung Felicia dan dirinya bawa sembari mengangkat meja."Satse, biar gue bawa sendiri tas gue!""Satse?" tanya Daffa merasa asing dengan julukan."Sesat," tutur Falisha mengoreksi.Satya meninggalkan Daffa begitu saja, dia justru mengajak Felicia bermain-main kejar-kejaran . Ingin rasanya Felicia melemparkan kursinya dan Falisha, tetapi apabila sampai rusak maka urusan akan panjang nan rumit.Daffa hampir saja berteriak mengeluarkan umpatannya, namun dia memilih menarik meja hingga ke ruang kelas baru. Falisha menguatkan pegangannya pada kursi, lalu menyusul Felicia yang telah menaiki tangga."Huu Leci sekarang jadi siput," ejek Satya sembari mengayunkan tas Felicia, bersiap menjatuhkan dari depan kelas.Felicia me
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list