Waktu yang direncanakan beberapa bulan lalu pun telah tiba. Mereka seharusnya telah memulai perjalanan tapi dikarenakan salah satu gadis tak kunjung membuat penundaan.
"Si Feli mana dah?" tanya Asif berharap salah satu temannya mengetahui.
"Seharusnya sih sudah berangkat," balas Satya melihat sekitar apakah ada Felicia atau Harnefer.
Harnefer dan Felicia sebenarnya baru saja tiba saat Asif bertanya. Felicia menempelkan dagunya ke kaca mobil Harnefer.
Felicia tidak memberi tahu bahwa akan membawa mobil sendiri. Dirinya juga sengaja memakai mobil sang abang bukan opanya.
"Untung kaca mobil gue hitam semua jadi loe aman, cil bocil." Harnefer menghela nafas menanti keisengan sang adik berakhir.
Harnefer diminta Felicia untuk mematikan HP tanpa penjelasan dari sang adik. Felicia melirik kesal sang kakak, "Gue bukan bocil!" teriak Felicia.
Tema
Barbeque yang ditunggu-tunggu pun mulai persiapan. Felicia sengaja tidak memanggil teman-temannya perempuan untuk turun dan menyuruh cowok-cowok yang melakukan.Harnefer dan Kish bertugas menata piring dan gelas. Sedangkan Rafael dan Satya mempersiapkan makanan yang akan digunakan untuk bakar-bakaran.Arkan, Lutfi, Asif, dan Zacky tengah sibuk di dapur dengan minuman pendamping barbeque. Felicia sengaja mengkhususkan bagian pembuat minuman 4 orang karena takut apabila 2 orang saja akan siaga. Kebetulan Asif dan Zacky sering membantu ibunya untuk membuat aneka es.Felicia yang tidak menjaga keseimbangan seketika menimpa Reza yang menikmati pemandangan persiapan barbeque..Hazael berulang kali meminta maaf karena telah membuat Felicia jatuh dan Reza keberatan, " Maaf, Fel. Maaf banget gue nggak jaga keseimbangan. Gue minta maaf banget ya,"Hazael seketika berpamitan kepada Fe
Salah satu lelaki yang semalam tidur di ruang tamu kini telah terbangun sebelum matahari benar-benar terbit. Dia meraba sampingnya yang terasa tampak seseorang. "LECI," teriak Harnefer terkejut tak melihat sang adik. Kish yang semula masih berada di alam mimpi pun seketika terduduk merasa terkejut. Tak hanya Kish melainkan yang lain seketika keluar dari kamar masing-masing. "Napa sih, Harn?" tanya Kish yang masih dengan tatapan mengernyit. "Ada apa, Bang? Ganggu tau kagak loe," protes Satya. Reza dan Arkan yang memantau dari pintu kamar seketika tertuju pada kelima gadis. Mereka segera menyusul yang lain di ruang tamu. "Loh Feli?" celetuk Reza. Harnefer seketika merasa linglung. Dia bingung mencari keberadaan Felicia. Kapankah sang adik keluar? Mengapa tidak pamit atau mengajaknya? Bagaimana cara menjelaskan kepada orang rum
Seorang pria yang berhasil mendapatkan pulang lebih awal dari kantor pun langsung ke rumah. Seperti biasa dua jagoannya akan langsung menyambutnya. "Papa!" sapa Kish langsung berlari membantu papanya membawa tas. "Pa!" pekik Satya yang masih berusia 1 tahun. Seorang wanita mengambil alih Satya kecil yang hendak meminta pelukan papanya, "Pah, gimana adiknya Harn sudah lahir?" tanya mama Yizlia. "Sudah, Mah. Ayo kita siap-siap langsung ke sana." "Nggak lusa atau minggu depan aja, Pa? Papa pasti capek." Papa Yahziel yang tengah bersenda gurau dengan Kish pun hanya membalas dengan menggelengkan kepalanya. Mama Yizlia bergegas mendadani kedua jagoannya. Setelah semua telah siap mereka mampir terlebih dahulu ke toko perlengkapan bayi dan roti. Setibanya di rumah sakit keluarga kecil tersebut segera mencari r
Salah satu ruang kelas tampak sunyi tanpa suara sedikit pun. Pria berkepala plontos tersebut menggandeng sepasang murid baru di sisi kanan dan kiri.Siswa-siswi kelas 3 SD tersebut segera merapikan buku-buku tugasnya. Pria berkepala plontos yang tak lain wali kelas 3 tersebut mengedarkan pandangan menatap murid-muridnya."Baik anak-anak perkenalkan mereka ini adalah teman baru kalian. Bapak mohon kalian dapat berteman baik dan segera akrab," perintah sang wali kelas.Siswa-siswi yang merasa antusias kedatangan sepasang murid baru tersebut pun langsung berkenalan.Wali kelas 3 tersebut membulatkan matanya. Memang benar dia menyuruh untuk segera akrab tapi waktu yang dia maksud adalah saat jam istirahat."Anak-anak bapak mohon kembali ke tempat duduk masing-masing!""Tapi Pak Aziz bilang harus segera akrab," protes salah satu siswa.
Masa orientasi siswa-siswi pun akhirnya selesai. Siswa-siswi kelas 7 terlihat ramai dan bingung mencari kelasnya.Sepasang sahabat tampak tengah asyik berdebat dibalik keadaan ramainya siswa mencari kelas. Sang gadis yang ingin mencari kelas sendirian dan sahabatnya yang menemani."Ok, kalau loe ikut gue akan bolos." Felicia berharap agar ancamannya berhasil.Rafael menimbang-nimbang permintaan yang Felicia inginkan. Tiba-tiba otaknya terbesit sebuah ide agar tak ada penolakan, perdebatan, maupun pemberontakan Felicia.Felicia mencubit Rafael yang hanya bergeming saja tanpa balasan. Rafael seketika reflek melakukan idenya.Dia tak peduli akan tatapan teman-temannya ataupun gosip aneh yang akan muncul. Toh mereka memang selalu dikira hal tersebut.Felicia hanya memasang wajah datar sembari bersedekap dada. Rafael yang akhirnya menemukan nama sahabatnya p
Harnefer masih merasa linglung walaupun berulangkali Kish menyadarkannya. Dia tak membayangkan bagaimana reaksi Oma dan tantenya ketika mengetahui Felicia hilang.Dia sangat khawatir akan keadaan Felicia. Apakah penculik akan menghubungi orang rumah? Apakah Felicia bisa kembali? Apakah Felicia makan dengan benar?Siapakah penculiknya? Bagaimana cara penculik itu menculik adiknya? Mengapa harus adiknya? Jam berapa Felicia diculik? Mengapa adiknya tak bergegas masuk? Apakah penculiknya tak nampak atau pintar bersembunyi?Bel villa tampak dibunyikan terus menerus setiap detik. Harnefer segera berlari menuju ruang tamu. Dia berharap bahwa itu adalah sang adik."Le..." Lamunan Harnefer kembali berlanjut. Harapan bahwa itu adalah Feli seketika pudar. Tangan yang semula hendak memeluk seketika mengendur." Siapa loe? Mau ngapain loe ke sini? Cari siapa?" tanya Kish yang tak
Berbeda dengan teman-temannya yang lain. Kini mereka berempat tengah mempersiapkan mental untuk mendengarkan penyidangan orang tua di rumah masing-masing.Reza yang semula merasa damai karena tak ada suara sang keponakan seketika pupus. Lampu ruang keluarga yang semula meredup seketika dinyalakan.Reza yang paham akan kode tersebut pun segera menuju ke ruang keluarga. Sang ayah dan bundanya tampak berpura-pura tak menyadari Reza.Reno seketika menegakkan badan ketika anaknya telah di hadapannya, "Jadi?""Ya gitu, Yah. Intinya waktu bangun tidur semua seketika kaget. Yang paling kaget kakaknya Felicia dan kakak Satya.""Kakak Felicia?" tanya seorang pria dari arah kamarnya.Reyhan kakak Reza seketika ikut nimbrung. Sebenarnya dia telah menahan diri untuk tidak bertanya selama perjalanan. Perjalanan hanya berlangsung sunyi senyap di mobil Harnefer, Kish,
Semilir angin kencang tampak tak membuat gadis tersebut beranjak dari balkon. Dia melewati makan malam untuk merenung.Apakah benar bahwa gadis yang saat ini menghilang adalah gadis yang baru saja menginap di rumahnya? Apakah keadaannya baik-baik saja?Andai tak ada acara liburan bersama pasti gadis tersebut tak hilang. Apakah dia dalam keadaan aman? Di manakah keberadaannya?Dia melangkah menuju meja belajarnya. Dia meraba laci mencari foto awal perkenalan mereka berempat.Ashima melangkahkan kakinya menghampiri meja Felicia. Felicia tengah menepis Reza pun seketika bergeming.Mengapa Ashima menghampirinya? Bukankah gadis tersebut hanya akan selalu meliriknya? Ashima mendorong paksa Reza agar tidak menghalanginya.Reza yang merasa siaga pun duduk di samping Ashima. Teman semeja Felicia hanya menyimak keadaan sembari berharap guru segera tiba.&n
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Aneka bazar dari masing-masing kelas SMA Negeri 2 Angkasa berbeda-beda. Ada yang menjual makanan atau minuman, namun beberapa juga menjual aksesoris.Bazar diselenggarakan di lapangan utama, dengan di tengahnya terdapat panggung. Sekolah lain tidak diizinkan untuk memasuki, karena dikhawatirkan hal yang menakutkan."Fel, lo yang nata atau nyuci jamur nih?"Felicia yang baru saja tiba di tenda bagian kelas sepuluh IPS satu, seketika menghentikan langkahnya. Dia bahkan baru tiba setelah merapikan barang-barang di kelas.Izora yang telah menggenggam ember baskom berisikan jamur pun mewakili jawaban Felicia."Kesel Fel?""Nggak kok cuma pengen pukul dikit tapi yang keras."Izora menggelengkan kepala heran, sebenarnya teman-teman kelasnya adalah macam-macam orang dengan sifat hampir sama rata."Ayo keburu Falisha jadi korban berikutnya," celetuk Felicia yang lebih dulu selesai mencuci jamur. Izora menolehkan kepala, sejak kapan Felicia selesai lebih dahulu? Dirinya bergegas menyisihkan ai
Felicia menatap ragu handphone-nya, dia ingin melakukan sesuatu namun rasa ragu juga terselip. Dia ingin menghubungi Arkan, guna menanyakan perihal, kejadian kala dirinya ulang tahun yang sebatas ingatan semu-semu."Jangan ngelamun," tegur Kainando kala jalan melewati Felicia.Felicia membelalakkan mata, mengernyit, lalu membuang pandangan merasa kesal. Kainando tertawa gemas, reaksi sama yang dahulu sering dia lihat namun tidak untuk semua orang."Kalau mau balas komunikasi jangan malu-malu kali, Ci."Felicia menoleh kebelakang memastikan siapa yang menegur, setelah mengetahui siapa pelaku pemilik suara dia justru menatap datar Satya."Kenapa lo? Lo pikir gue setan?" "Mirip," balas Felicia seringan angin. Satya membuka mulut lebar seakan hendak mengunyah Felicia. Felicia tak memedulikan Satya, dengan memilih bermain sosial media sedikit memastikan Arkan.Felicia tersenyum kecil kala jawaban yang dicari tak perlu berlama-lama. Tiga puluh menit yang lalu Arkan bersama siswi teman se
Felicia meregangkan tubuh yang terasa pegal dan nyeri. Tak hanya sebatas itu saja, melainkan rasa menggigil juga tak kalah. Felicia meraba-raba samping, dia mengernyit kala hanya merasakan tekstur keras. Felicia seketika terbelalak dan terduduk.Dia meringis merasakan nyeri di pahanya. Felicia bergegas menuju ke cermin guna memastikan. Selama menatap cermin Felicia berusaha mengingat-ingat. Ntah dirinya yang pelupa atau bagaimana ingatan terakhir hanya hingga kejutan ulang tahunnya."Non, apakah sudah bangun?"Ntah mengapa kakinya langsung menyuruh ke kamar mandi. Felicia berteriak memberikan jawaban dari dalam."Masuklah Bi!"Bi Arum menekan kenop pintu Felicia perlahan, Bi Arum mengernyit kala jendela kamar tak terkunci. Bi Arum beberapa kali menatap jendela dan pintu kamar mandi bergantian. Dia menggelengkan kepala, tidak-tidak pasti Felicia hanya kelupaan mengunci saja."Non, baju sudah saya siapkan. Apabila sudah Non jangan lupa langsung turun karena ditunggu Den Harn."Felicia
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar