Jam yang dinanti kelas 9 pun akhirnya tiba. Sepulang sekolah Felicia segera menuju gerbang. Dirinya terkejut kala melihat mobil opa Adriel namun terdapat hamster raksasa.
Harnefer terlalu pulas tidur hingga tak menyadari bahwa Felicia telah di sampingnya.
Felicia menyentil telinga sang abang karena merasa gemas dan bertanya-tanya tumben sekali menjemput menggunakan mobil.
"Motor kenapa bang? Tumben bawa mobil opa biasanya aja ogah."
Harnefer tak membalas pertanyaan sang adik. Dirinya meraba kursi belakang yang terdapat baju ganti Felicia.
"Nih ganti. Mau gue ajak jalan-jalan." Harnefer melemparkan paper bag yang berisi baju sang adik.
"Mobil buka dulu lah. Ya kali gue ganti dibalik pohon," ujar Felicia merasa gemas
"Pergi ke toilet sekolah atuh neng." balas Harnefer tak kalah merasa gemas.
"Mager. Udah buruan buka terus Abang
Malam minggu di kediaman keluarga Ananta terasa komplit karena tanpa Harnefer yang berkerja kelompok dan Felicia yang katekisasi. Walau anggota keluarga yang kembali berkurang mereka tetap berusaha ikhlas dan mengganggap kehilangan itu tak terjadi. "Opa, Oma. Harn dan Feli boleh minta izin buat begadang nonton film?" pinta Harnefer. "Memang kalian mau membolos kebaktian komisi remaja dan pemuda?" tanya Oma Rizya. "Kita akan ikut kebaktian umum waktu sore aja, Oma," balas Harnefer. "Ya udah, tapi kalian besok tidak boleh terlambat dan membolos kebaktian," tegur Opa Adriel. Setelah Oma dan opa masuk ke kamar sepasang kakak-adik tersebut akan menuju ke lantai 2. Saat mereka akan menaiki tangga tiba-tiba terdengar bunyi bel. "Fel, loe pesan makanan secara online?" Harnefer bertanya-tanya siapakah yang akan bertamu dijam semalam ini.
Waktu yang direncanakan beberapa bulan lalu pun telah tiba. Mereka seharusnya telah memulai perjalanan tapi dikarenakan salah satu gadis tak kunjung membuat penundaan."Si Feli mana dah?" tanya Asif berharap salah satu temannya mengetahui."Seharusnya sih sudah berangkat," balas Satya melihat sekitar apakah ada Felicia atau Harnefer.Harnefer dan Felicia sebenarnya baru saja tiba saat Asif bertanya. Felicia menempelkan dagunya ke kaca mobil Harnefer.Felicia tidak memberi tahu bahwa akan membawa mobil sendiri. Dirinya juga sengaja memakai mobil sang abang bukan opanya."Untung kaca mobil gue hitam semua jadi loe aman, cil bocil." Harnefer menghela nafas menanti keisengan sang adik berakhir.Harnefer diminta Felicia untuk mematikan HP tanpa penjelasan dari sang adik. Felicia melirik kesal sang kakak, "Gue bukan bocil!" teriak Felicia.Tema
Barbeque yang ditunggu-tunggu pun mulai persiapan. Felicia sengaja tidak memanggil teman-temannya perempuan untuk turun dan menyuruh cowok-cowok yang melakukan.Harnefer dan Kish bertugas menata piring dan gelas. Sedangkan Rafael dan Satya mempersiapkan makanan yang akan digunakan untuk bakar-bakaran.Arkan, Lutfi, Asif, dan Zacky tengah sibuk di dapur dengan minuman pendamping barbeque. Felicia sengaja mengkhususkan bagian pembuat minuman 4 orang karena takut apabila 2 orang saja akan siaga. Kebetulan Asif dan Zacky sering membantu ibunya untuk membuat aneka es.Felicia yang tidak menjaga keseimbangan seketika menimpa Reza yang menikmati pemandangan persiapan barbeque..Hazael berulang kali meminta maaf karena telah membuat Felicia jatuh dan Reza keberatan, " Maaf, Fel. Maaf banget gue nggak jaga keseimbangan. Gue minta maaf banget ya,"Hazael seketika berpamitan kepada Fe
Salah satu lelaki yang semalam tidur di ruang tamu kini telah terbangun sebelum matahari benar-benar terbit. Dia meraba sampingnya yang terasa tampak seseorang. "LECI," teriak Harnefer terkejut tak melihat sang adik. Kish yang semula masih berada di alam mimpi pun seketika terduduk merasa terkejut. Tak hanya Kish melainkan yang lain seketika keluar dari kamar masing-masing. "Napa sih, Harn?" tanya Kish yang masih dengan tatapan mengernyit. "Ada apa, Bang? Ganggu tau kagak loe," protes Satya. Reza dan Arkan yang memantau dari pintu kamar seketika tertuju pada kelima gadis. Mereka segera menyusul yang lain di ruang tamu. "Loh Feli?" celetuk Reza. Harnefer seketika merasa linglung. Dia bingung mencari keberadaan Felicia. Kapankah sang adik keluar? Mengapa tidak pamit atau mengajaknya? Bagaimana cara menjelaskan kepada orang rum
Seorang pria yang berhasil mendapatkan pulang lebih awal dari kantor pun langsung ke rumah. Seperti biasa dua jagoannya akan langsung menyambutnya. "Papa!" sapa Kish langsung berlari membantu papanya membawa tas. "Pa!" pekik Satya yang masih berusia 1 tahun. Seorang wanita mengambil alih Satya kecil yang hendak meminta pelukan papanya, "Pah, gimana adiknya Harn sudah lahir?" tanya mama Yizlia. "Sudah, Mah. Ayo kita siap-siap langsung ke sana." "Nggak lusa atau minggu depan aja, Pa? Papa pasti capek." Papa Yahziel yang tengah bersenda gurau dengan Kish pun hanya membalas dengan menggelengkan kepalanya. Mama Yizlia bergegas mendadani kedua jagoannya. Setelah semua telah siap mereka mampir terlebih dahulu ke toko perlengkapan bayi dan roti. Setibanya di rumah sakit keluarga kecil tersebut segera mencari r
Salah satu ruang kelas tampak sunyi tanpa suara sedikit pun. Pria berkepala plontos tersebut menggandeng sepasang murid baru di sisi kanan dan kiri.Siswa-siswi kelas 3 SD tersebut segera merapikan buku-buku tugasnya. Pria berkepala plontos yang tak lain wali kelas 3 tersebut mengedarkan pandangan menatap murid-muridnya."Baik anak-anak perkenalkan mereka ini adalah teman baru kalian. Bapak mohon kalian dapat berteman baik dan segera akrab," perintah sang wali kelas.Siswa-siswi yang merasa antusias kedatangan sepasang murid baru tersebut pun langsung berkenalan.Wali kelas 3 tersebut membulatkan matanya. Memang benar dia menyuruh untuk segera akrab tapi waktu yang dia maksud adalah saat jam istirahat."Anak-anak bapak mohon kembali ke tempat duduk masing-masing!""Tapi Pak Aziz bilang harus segera akrab," protes salah satu siswa.
Masa orientasi siswa-siswi pun akhirnya selesai. Siswa-siswi kelas 7 terlihat ramai dan bingung mencari kelasnya.Sepasang sahabat tampak tengah asyik berdebat dibalik keadaan ramainya siswa mencari kelas. Sang gadis yang ingin mencari kelas sendirian dan sahabatnya yang menemani."Ok, kalau loe ikut gue akan bolos." Felicia berharap agar ancamannya berhasil.Rafael menimbang-nimbang permintaan yang Felicia inginkan. Tiba-tiba otaknya terbesit sebuah ide agar tak ada penolakan, perdebatan, maupun pemberontakan Felicia.Felicia mencubit Rafael yang hanya bergeming saja tanpa balasan. Rafael seketika reflek melakukan idenya.Dia tak peduli akan tatapan teman-temannya ataupun gosip aneh yang akan muncul. Toh mereka memang selalu dikira hal tersebut.Felicia hanya memasang wajah datar sembari bersedekap dada. Rafael yang akhirnya menemukan nama sahabatnya p
Harnefer masih merasa linglung walaupun berulangkali Kish menyadarkannya. Dia tak membayangkan bagaimana reaksi Oma dan tantenya ketika mengetahui Felicia hilang.Dia sangat khawatir akan keadaan Felicia. Apakah penculik akan menghubungi orang rumah? Apakah Felicia bisa kembali? Apakah Felicia makan dengan benar?Siapakah penculiknya? Bagaimana cara penculik itu menculik adiknya? Mengapa harus adiknya? Jam berapa Felicia diculik? Mengapa adiknya tak bergegas masuk? Apakah penculiknya tak nampak atau pintar bersembunyi?Bel villa tampak dibunyikan terus menerus setiap detik. Harnefer segera berlari menuju ruang tamu. Dia berharap bahwa itu adalah sang adik."Le..." Lamunan Harnefer kembali berlanjut. Harapan bahwa itu adalah Feli seketika pudar. Tangan yang semula hendak memeluk seketika mengendur." Siapa loe? Mau ngapain loe ke sini? Cari siapa?" tanya Kish yang tak