Bagi Felicia dan Arkan hari ini terasa sangat lama. Berbeda dengan siswa-siswi lain yang tengah bersenda gurau karena merasa waktu begitu cepat.
"LECI," teriak pria yang tak asing di mata Felicia.
Ya dia adalah calon mamanya. Dirinya pikir pria tersebut hanya kelebihan mulut saja sehingga berusaha merayunya.
Felicia dan pria tersebut menjadi pusat perhatian saat ini. Dari kejauhan Arkan yang sengaja pulang sangat terlambat tersebut bertanya-tanya.
"Siapa Leci? Siapa yang memanggil dengan begitu keras? Hubungan apa? Leci? Bukankah itu Felicia?" batin Arkan mengingat perihal Leci dan sumber sehingga dia mengetahui.
Felicia yang malas memperpanjang waktu dan telah sangat rindu dengan kamarnya pun langsung memasuki mobil.
Tawarikh menarik nafas berusaha sabar. Dirinya berpikir mungkin setelah hari pernikahan bersama Tesalonika
Ruang makan keluarga Ananta terasa begitu kekeluargaan tanpa perdebatan apa pun. Walaupun lebih terasa bagai kuburan pindah karena keadaan yang hening.Tidak ada yang spesial selama sarapan kecuali saat di mobil Harnefer membuka pembicaraan. Harnefer tidak diperbolehkan sementara waktu untuk mengendarai sendirian.Dirinya selalu diantar menuju universitas bersama Tawarikh setelah Felicia turun. Oma Rizka mengatakan agar cucu-cucunya lebih mengenal dan dekat dengan Tawarikh."Selamat ya Tan. Tante mau menikah sama om Arikh," ungkap Harnefer ikut senang. Felicia hanya menatap jendela sembari mendengarkan musik dan membaca buku."Terima kasih, Harn. Jangan lupa datang ya nanti di pernikahan tante." pintar Tesalonika. Harnefer melirik gadis di sampingnya yang sangat fokus dengan dunianya."Feli juga ikut, Tan?" tanya Harnefer."Dia ujian, Harn. Tante harap kamu bersedia
Hunian keluarga Ananta terlihat sepi tanpa suara canda tawa orang tua. Hanya beberapa anggota keluarga yang memilih di rumah karena memiliki acara sekolah.Sang gadis tengah menyiapkan sarapan favoritnya. Saat tengah ingin meletakkan bahan-bahan dirinya terkejut. Hampir saja dirinya berteriak karena mengira orang asing ."Ngapain neng?" goda Harnefer yang merasa puas telah mengerjai sang adik."Abang." Gadis tersebut seketika menghembuskan nafas setelah sempat terkejut."Si komo gue bukan abang loe," geram Harnefer. Dirinya merasa gemas dengan mulut sang adik."Gue kira loe ikut mereka." Felicia mengangkat bahu lalu kembali melanjutkan persiapan sarapan."Gue ada acara kampus," ungkap Harnefer yang bingung antara ikut acara sang tante atau universita."Bi Arum mana?" tanya Felicia ketika menyadari kondisi rumah sangat sepi."Bi arum diajak oma tadi subuh buat pindah ke hotel bantu
Setelah 3 hari berturut-turut untuk acara pemakaman sang mama Felicia segera kembali ke sekolah. Seharusnya dia diizinkan untuk 7 hari tidak masuk sekolah.Dirinya tak ingin tenggelam dalam duka dan terbayang-bayang materi yang tertinggal maka segera berangkat. Dengan cukup adu mulut yang panjang akhirnya Felicia memutuskan untuk berangkat.Dirinya mungkin akan telat untuk menjenguk pusara sang mama dan papa. Seharusnya 4 hari lagi tetapi dirinya memutuskan untuk minggu depan pada hari Minggu.Seorang siswa menepuk bahu siswi yang merupakan teman sekelasnya. Tepukan tersebut tidak dirasa sehingga diputar paksa oleh cowok tersebut.Gadis tersebut seketika mendongak setelah dagu diangkat oleh temannya. Revan sedikit menunduk karena Felicia yang hanya sebahu dirinya."Anak-anak kemarin kumpulin dana turut bela sungkawa, " ujar Revan memberikan amplop ya
Setibanya di kediaman sang gadis terlihat seorang lelaki dengan kaos putih dan celana kain coklat menunggu gerbang tersebut terbuka. Felicia segera mengucapkan terimakasih serta memberikan bungkusan martabak tersebut.Satya menatap Felicia yang terlihat menarik sang abang dengan tergesa-gesa. " Padahal disidang abangnya juga gue sudah siap," batin Satya.Satya menatap bungkusan martabak tersebut dan menyadari bahwa seharusnya berkurang satu bungkus. Dirinya segera mengetuk pintu sembari berharap yang membukakan bi Arum atau Felicia.Felicia yang mendengar ketukan pintu pun segera bergegas. Satya melihat bahwa Felicia sedikit mengintip segera memberikan bungkusan tersebut."Terimakasih," ucap sang gadis sembari mengusap pipinya karena terkejut. Satya menganggukkan kepala lalu segera mengendarai motornya.*****Felicia tidak bisa menahan r
Waktu yang ditunggu-tunggu bagi kelas 9 pun tiba. Waktu di mana terakhir kalinya pergi ke bukit doa bagi kelas 9 tetapi pertama kali bagi kelas 7 dan 8.Sepulang sekolah Satya berjanji pada Felicia untuk menemani membeli persiapan besok siang.Sang gadis yang tengah menanti teman laki-lakinya pun dibuat gemas karena terlambat 15 menit. Dirinya tidak menunggu di ruang tamu karena terdapat oma Rizya yang tengah menelepon tantenyamenelepon.Dengan nafas tersengal-sengal Harnefer mengetuk pintu kamar Felicia. "Ci, Felicia Ananta," panggil Harnefer.Felicia bertanya-tanya dengan lelaki di hadapannya yang keadaan bagaikan selesai dikejar anjing."HP loe buka," pinta Harnefer. Felicia merogoh saku celananya untuk menuruti perintah lelaki di hadapannya."Loh!""Lah loh lah loh. Pegel tau nggak dari kamar opa ke kamar loe. Tuh anak orang udah di depan rumah. Gue telepon nggak diang---""Mohon maaf kita serumah buat apa telponan?" tanya
Dengan udara yang sangat dingin salah satu sekolah telah ramai dengan orang tua yang mengantarkan anak-anaknya menuju bukit doa.Ada beberapa yang masih ditemani orang tua namun beberapa juga sendirian dan berkumpul bersama teman satu sekolahnya.Seorang lelaki dengan tangan menggenggam gadis kecil yang memeluk boneka tersebut berniat mengejutkan temannya. Felicia yang mendengar suara kaki khas anak kecil pun menoleh ke belakang.Felicia sedikit tersenyum ketika melihat gadis kecil tersebut. Sudah dia perkirakan bahwa kemungkinan besar tebakannya benar."Kak Eli makasih bonekanya. Yaera suka. Boneka Yaera jadi banyak," ujar gadis kecil tersebut.Felicia berjongkok menyamakan tingginya dengan adik Satya. Felicia mengelus rambut dan pipi gembul tersebut, "Sama-sama semoga Yaera sering buat main ya.""Kata Bang Atya nggak boleh ditunjukin ke teman." Gadis tersebut memanyunkan bibirnya sembari melirik kesal sang abang.Felicia
2 hari setelah rekreasi ke bukit doa dan Gua Maria. Felicia,Leo,dan Satya terlihat bagaikan mayat hidup. Mereka memang diberi waktu istirahat satu hari pada minggu. Tetapi mereka harus belajar lagi untuk persiapan menuju SMA. Teman-teman mereka yang melihat keadaan ketiganya hanya menggelengkan kepala sembari mengusap dada. Felicia yang semula berpelukan kepada pohon agar tidak terjatuh seketika menoleh ke samping kanan karena merasa ada seseorang yang tak asing. Satya yang menyadari arah tatap Felicia pun berdiri dan memakaikan sesuatu yang dia simpan di jas almamater. "Cie lebih dari teman masa kecil nih," ejek Zacky. "Wah apakah ini pertanda menuju ke ehem?" goda Asif. "Ada yang hareudang nih kawan-kawan," imbuh Mark menoleh ke Reza dan arah tatapan Felicia. Felicia menatap tangannya yang tela
Jam yang dinanti kelas 9 pun akhirnya tiba. Sepulang sekolah Felicia segera menuju gerbang. Dirinya terkejut kala melihat mobil opa Adriel namun terdapat hamster raksasa.Harnefer terlalu pulas tidur hingga tak menyadari bahwa Felicia telah di sampingnya.Felicia menyentil telinga sang abang karena merasa gemas dan bertanya-tanya tumben sekali menjemput menggunakan mobil."Motor kenapa bang? Tumben bawa mobil opa biasanya aja ogah."Harnefer tak membalas pertanyaan sang adik. Dirinya meraba kursi belakang yang terdapat baju ganti Felicia."Nih ganti. Mau gue ajak jalan-jalan." Harnefer melemparkan paper bag yang berisi baju sang adik."Mobil buka dulu lah. Ya kali gue ganti dibalik pohon," ujar Felicia merasa gemas"Pergi ke toilet sekolah atuh neng." balas Harnefer tak kalah merasa gemas."Mager. Udah buruan buka terus Abang