Setibanya di kediaman sang gadis terlihat seorang lelaki dengan kaos putih dan celana kain coklat menunggu gerbang tersebut terbuka. Felicia segera mengucapkan terimakasih serta memberikan bungkusan martabak tersebut.
Satya menatap Felicia yang terlihat menarik sang abang dengan tergesa-gesa. " Padahal disidang abangnya juga gue sudah siap," batin Satya.
Satya menatap bungkusan martabak tersebut dan menyadari bahwa seharusnya berkurang satu bungkus. Dirinya segera mengetuk pintu sembari berharap yang membukakan bi Arum atau Felicia.
Felicia yang mendengar ketukan pintu pun segera bergegas. Satya melihat bahwa Felicia sedikit mengintip segera memberikan bungkusan tersebut.
"Terimakasih," ucap sang gadis sembari mengusap pipinya karena terkejut. Satya menganggukkan kepala lalu segera mengendarai motornya.
*****
Felicia tidak bisa menahan r
Waktu yang ditunggu-tunggu bagi kelas 9 pun tiba. Waktu di mana terakhir kalinya pergi ke bukit doa bagi kelas 9 tetapi pertama kali bagi kelas 7 dan 8.Sepulang sekolah Satya berjanji pada Felicia untuk menemani membeli persiapan besok siang.Sang gadis yang tengah menanti teman laki-lakinya pun dibuat gemas karena terlambat 15 menit. Dirinya tidak menunggu di ruang tamu karena terdapat oma Rizya yang tengah menelepon tantenyamenelepon.Dengan nafas tersengal-sengal Harnefer mengetuk pintu kamar Felicia. "Ci, Felicia Ananta," panggil Harnefer.Felicia bertanya-tanya dengan lelaki di hadapannya yang keadaan bagaikan selesai dikejar anjing."HP loe buka," pinta Harnefer. Felicia merogoh saku celananya untuk menuruti perintah lelaki di hadapannya."Loh!""Lah loh lah loh. Pegel tau nggak dari kamar opa ke kamar loe. Tuh anak orang udah di depan rumah. Gue telepon nggak diang---""Mohon maaf kita serumah buat apa telponan?" tanya
Dengan udara yang sangat dingin salah satu sekolah telah ramai dengan orang tua yang mengantarkan anak-anaknya menuju bukit doa.Ada beberapa yang masih ditemani orang tua namun beberapa juga sendirian dan berkumpul bersama teman satu sekolahnya.Seorang lelaki dengan tangan menggenggam gadis kecil yang memeluk boneka tersebut berniat mengejutkan temannya. Felicia yang mendengar suara kaki khas anak kecil pun menoleh ke belakang.Felicia sedikit tersenyum ketika melihat gadis kecil tersebut. Sudah dia perkirakan bahwa kemungkinan besar tebakannya benar."Kak Eli makasih bonekanya. Yaera suka. Boneka Yaera jadi banyak," ujar gadis kecil tersebut.Felicia berjongkok menyamakan tingginya dengan adik Satya. Felicia mengelus rambut dan pipi gembul tersebut, "Sama-sama semoga Yaera sering buat main ya.""Kata Bang Atya nggak boleh ditunjukin ke teman." Gadis tersebut memanyunkan bibirnya sembari melirik kesal sang abang.Felicia
2 hari setelah rekreasi ke bukit doa dan Gua Maria. Felicia,Leo,dan Satya terlihat bagaikan mayat hidup. Mereka memang diberi waktu istirahat satu hari pada minggu. Tetapi mereka harus belajar lagi untuk persiapan menuju SMA. Teman-teman mereka yang melihat keadaan ketiganya hanya menggelengkan kepala sembari mengusap dada. Felicia yang semula berpelukan kepada pohon agar tidak terjatuh seketika menoleh ke samping kanan karena merasa ada seseorang yang tak asing. Satya yang menyadari arah tatap Felicia pun berdiri dan memakaikan sesuatu yang dia simpan di jas almamater. "Cie lebih dari teman masa kecil nih," ejek Zacky. "Wah apakah ini pertanda menuju ke ehem?" goda Asif. "Ada yang hareudang nih kawan-kawan," imbuh Mark menoleh ke Reza dan arah tatapan Felicia. Felicia menatap tangannya yang tela
Jam yang dinanti kelas 9 pun akhirnya tiba. Sepulang sekolah Felicia segera menuju gerbang. Dirinya terkejut kala melihat mobil opa Adriel namun terdapat hamster raksasa.Harnefer terlalu pulas tidur hingga tak menyadari bahwa Felicia telah di sampingnya.Felicia menyentil telinga sang abang karena merasa gemas dan bertanya-tanya tumben sekali menjemput menggunakan mobil."Motor kenapa bang? Tumben bawa mobil opa biasanya aja ogah."Harnefer tak membalas pertanyaan sang adik. Dirinya meraba kursi belakang yang terdapat baju ganti Felicia."Nih ganti. Mau gue ajak jalan-jalan." Harnefer melemparkan paper bag yang berisi baju sang adik."Mobil buka dulu lah. Ya kali gue ganti dibalik pohon," ujar Felicia merasa gemas"Pergi ke toilet sekolah atuh neng." balas Harnefer tak kalah merasa gemas."Mager. Udah buruan buka terus Abang
Malam minggu di kediaman keluarga Ananta terasa komplit karena tanpa Harnefer yang berkerja kelompok dan Felicia yang katekisasi. Walau anggota keluarga yang kembali berkurang mereka tetap berusaha ikhlas dan mengganggap kehilangan itu tak terjadi. "Opa, Oma. Harn dan Feli boleh minta izin buat begadang nonton film?" pinta Harnefer. "Memang kalian mau membolos kebaktian komisi remaja dan pemuda?" tanya Oma Rizya. "Kita akan ikut kebaktian umum waktu sore aja, Oma," balas Harnefer. "Ya udah, tapi kalian besok tidak boleh terlambat dan membolos kebaktian," tegur Opa Adriel. Setelah Oma dan opa masuk ke kamar sepasang kakak-adik tersebut akan menuju ke lantai 2. Saat mereka akan menaiki tangga tiba-tiba terdengar bunyi bel. "Fel, loe pesan makanan secara online?" Harnefer bertanya-tanya siapakah yang akan bertamu dijam semalam ini.
Waktu yang direncanakan beberapa bulan lalu pun telah tiba. Mereka seharusnya telah memulai perjalanan tapi dikarenakan salah satu gadis tak kunjung membuat penundaan."Si Feli mana dah?" tanya Asif berharap salah satu temannya mengetahui."Seharusnya sih sudah berangkat," balas Satya melihat sekitar apakah ada Felicia atau Harnefer.Harnefer dan Felicia sebenarnya baru saja tiba saat Asif bertanya. Felicia menempelkan dagunya ke kaca mobil Harnefer.Felicia tidak memberi tahu bahwa akan membawa mobil sendiri. Dirinya juga sengaja memakai mobil sang abang bukan opanya."Untung kaca mobil gue hitam semua jadi loe aman, cil bocil." Harnefer menghela nafas menanti keisengan sang adik berakhir.Harnefer diminta Felicia untuk mematikan HP tanpa penjelasan dari sang adik. Felicia melirik kesal sang kakak, "Gue bukan bocil!" teriak Felicia.Tema
Barbeque yang ditunggu-tunggu pun mulai persiapan. Felicia sengaja tidak memanggil teman-temannya perempuan untuk turun dan menyuruh cowok-cowok yang melakukan.Harnefer dan Kish bertugas menata piring dan gelas. Sedangkan Rafael dan Satya mempersiapkan makanan yang akan digunakan untuk bakar-bakaran.Arkan, Lutfi, Asif, dan Zacky tengah sibuk di dapur dengan minuman pendamping barbeque. Felicia sengaja mengkhususkan bagian pembuat minuman 4 orang karena takut apabila 2 orang saja akan siaga. Kebetulan Asif dan Zacky sering membantu ibunya untuk membuat aneka es.Felicia yang tidak menjaga keseimbangan seketika menimpa Reza yang menikmati pemandangan persiapan barbeque..Hazael berulang kali meminta maaf karena telah membuat Felicia jatuh dan Reza keberatan, " Maaf, Fel. Maaf banget gue nggak jaga keseimbangan. Gue minta maaf banget ya,"Hazael seketika berpamitan kepada Fe
Salah satu lelaki yang semalam tidur di ruang tamu kini telah terbangun sebelum matahari benar-benar terbit. Dia meraba sampingnya yang terasa tampak seseorang. "LECI," teriak Harnefer terkejut tak melihat sang adik. Kish yang semula masih berada di alam mimpi pun seketika terduduk merasa terkejut. Tak hanya Kish melainkan yang lain seketika keluar dari kamar masing-masing. "Napa sih, Harn?" tanya Kish yang masih dengan tatapan mengernyit. "Ada apa, Bang? Ganggu tau kagak loe," protes Satya. Reza dan Arkan yang memantau dari pintu kamar seketika tertuju pada kelima gadis. Mereka segera menyusul yang lain di ruang tamu. "Loh Feli?" celetuk Reza. Harnefer seketika merasa linglung. Dia bingung mencari keberadaan Felicia. Kapankah sang adik keluar? Mengapa tidak pamit atau mengajaknya? Bagaimana cara menjelaskan kepada orang rum