Esok paginya terlihat kumpulan siswa tengah duduk di luar gerbang menunggu salah satu siswi. Siswi yang ditunggu-tunggu pun terlihat mulai menuruni mobil milik keluarganya setelah berpamitan terlebih dahulu.
Setelah mobil tak lagi berada dihadapannya dia bergeming menatap objek di hadapannya. Dia memilih melanjutkan langkahnya dan menuju gerbang, namun terhalang oleh teman-temannya yang membentengi jalan.
"Diapain sama Arkan?" tanya Rafael.
"Awas aja tuh orang gue geprek beneran," berang Satya
"Permisi tuan-tuan sekalian yang saya sayangi tanpa kasihi. Bolehkah apabila saya ingin masuk ke kelas." elak Felicia menghindari pertanyaan dari teman-temannya.
Teman-temannya melangkah mendekati salah satu gadis yang ditunggu sedari tadi. Felicia berpura-pura diam saja dan akan segera berlari menuju gerbang untuk kelas 7 dan 8. Sedikit jauh dan memakan wakt
Felicia kembali menemani Revan mencatat materi kelas 7 dan 8 dari buku miliknya. Disaat matanya fokus menggulir novel online. Suara notifikasi whatsapp terdengar.WhatsappBimbingan Katekisasi| Dimohon pada jam 5 sore. Semuanya dapat segera berkumpul secara tepat waktu. Tanpa alasan dari A sampai Z.Revan sekilas mengintip HP Felicia pun seketika merapikan buku miliknya dan Felicia. Felicia mendongak menatap Revan yang kini telah bersandar pada sofa."Gue atau loe yang izin ke Oma dan Opa?" tanya Revan yang melihat Felicia tetap bersantai tidak menuju kamar untuk berganti."Nggak usah. Gue alasan aja kalau masih les persiapan ujian." tolak Felicia saat mengetahui Revan akan mengantarkannya.Revan tidak memperdulikan Felicia yang menolaknya. Dia memilih mencari Opa Adriel atau pun Oma Rizya. Dia akan meminta izin untuk men
Esok pagi tepatnya pada pukul 5 terlihat 3 orang anggota keluarga telah berada dalam ruang tamu. Sesuai perintah Felicia bangun lebih pagi dari biasanya. "Siapa cowok yang mengantarkan semalam? Tempat tinggal dimana? Anak siapa? " tanya oma Rizya tanpa jeda. "Katanya kenal dengan papa dan merupakan teman semasa SMP." jelas Felicia dengan satu tangan menopang kepala sembari menikmati segelas susu. "Bohong." tolak oma Rizya merasakan kebohongan dari sang cucu. "Oma percaya adalah bonus dari apa yang Felicia ucapkan." Felicia meninggalkan ruang makan sejenak untuk mengembalikan segelas susu tersebut lalu kembali menunggu sarapan sembari bermain HP. Kini di ruang makan hanya tersisa Opa Adriel. Beliau merasa bahwa topik pembicaraan tadi tidak seharusnya dia ikut campur, karena merasa ada ledakan lebih dari tadi.
Di salah satu ruang kelas SMP Negeri 1 Samudera terlihat ramai, karena siswa-siswi setiap kelompok yang berlatih drama untuk ujian praktik. Pagi kelas 9B dibuka oleh ujian praktik bahasa daerah.Seorang gadis yang mendapatkan peran berbeda dari yang lain. Dia berusaha mengatasi kesusahan menyamankan kostum. Disaat teman-temannya berperan normal dia sebagai lelaki sunda dengan iket.Felicia berulang kali kesusahan mengikat iketnya. Seorang siswa yang telah selesai dengan urusan kostumnya pun menghampiri Felicia untuk membantu mengikat."Kekencangan." protes Felicia ketika kepalanya merasa pening."Biar nggak lepas." celetuk Revan sembari menepuk kepala Felicia."Tapi kepala gue berasa loe kurung." balas Felicia menggerutu."Cuma sebentar." Revan meninggalkan Felicia setelah selesai membantu mengikat. Setelah melihat Revan mulai menjauh Felici
Setelah tiba di parkiran motor rahasia milik siswa-siswi sepasang kekasih telah menanti sepasang tom and jerry kelas 9B. Satya memperlihatkan pesan dari orangtuanya yang mengatakan untuk pulang bersama Felicia.WhatsappMama Anak 3Satya, tolong nanti Leci pulang sama kamu. Jangan sama temannya.Oh ya, jangan ngapel dulu. Ada undangan acara dari keluarga LeciFelicia memutar tangan Satya, karena telah memperlihatkan HP terlalu dekat. Dengan segera Satya memakaikan helm kepada Felicia.Felicia menatap Nada, gadis muslim yang tak lain pacar Satya Lucifer. Nada tersenyum dan menganggukan kepala meyakinkan Felicia.Reza yang merasa gemas pun meyakinkan Felicia, "Sat, Nada boleh gue antar pulang?" tanya Reza memastikan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.Satya yang melupakan satu hal menganggukkan kep
Keesokan paginya di salah satu ruangan dalam rumah sederhana terlihat gadis dengan piyama dan selimut biru. Sang mama datang untuk membangunkan agar anak gadisnya tidak terlambat sekolah.Dia terus mengetuk pintu namun tak ada respon dari pemilik ruangan. Seorang remaja laki-laki yang tak lain sepupu Felicia melihat bahwa sang bibi tidak dibukakan pintu. Sepupu Felicia mengetuk pintu dan dibuka oleh gadis pemilik ruangan.Dengan ekspresi bantal dia menuju pintu lalu membukanya, "Sebentar, Bi," ujar Felicia dengan masih setengah mengantuk.Sepupu Felicia membatin, "Gue lucinta kah? Ish, adik laknat."Sang gadis berpiyama biru kembali melanjutkan tidurnya tanpa mendengarkan maksud kedatangan dari pengetuk pintu. Sang sepupu merasa heran dan gemas dengan gadis di hadapannya. Harnefer duduk di sudut kasur lalu menggelitik telapak kaki Felicia."B
Saat ini mungkin menjadi jam terindah bagi kelas 7 dan 8 dikarenakan guru-guru sedang rapat. Topik rapat adalah perihal pelepasan kelas 9,ujian nasional, ujian sekolah, dan ujian praktik.Arkan berniat mencoba untuk menyeberangi lapangan. Kelas Felicia dan Arkan hanya dipisahkan oleh lapangan upacara sekaligus lapangan olahraga.Arkan telah tiba di depan kelas 9. Terlalu bagai uji nyali karena harus berhati-hati apabila guru melihat. Arkan bersandar pada dinding kelas 9B dan 9A.Terlihat jam kosong tapi siswa-siswi berhadapan banyak buku. Arkan mengira itu hanya buku persiapan ujian.Dia memberikan kode agar Felicia menghampirinya. Revan yang menyadari ada Arkan menepuk bahu Felicia.Felicia menghadap Revan dengan mengangkat alis kirinya, "Ada apa?" tanya Felicia setelah menutup buku.Revan bukannya menunjuk p
Felicia mengambil HP-nya yang diletakkan pada saku kanan jas almamater SMP Negeri 1 Samudera. Mood yang telah rusak kini bertambah hancur karena mengetahui sang pengirim pesan.Sang pengiriman sebenarnya tidak salah mengirimkan pesan tetapi haruskah dengan pertanyaan lelucon? Felicia terlalu malas menarikan jarinya untuk membalas. Dia hanya membalas melalui pesan suara biasa bukan melakukan panggilan.WhatsappBang HamsterLoe udah pulang sekolah?Jangan kemana-mana gue sebentar lagi jemput.Anda| Telat Abang. Telat buanget.Setelah pesan terkirim HP kembali Felicia letakkan ke tempat. Reza bertanya-tanya siapakah yang mengirim notifikasi Felicia. Apakah ibu dari Felicia? Apakah neneknya?Apakah Arkan? Ah, tidak mungkin sekali apabila Arkan. Seingatnya trio bebek yang tak lain Ashima, Angel, dan Dina mengata
Keesokan paginya di keluarga Anta nampak damai tanpa tom and jerry dari kakak beradik yang Arkan dan Ayra. Orang tua mereka saling berpandangan bertanya-tanya mengapakah Arkan sunyi senyap.Ayra yang biasanya menjadi korban mood dirusak oleh kakaknya pun hanya diam saja. Dia menebak mungkin kakaknya memiliki masalah dengan temannya atau gadis saat jogging."Tumben sekali kamu diam, Ka. Ada masalah? Gigi kamu sakit? Atau perut yang sakit?" tanya umi Khaliza."Masalah cewek jogging, Bang?" ujar Ayra ikut bertanya-tanya karena tumben sekali abangnya sunyi."Oh ya kamu tau, Ka kenapa tadi malam rumah Felicia terlihat ramai?" kata abi Dalwyn setelah mengingat apa yang ingin dia katakan."Feli nggak bilang apa pun, Bi. Arkan juga nggak sakit kok, Mi. Adek abang kemasukan apa ? Tumben banget perhatian," balas Arkan sembari menopang kepala menatap Ayra. 
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Aneka bazar dari masing-masing kelas SMA Negeri 2 Angkasa berbeda-beda. Ada yang menjual makanan atau minuman, namun beberapa juga menjual aksesoris.Bazar diselenggarakan di lapangan utama, dengan di tengahnya terdapat panggung. Sekolah lain tidak diizinkan untuk memasuki, karena dikhawatirkan hal yang menakutkan."Fel, lo yang nata atau nyuci jamur nih?"Felicia yang baru saja tiba di tenda bagian kelas sepuluh IPS satu, seketika menghentikan langkahnya. Dia bahkan baru tiba setelah merapikan barang-barang di kelas.Izora yang telah menggenggam ember baskom berisikan jamur pun mewakili jawaban Felicia."Kesel Fel?""Nggak kok cuma pengen pukul dikit tapi yang keras."Izora menggelengkan kepala heran, sebenarnya teman-teman kelasnya adalah macam-macam orang dengan sifat hampir sama rata."Ayo keburu Falisha jadi korban berikutnya," celetuk Felicia yang lebih dulu selesai mencuci jamur. Izora menolehkan kepala, sejak kapan Felicia selesai lebih dahulu? Dirinya bergegas menyisihkan ai
Felicia menatap ragu handphone-nya, dia ingin melakukan sesuatu namun rasa ragu juga terselip. Dia ingin menghubungi Arkan, guna menanyakan perihal, kejadian kala dirinya ulang tahun yang sebatas ingatan semu-semu."Jangan ngelamun," tegur Kainando kala jalan melewati Felicia.Felicia membelalakkan mata, mengernyit, lalu membuang pandangan merasa kesal. Kainando tertawa gemas, reaksi sama yang dahulu sering dia lihat namun tidak untuk semua orang."Kalau mau balas komunikasi jangan malu-malu kali, Ci."Felicia menoleh kebelakang memastikan siapa yang menegur, setelah mengetahui siapa pelaku pemilik suara dia justru menatap datar Satya."Kenapa lo? Lo pikir gue setan?" "Mirip," balas Felicia seringan angin. Satya membuka mulut lebar seakan hendak mengunyah Felicia. Felicia tak memedulikan Satya, dengan memilih bermain sosial media sedikit memastikan Arkan.Felicia tersenyum kecil kala jawaban yang dicari tak perlu berlama-lama. Tiga puluh menit yang lalu Arkan bersama siswi teman se
Felicia meregangkan tubuh yang terasa pegal dan nyeri. Tak hanya sebatas itu saja, melainkan rasa menggigil juga tak kalah. Felicia meraba-raba samping, dia mengernyit kala hanya merasakan tekstur keras. Felicia seketika terbelalak dan terduduk.Dia meringis merasakan nyeri di pahanya. Felicia bergegas menuju ke cermin guna memastikan. Selama menatap cermin Felicia berusaha mengingat-ingat. Ntah dirinya yang pelupa atau bagaimana ingatan terakhir hanya hingga kejutan ulang tahunnya."Non, apakah sudah bangun?"Ntah mengapa kakinya langsung menyuruh ke kamar mandi. Felicia berteriak memberikan jawaban dari dalam."Masuklah Bi!"Bi Arum menekan kenop pintu Felicia perlahan, Bi Arum mengernyit kala jendela kamar tak terkunci. Bi Arum beberapa kali menatap jendela dan pintu kamar mandi bergantian. Dia menggelengkan kepala, tidak-tidak pasti Felicia hanya kelupaan mengunci saja."Non, baju sudah saya siapkan. Apabila sudah Non jangan lupa langsung turun karena ditunggu Den Harn."Felicia
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar