Felicia mengambil HP-nya yang diletakkan pada saku kanan jas almamater SMP Negeri 1 Samudera. Mood yang telah rusak kini bertambah hancur karena mengetahui sang pengirim pesan.
Sang pengiriman sebenarnya tidak salah mengirimkan pesan tetapi haruskah dengan pertanyaan lelucon? Felicia terlalu malas menarikan jarinya untuk membalas. Dia hanya membalas melalui pesan suara biasa bukan melakukan panggilan.
Bang Hamster
Loe udah pulang sekolah?
Jangan kemana-mana gue sebentar lagi jemput.
Anda
| Telat Abang. Telat buanget.
Setelah pesan terkirim HP kembali Felicia letakkan ke tempat. Reza bertanya-tanya siapakah yang mengirim notifikasi Felicia. Apakah ibu dari Felicia? Apakah neneknya?
Apakah Arkan? Ah, tidak mungkin sekali apabila Arkan. Seingatnya trio bebek yang tak lain Ashima, Angel, dan Dina mengata
Keesokan paginya di keluarga Anta nampak damai tanpa tom and jerry dari kakak beradik yang Arkan dan Ayra. Orang tua mereka saling berpandangan bertanya-tanya mengapakah Arkan sunyi senyap.Ayra yang biasanya menjadi korban mood dirusak oleh kakaknya pun hanya diam saja. Dia menebak mungkin kakaknya memiliki masalah dengan temannya atau gadis saat jogging."Tumben sekali kamu diam, Ka. Ada masalah? Gigi kamu sakit? Atau perut yang sakit?" tanya umi Khaliza."Masalah cewek jogging, Bang?" ujar Ayra ikut bertanya-tanya karena tumben sekali abangnya sunyi."Oh ya kamu tau, Ka kenapa tadi malam rumah Felicia terlihat ramai?" kata abi Dalwyn setelah mengingat apa yang ingin dia katakan."Feli nggak bilang apa pun, Bi. Arkan juga nggak sakit kok, Mi. Adek abang kemasukan apa ? Tumben banget perhatian," balas Arkan sembari menopang kepala menatap Ayra. 
Bagi Felicia dan Arkan hari ini terasa sangat lama. Berbeda dengan siswa-siswi lain yang tengah bersenda gurau karena merasa waktu begitu cepat."LECI," teriak pria yang tak asing di mata Felicia.Ya dia adalah calon mamanya. Dirinya pikir pria tersebut hanya kelebihan mulut saja sehingga berusaha merayunya.Felicia dan pria tersebut menjadi pusat perhatian saat ini. Dari kejauhan Arkan yang sengaja pulang sangat terlambat tersebut bertanya-tanya."Siapa Leci? Siapa yang memanggil dengan begitu keras? Hubungan apa? Leci? Bukankah itu Felicia?" batin Arkan mengingat perihal Leci dan sumber sehingga dia mengetahui.Felicia yang malas memperpanjang waktu dan telah sangat rindu dengan kamarnya pun langsung memasuki mobil.Tawarikh menarik nafas berusaha sabar. Dirinya berpikir mungkin setelah hari pernikahan bersama Tesalonika
Ruang makan keluarga Ananta terasa begitu kekeluargaan tanpa perdebatan apa pun. Walaupun lebih terasa bagai kuburan pindah karena keadaan yang hening.Tidak ada yang spesial selama sarapan kecuali saat di mobil Harnefer membuka pembicaraan. Harnefer tidak diperbolehkan sementara waktu untuk mengendarai sendirian.Dirinya selalu diantar menuju universitas bersama Tawarikh setelah Felicia turun. Oma Rizka mengatakan agar cucu-cucunya lebih mengenal dan dekat dengan Tawarikh."Selamat ya Tan. Tante mau menikah sama om Arikh," ungkap Harnefer ikut senang. Felicia hanya menatap jendela sembari mendengarkan musik dan membaca buku."Terima kasih, Harn. Jangan lupa datang ya nanti di pernikahan tante." pintar Tesalonika. Harnefer melirik gadis di sampingnya yang sangat fokus dengan dunianya."Feli juga ikut, Tan?" tanya Harnefer."Dia ujian, Harn. Tante harap kamu bersedia
Hunian keluarga Ananta terlihat sepi tanpa suara canda tawa orang tua. Hanya beberapa anggota keluarga yang memilih di rumah karena memiliki acara sekolah.Sang gadis tengah menyiapkan sarapan favoritnya. Saat tengah ingin meletakkan bahan-bahan dirinya terkejut. Hampir saja dirinya berteriak karena mengira orang asing ."Ngapain neng?" goda Harnefer yang merasa puas telah mengerjai sang adik."Abang." Gadis tersebut seketika menghembuskan nafas setelah sempat terkejut."Si komo gue bukan abang loe," geram Harnefer. Dirinya merasa gemas dengan mulut sang adik."Gue kira loe ikut mereka." Felicia mengangkat bahu lalu kembali melanjutkan persiapan sarapan."Gue ada acara kampus," ungkap Harnefer yang bingung antara ikut acara sang tante atau universita."Bi Arum mana?" tanya Felicia ketika menyadari kondisi rumah sangat sepi."Bi arum diajak oma tadi subuh buat pindah ke hotel bantu
Setelah 3 hari berturut-turut untuk acara pemakaman sang mama Felicia segera kembali ke sekolah. Seharusnya dia diizinkan untuk 7 hari tidak masuk sekolah.Dirinya tak ingin tenggelam dalam duka dan terbayang-bayang materi yang tertinggal maka segera berangkat. Dengan cukup adu mulut yang panjang akhirnya Felicia memutuskan untuk berangkat.Dirinya mungkin akan telat untuk menjenguk pusara sang mama dan papa. Seharusnya 4 hari lagi tetapi dirinya memutuskan untuk minggu depan pada hari Minggu.Seorang siswa menepuk bahu siswi yang merupakan teman sekelasnya. Tepukan tersebut tidak dirasa sehingga diputar paksa oleh cowok tersebut.Gadis tersebut seketika mendongak setelah dagu diangkat oleh temannya. Revan sedikit menunduk karena Felicia yang hanya sebahu dirinya."Anak-anak kemarin kumpulin dana turut bela sungkawa, " ujar Revan memberikan amplop ya
Setibanya di kediaman sang gadis terlihat seorang lelaki dengan kaos putih dan celana kain coklat menunggu gerbang tersebut terbuka. Felicia segera mengucapkan terimakasih serta memberikan bungkusan martabak tersebut.Satya menatap Felicia yang terlihat menarik sang abang dengan tergesa-gesa. " Padahal disidang abangnya juga gue sudah siap," batin Satya.Satya menatap bungkusan martabak tersebut dan menyadari bahwa seharusnya berkurang satu bungkus. Dirinya segera mengetuk pintu sembari berharap yang membukakan bi Arum atau Felicia.Felicia yang mendengar ketukan pintu pun segera bergegas. Satya melihat bahwa Felicia sedikit mengintip segera memberikan bungkusan tersebut."Terimakasih," ucap sang gadis sembari mengusap pipinya karena terkejut. Satya menganggukkan kepala lalu segera mengendarai motornya.*****Felicia tidak bisa menahan r
Waktu yang ditunggu-tunggu bagi kelas 9 pun tiba. Waktu di mana terakhir kalinya pergi ke bukit doa bagi kelas 9 tetapi pertama kali bagi kelas 7 dan 8.Sepulang sekolah Satya berjanji pada Felicia untuk menemani membeli persiapan besok siang.Sang gadis yang tengah menanti teman laki-lakinya pun dibuat gemas karena terlambat 15 menit. Dirinya tidak menunggu di ruang tamu karena terdapat oma Rizya yang tengah menelepon tantenyamenelepon.Dengan nafas tersengal-sengal Harnefer mengetuk pintu kamar Felicia. "Ci, Felicia Ananta," panggil Harnefer.Felicia bertanya-tanya dengan lelaki di hadapannya yang keadaan bagaikan selesai dikejar anjing."HP loe buka," pinta Harnefer. Felicia merogoh saku celananya untuk menuruti perintah lelaki di hadapannya."Loh!""Lah loh lah loh. Pegel tau nggak dari kamar opa ke kamar loe. Tuh anak orang udah di depan rumah. Gue telepon nggak diang---""Mohon maaf kita serumah buat apa telponan?" tanya
Dengan udara yang sangat dingin salah satu sekolah telah ramai dengan orang tua yang mengantarkan anak-anaknya menuju bukit doa.Ada beberapa yang masih ditemani orang tua namun beberapa juga sendirian dan berkumpul bersama teman satu sekolahnya.Seorang lelaki dengan tangan menggenggam gadis kecil yang memeluk boneka tersebut berniat mengejutkan temannya. Felicia yang mendengar suara kaki khas anak kecil pun menoleh ke belakang.Felicia sedikit tersenyum ketika melihat gadis kecil tersebut. Sudah dia perkirakan bahwa kemungkinan besar tebakannya benar."Kak Eli makasih bonekanya. Yaera suka. Boneka Yaera jadi banyak," ujar gadis kecil tersebut.Felicia berjongkok menyamakan tingginya dengan adik Satya. Felicia mengelus rambut dan pipi gembul tersebut, "Sama-sama semoga Yaera sering buat main ya.""Kata Bang Atya nggak boleh ditunjukin ke teman." Gadis tersebut memanyunkan bibirnya sembari melirik kesal sang abang.Felicia