Seorang pria yang berhasil mendapatkan pulang lebih awal dari kantor pun langsung ke rumah. Seperti biasa dua jagoannya akan langsung menyambutnya.
"Papa!" sapa Kish langsung berlari membantu papanya membawa tas.
"Pa!" pekik Satya yang masih berusia 1 tahun.
Seorang wanita mengambil alih Satya kecil yang hendak meminta pelukan papanya, "Pah, gimana adiknya Harn sudah lahir?" tanya mama Yizlia.
"Sudah, Mah. Ayo kita siap-siap langsung ke sana."
"Nggak lusa atau minggu depan aja, Pa? Papa pasti capek."
Papa Yahziel yang tengah bersenda gurau dengan Kish pun hanya membalas dengan menggelengkan kepalanya.
Mama Yizlia bergegas mendadani kedua jagoannya. Setelah semua telah siap mereka mampir terlebih dahulu ke toko perlengkapan bayi dan roti.
Setibanya di rumah sakit keluarga kecil tersebut segera mencari r
Salah satu ruang kelas tampak sunyi tanpa suara sedikit pun. Pria berkepala plontos tersebut menggandeng sepasang murid baru di sisi kanan dan kiri.Siswa-siswi kelas 3 SD tersebut segera merapikan buku-buku tugasnya. Pria berkepala plontos yang tak lain wali kelas 3 tersebut mengedarkan pandangan menatap murid-muridnya."Baik anak-anak perkenalkan mereka ini adalah teman baru kalian. Bapak mohon kalian dapat berteman baik dan segera akrab," perintah sang wali kelas.Siswa-siswi yang merasa antusias kedatangan sepasang murid baru tersebut pun langsung berkenalan.Wali kelas 3 tersebut membulatkan matanya. Memang benar dia menyuruh untuk segera akrab tapi waktu yang dia maksud adalah saat jam istirahat."Anak-anak bapak mohon kembali ke tempat duduk masing-masing!""Tapi Pak Aziz bilang harus segera akrab," protes salah satu siswa.
Masa orientasi siswa-siswi pun akhirnya selesai. Siswa-siswi kelas 7 terlihat ramai dan bingung mencari kelasnya.Sepasang sahabat tampak tengah asyik berdebat dibalik keadaan ramainya siswa mencari kelas. Sang gadis yang ingin mencari kelas sendirian dan sahabatnya yang menemani."Ok, kalau loe ikut gue akan bolos." Felicia berharap agar ancamannya berhasil.Rafael menimbang-nimbang permintaan yang Felicia inginkan. Tiba-tiba otaknya terbesit sebuah ide agar tak ada penolakan, perdebatan, maupun pemberontakan Felicia.Felicia mencubit Rafael yang hanya bergeming saja tanpa balasan. Rafael seketika reflek melakukan idenya.Dia tak peduli akan tatapan teman-temannya ataupun gosip aneh yang akan muncul. Toh mereka memang selalu dikira hal tersebut.Felicia hanya memasang wajah datar sembari bersedekap dada. Rafael yang akhirnya menemukan nama sahabatnya p
Harnefer masih merasa linglung walaupun berulangkali Kish menyadarkannya. Dia tak membayangkan bagaimana reaksi Oma dan tantenya ketika mengetahui Felicia hilang.Dia sangat khawatir akan keadaan Felicia. Apakah penculik akan menghubungi orang rumah? Apakah Felicia bisa kembali? Apakah Felicia makan dengan benar?Siapakah penculiknya? Bagaimana cara penculik itu menculik adiknya? Mengapa harus adiknya? Jam berapa Felicia diculik? Mengapa adiknya tak bergegas masuk? Apakah penculiknya tak nampak atau pintar bersembunyi?Bel villa tampak dibunyikan terus menerus setiap detik. Harnefer segera berlari menuju ruang tamu. Dia berharap bahwa itu adalah sang adik."Le..." Lamunan Harnefer kembali berlanjut. Harapan bahwa itu adalah Feli seketika pudar. Tangan yang semula hendak memeluk seketika mengendur." Siapa loe? Mau ngapain loe ke sini? Cari siapa?" tanya Kish yang tak
Berbeda dengan teman-temannya yang lain. Kini mereka berempat tengah mempersiapkan mental untuk mendengarkan penyidangan orang tua di rumah masing-masing.Reza yang semula merasa damai karena tak ada suara sang keponakan seketika pupus. Lampu ruang keluarga yang semula meredup seketika dinyalakan.Reza yang paham akan kode tersebut pun segera menuju ke ruang keluarga. Sang ayah dan bundanya tampak berpura-pura tak menyadari Reza.Reno seketika menegakkan badan ketika anaknya telah di hadapannya, "Jadi?""Ya gitu, Yah. Intinya waktu bangun tidur semua seketika kaget. Yang paling kaget kakaknya Felicia dan kakak Satya.""Kakak Felicia?" tanya seorang pria dari arah kamarnya.Reyhan kakak Reza seketika ikut nimbrung. Sebenarnya dia telah menahan diri untuk tidak bertanya selama perjalanan. Perjalanan hanya berlangsung sunyi senyap di mobil Harnefer, Kish,
Semilir angin kencang tampak tak membuat gadis tersebut beranjak dari balkon. Dia melewati makan malam untuk merenung.Apakah benar bahwa gadis yang saat ini menghilang adalah gadis yang baru saja menginap di rumahnya? Apakah keadaannya baik-baik saja?Andai tak ada acara liburan bersama pasti gadis tersebut tak hilang. Apakah dia dalam keadaan aman? Di manakah keberadaannya?Dia melangkah menuju meja belajarnya. Dia meraba laci mencari foto awal perkenalan mereka berempat.Ashima melangkahkan kakinya menghampiri meja Felicia. Felicia tengah menepis Reza pun seketika bergeming.Mengapa Ashima menghampirinya? Bukankah gadis tersebut hanya akan selalu meliriknya? Ashima mendorong paksa Reza agar tidak menghalanginya.Reza yang merasa siaga pun duduk di samping Ashima. Teman semeja Felicia hanya menyimak keadaan sembari berharap guru segera tiba.&n
Setibanya di rumah dia segera mengurung di kamar. Beruntungnya sang ibu, adik, dan ayahnya tengah pergi sehingga tak diberi pertanyaan. Dia hanya melamun terbayang kisah masa SMP-nya. Kainando Givenantara, lelaki yang dingin dan tergolong nekat. Sudah cukup dia diam-diam menyukai gadis tersebut setahun.Saat kenaikan kelas 9 dirinya memutuskan untuk mengikuti ekstrakurikuler yang sama dengan gadis kesukaannya.Selama kelas 7 dan 8 dia tak mengikuti ekstrakurikuler kecuali pramuka karena diwajibkan. Itu pun dia lebih sering absen daripada mengikuti ekstrakurikuler tersebut.Teman-temannya yang mengetahui bahwa dia menyukai sang adik kelas pun kompak mengikuti ekstrakurikuler kebersihan tersebut. Teman-temannya tak yakin bahwa temannya akan berjalan mulus.Ditambah mereka tidaklah searah. Salah satu teman Ando yang menjadi kakak kelas sedari TK Felicia pun telah mewanti-wanti bahwa Felicia tidaklah mudah. Berbeda dengan teman Ando yang menjadi kakak kelas Felicia, seorang lagi diam-di
Seorang gadis mengedipkan matanya berulang. Netranya tak dapat menatap dengan fokus. Ntah telah berapa hari dia di sini.Bahkan dia lupa apakah sempat berpindah tempat atau tidak. Semu-semu dia mendengar langkah kaki menuju tempatnya.Aroma ini dia merasa pernah mengenalnya tapi siapakah? Orang tersebut berjongkok dan mencengkeram kencang dagu Felicia."Hai cantik, sayang sekali kamu tak bisa melanjutkan liburanmu."Felicia mendengus mendengar penuturan tersebut, "Lepaskan!""Jangan terlalu dingin, Nona."Felicia membuang wajahnya agar tak menatap pelaku penyekapan dirinya. Orang tersebut tak menyerah walau Felicia tak menganggapnya. Dia berputar dan mendongakkan paksa Felicia. Bukan dengan tatapan sendu tetapi Felicia melotot merasa risih akan tangan tersebut."Telinga anda masih utuh bukan? Apakah pendengaran anda berfungsi dengan normal dan baik?" Orang yang menyekap Felicia tersebut tampak terkejut dengan penuturan Felicia. Dia tak mengira apabila gadis ini memiliki nyali yang
Reza merasa telah tak sabar untuk bertemu dengan Sonya. Ntah mengapa hari ini dia merasa waktu lama berlalu.Dia menolehkan kepala ke arah jam kala terlalu lama bermain dengan kedua keponakannya. Matanya seketika membulat kala melihat jam.Dia segera berlari ke kamarnya dan bergegas berpamitan, "Ayah, Bunda, Bang, Kak, Eza pamit ya."Bunda dari kembar sepasang tersebut segera menggantikan Reza bermain dengan anaknya. Sang abang dan ayahnya pun hanya memunculkan kepala dari lantai 2."Mau kemana loe bocil!""Gue denger Abang!""Buna-buna." Eka menepuk-nepuk pipi sang bunda meminta perhatian."Ya sayang?""IH OM, MASIH BOCIL KAYAK BANG KA DAN IKA," teriak Ika membuat semuanya kaget. Eka yang sebenarnya ingin menanyakan pun tertunda."Ok, nggak om Za beliin oleh-oleh nanti." Perkataan Reza berhasil membuat si kembar sepasang tersebut hendak menangis.Bunda Reza yang mendengar kehebohan di ruang keluarga pun segera masuk, setelah menyirami bunga."Mau kemana, Za?" tanya Bunda Reza."Kumpu