Keesokan paginya di keluarga Anta nampak damai tanpa tom and jerry dari kakak beradik yang Arkan dan Ayra. Orang tua mereka saling berpandangan bertanya-tanya mengapakah Arkan sunyi senyap.
Ayra yang biasanya menjadi korban mood dirusak oleh kakaknya pun hanya diam saja. Dia menebak mungkin kakaknya memiliki masalah dengan temannya atau gadis saat jogging.
"Tumben sekali kamu diam, Ka. Ada masalah? Gigi kamu sakit? Atau perut yang sakit?" tanya umi Khaliza.
"Masalah cewek jogging, Bang?" ujar Ayra ikut bertanya-tanya karena tumben sekali abangnya sunyi.
"Oh ya kamu tau, Ka kenapa tadi malam rumah Felicia terlihat ramai?" kata abi Dalwyn setelah mengingat apa yang ingin dia katakan.
"Feli nggak bilang apa pun, Bi. Arkan juga nggak sakit kok, Mi. Adek abang kemasukan apa ? Tumben banget perhatian," balas Arkan sembari menopang kepala menatap Ayra. 
Bagi Felicia dan Arkan hari ini terasa sangat lama. Berbeda dengan siswa-siswi lain yang tengah bersenda gurau karena merasa waktu begitu cepat."LECI," teriak pria yang tak asing di mata Felicia.Ya dia adalah calon mamanya. Dirinya pikir pria tersebut hanya kelebihan mulut saja sehingga berusaha merayunya.Felicia dan pria tersebut menjadi pusat perhatian saat ini. Dari kejauhan Arkan yang sengaja pulang sangat terlambat tersebut bertanya-tanya."Siapa Leci? Siapa yang memanggil dengan begitu keras? Hubungan apa? Leci? Bukankah itu Felicia?" batin Arkan mengingat perihal Leci dan sumber sehingga dia mengetahui.Felicia yang malas memperpanjang waktu dan telah sangat rindu dengan kamarnya pun langsung memasuki mobil.Tawarikh menarik nafas berusaha sabar. Dirinya berpikir mungkin setelah hari pernikahan bersama Tesalonika
Ruang makan keluarga Ananta terasa begitu kekeluargaan tanpa perdebatan apa pun. Walaupun lebih terasa bagai kuburan pindah karena keadaan yang hening.Tidak ada yang spesial selama sarapan kecuali saat di mobil Harnefer membuka pembicaraan. Harnefer tidak diperbolehkan sementara waktu untuk mengendarai sendirian.Dirinya selalu diantar menuju universitas bersama Tawarikh setelah Felicia turun. Oma Rizka mengatakan agar cucu-cucunya lebih mengenal dan dekat dengan Tawarikh."Selamat ya Tan. Tante mau menikah sama om Arikh," ungkap Harnefer ikut senang. Felicia hanya menatap jendela sembari mendengarkan musik dan membaca buku."Terima kasih, Harn. Jangan lupa datang ya nanti di pernikahan tante." pintar Tesalonika. Harnefer melirik gadis di sampingnya yang sangat fokus dengan dunianya."Feli juga ikut, Tan?" tanya Harnefer."Dia ujian, Harn. Tante harap kamu bersedia
Hunian keluarga Ananta terlihat sepi tanpa suara canda tawa orang tua. Hanya beberapa anggota keluarga yang memilih di rumah karena memiliki acara sekolah.Sang gadis tengah menyiapkan sarapan favoritnya. Saat tengah ingin meletakkan bahan-bahan dirinya terkejut. Hampir saja dirinya berteriak karena mengira orang asing ."Ngapain neng?" goda Harnefer yang merasa puas telah mengerjai sang adik."Abang." Gadis tersebut seketika menghembuskan nafas setelah sempat terkejut."Si komo gue bukan abang loe," geram Harnefer. Dirinya merasa gemas dengan mulut sang adik."Gue kira loe ikut mereka." Felicia mengangkat bahu lalu kembali melanjutkan persiapan sarapan."Gue ada acara kampus," ungkap Harnefer yang bingung antara ikut acara sang tante atau universita."Bi Arum mana?" tanya Felicia ketika menyadari kondisi rumah sangat sepi."Bi arum diajak oma tadi subuh buat pindah ke hotel bantu
Setelah 3 hari berturut-turut untuk acara pemakaman sang mama Felicia segera kembali ke sekolah. Seharusnya dia diizinkan untuk 7 hari tidak masuk sekolah.Dirinya tak ingin tenggelam dalam duka dan terbayang-bayang materi yang tertinggal maka segera berangkat. Dengan cukup adu mulut yang panjang akhirnya Felicia memutuskan untuk berangkat.Dirinya mungkin akan telat untuk menjenguk pusara sang mama dan papa. Seharusnya 4 hari lagi tetapi dirinya memutuskan untuk minggu depan pada hari Minggu.Seorang siswa menepuk bahu siswi yang merupakan teman sekelasnya. Tepukan tersebut tidak dirasa sehingga diputar paksa oleh cowok tersebut.Gadis tersebut seketika mendongak setelah dagu diangkat oleh temannya. Revan sedikit menunduk karena Felicia yang hanya sebahu dirinya."Anak-anak kemarin kumpulin dana turut bela sungkawa, " ujar Revan memberikan amplop ya
Setibanya di kediaman sang gadis terlihat seorang lelaki dengan kaos putih dan celana kain coklat menunggu gerbang tersebut terbuka. Felicia segera mengucapkan terimakasih serta memberikan bungkusan martabak tersebut.Satya menatap Felicia yang terlihat menarik sang abang dengan tergesa-gesa. " Padahal disidang abangnya juga gue sudah siap," batin Satya.Satya menatap bungkusan martabak tersebut dan menyadari bahwa seharusnya berkurang satu bungkus. Dirinya segera mengetuk pintu sembari berharap yang membukakan bi Arum atau Felicia.Felicia yang mendengar ketukan pintu pun segera bergegas. Satya melihat bahwa Felicia sedikit mengintip segera memberikan bungkusan tersebut."Terimakasih," ucap sang gadis sembari mengusap pipinya karena terkejut. Satya menganggukkan kepala lalu segera mengendarai motornya.*****Felicia tidak bisa menahan r
Waktu yang ditunggu-tunggu bagi kelas 9 pun tiba. Waktu di mana terakhir kalinya pergi ke bukit doa bagi kelas 9 tetapi pertama kali bagi kelas 7 dan 8.Sepulang sekolah Satya berjanji pada Felicia untuk menemani membeli persiapan besok siang.Sang gadis yang tengah menanti teman laki-lakinya pun dibuat gemas karena terlambat 15 menit. Dirinya tidak menunggu di ruang tamu karena terdapat oma Rizya yang tengah menelepon tantenyamenelepon.Dengan nafas tersengal-sengal Harnefer mengetuk pintu kamar Felicia. "Ci, Felicia Ananta," panggil Harnefer.Felicia bertanya-tanya dengan lelaki di hadapannya yang keadaan bagaikan selesai dikejar anjing."HP loe buka," pinta Harnefer. Felicia merogoh saku celananya untuk menuruti perintah lelaki di hadapannya."Loh!""Lah loh lah loh. Pegel tau nggak dari kamar opa ke kamar loe. Tuh anak orang udah di depan rumah. Gue telepon nggak diang---""Mohon maaf kita serumah buat apa telponan?" tanya
Dengan udara yang sangat dingin salah satu sekolah telah ramai dengan orang tua yang mengantarkan anak-anaknya menuju bukit doa.Ada beberapa yang masih ditemani orang tua namun beberapa juga sendirian dan berkumpul bersama teman satu sekolahnya.Seorang lelaki dengan tangan menggenggam gadis kecil yang memeluk boneka tersebut berniat mengejutkan temannya. Felicia yang mendengar suara kaki khas anak kecil pun menoleh ke belakang.Felicia sedikit tersenyum ketika melihat gadis kecil tersebut. Sudah dia perkirakan bahwa kemungkinan besar tebakannya benar."Kak Eli makasih bonekanya. Yaera suka. Boneka Yaera jadi banyak," ujar gadis kecil tersebut.Felicia berjongkok menyamakan tingginya dengan adik Satya. Felicia mengelus rambut dan pipi gembul tersebut, "Sama-sama semoga Yaera sering buat main ya.""Kata Bang Atya nggak boleh ditunjukin ke teman." Gadis tersebut memanyunkan bibirnya sembari melirik kesal sang abang.Felicia
2 hari setelah rekreasi ke bukit doa dan Gua Maria. Felicia,Leo,dan Satya terlihat bagaikan mayat hidup. Mereka memang diberi waktu istirahat satu hari pada minggu. Tetapi mereka harus belajar lagi untuk persiapan menuju SMA. Teman-teman mereka yang melihat keadaan ketiganya hanya menggelengkan kepala sembari mengusap dada. Felicia yang semula berpelukan kepada pohon agar tidak terjatuh seketika menoleh ke samping kanan karena merasa ada seseorang yang tak asing. Satya yang menyadari arah tatap Felicia pun berdiri dan memakaikan sesuatu yang dia simpan di jas almamater. "Cie lebih dari teman masa kecil nih," ejek Zacky. "Wah apakah ini pertanda menuju ke ehem?" goda Asif. "Ada yang hareudang nih kawan-kawan," imbuh Mark menoleh ke Reza dan arah tatapan Felicia. Felicia menatap tangannya yang tela
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Aneka bazar dari masing-masing kelas SMA Negeri 2 Angkasa berbeda-beda. Ada yang menjual makanan atau minuman, namun beberapa juga menjual aksesoris.Bazar diselenggarakan di lapangan utama, dengan di tengahnya terdapat panggung. Sekolah lain tidak diizinkan untuk memasuki, karena dikhawatirkan hal yang menakutkan."Fel, lo yang nata atau nyuci jamur nih?"Felicia yang baru saja tiba di tenda bagian kelas sepuluh IPS satu, seketika menghentikan langkahnya. Dia bahkan baru tiba setelah merapikan barang-barang di kelas.Izora yang telah menggenggam ember baskom berisikan jamur pun mewakili jawaban Felicia."Kesel Fel?""Nggak kok cuma pengen pukul dikit tapi yang keras."Izora menggelengkan kepala heran, sebenarnya teman-teman kelasnya adalah macam-macam orang dengan sifat hampir sama rata."Ayo keburu Falisha jadi korban berikutnya," celetuk Felicia yang lebih dulu selesai mencuci jamur. Izora menolehkan kepala, sejak kapan Felicia selesai lebih dahulu? Dirinya bergegas menyisihkan ai
Felicia menatap ragu handphone-nya, dia ingin melakukan sesuatu namun rasa ragu juga terselip. Dia ingin menghubungi Arkan, guna menanyakan perihal, kejadian kala dirinya ulang tahun yang sebatas ingatan semu-semu."Jangan ngelamun," tegur Kainando kala jalan melewati Felicia.Felicia membelalakkan mata, mengernyit, lalu membuang pandangan merasa kesal. Kainando tertawa gemas, reaksi sama yang dahulu sering dia lihat namun tidak untuk semua orang."Kalau mau balas komunikasi jangan malu-malu kali, Ci."Felicia menoleh kebelakang memastikan siapa yang menegur, setelah mengetahui siapa pelaku pemilik suara dia justru menatap datar Satya."Kenapa lo? Lo pikir gue setan?" "Mirip," balas Felicia seringan angin. Satya membuka mulut lebar seakan hendak mengunyah Felicia. Felicia tak memedulikan Satya, dengan memilih bermain sosial media sedikit memastikan Arkan.Felicia tersenyum kecil kala jawaban yang dicari tak perlu berlama-lama. Tiga puluh menit yang lalu Arkan bersama siswi teman se
Felicia meregangkan tubuh yang terasa pegal dan nyeri. Tak hanya sebatas itu saja, melainkan rasa menggigil juga tak kalah. Felicia meraba-raba samping, dia mengernyit kala hanya merasakan tekstur keras. Felicia seketika terbelalak dan terduduk.Dia meringis merasakan nyeri di pahanya. Felicia bergegas menuju ke cermin guna memastikan. Selama menatap cermin Felicia berusaha mengingat-ingat. Ntah dirinya yang pelupa atau bagaimana ingatan terakhir hanya hingga kejutan ulang tahunnya."Non, apakah sudah bangun?"Ntah mengapa kakinya langsung menyuruh ke kamar mandi. Felicia berteriak memberikan jawaban dari dalam."Masuklah Bi!"Bi Arum menekan kenop pintu Felicia perlahan, Bi Arum mengernyit kala jendela kamar tak terkunci. Bi Arum beberapa kali menatap jendela dan pintu kamar mandi bergantian. Dia menggelengkan kepala, tidak-tidak pasti Felicia hanya kelupaan mengunci saja."Non, baju sudah saya siapkan. Apabila sudah Non jangan lupa langsung turun karena ditunggu Den Harn."Felicia
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar