Share

Part 80

Penulis: MarniHL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-04 01:42:25

Sepulang sekolah sesuai janji Bella langsung pergi ke rumah Sani untuk berdiskusi soal bersama Sani dan Alan. Namun Bella tidak sendirian, melainkan bersama Vian.

Kalau saja Vian tidak memohon pada Sani dan diizinkan, Bella sudah pasti tidak akan mau Vian ikut dengan mereka. Karena Bella tahu alasan Vian ingin ikut. Vian tidak mau membiarkan Alan mendekatinya. Padahal Alan beberapa hari ini sama sekali tidak berusaha untuk mendekati Bella. Bahkan Alan seperti menghindar darinya setelah tahu Vian berpacaran dengannya.

"Guys, kalian mau makan apa? Gue pesanin," tawar Vian.

"Bisa gak nanti aja nanyanya? Kita mau belajar ini," ucap Bella.

Baru awal saja Vian sudah mengganggu. Itulah sebabnya Bella tidak mau Vian ikut dengan mereka.

"Sorry, gue kan cuma nawarin."

"Gak papa, Yan, order aja. Kebetulan gue lagi lapar sih. Nyokap lagi pergi jadi gak ada makanan," sahut Sani.

"Oke deh. Jadinya mau makan apa?"

***

"Akhirnya selesai juga."

Sekitar tiga jam mereka belajar dan diskusi, akhirnya sel
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ARABELLA   Part 81

    "Bell, lo masih marah ya sama gue?" Vian bertanya.Vian menghampiri Bella yang sedang berada di perpustakaan. Bella sengaja tidak pergi ke kantin saat jam istirahat karena tidak ingin bertemu dengan Vian. Dia masih kesal dengan cowok itu, tapi ternyata Vian malah menghampirinya di perpustakaan."Lo ngapain di sini? Gue lagi gak mau diganggu," ucap Bella ketus."Kok lo gitu sih? Gue kan udah minta maaf. Dosa loh kalau marah lama-lama sama orang lain.""Biarin. Dosa ditanggung masing-masing." Karena tidak ingin membuat suasana perpustakaan menjadi berisik karena mereka berdua, Bella pun akhirnya keluar dari perpustakaan. Vian ikut menyusul."Gue janji gak bakal kayak gitu lagi. Gue bakal coba kontrol rasa cemburu gue sama Alan."Bella seketika menghentikan langkahnya lalu menatap Vian. "Janji?""Janji.""Oke, gue maafin."Vian seketika tersenyum. "Gue janji gue ....""Tapi dengan satu syarat." Bella menyela perkataan Vian."Apa?""Lo jaga jarak dari Sani.""Tapi kan gue belajar sama dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • ARABELLA   Part 82

    "Yan, lo mau cobain gak bekal gue? Nyokap gue yang masak." Sani hendak menyuap Vian, tapi dia menolak."Gue masih kenyang, San.""Oh oke." Sani terlihat tidak senang karena Vian menolak."Bell!" Vian memanggil Bella ketika Bella memasuki kantin bersama Sita.Sani semakin tidak suka melihat kedatangan Bella. Bella menghampiri mereka. "Mana bekalnya? Katanya lo bawain buat gue."Bella pun memberikannya pada Vian.Vian tersenyum lalu segera menerimanya. "Makasih pacar ku yang paling cantik," ucap Vian membuat Beno, Regan, dan Sita rasanya ingin mual. Sedangkan Sani hanya tersenyum tipis."Mau muntah gue," kata Beno."Sama lagi.""Bell, lo geli gak sih kalau Vian ngomong gitu?" Beno bertanya."Ya enggaklah, Bella kan emang pacar gue," ucap Vian."Gue nanya Bella bukan lo.""Lumayan sih," jawab Bella membuat Beno dan Regan tertawa.Vian seketika cemberut. "Kok lo gitu sih?""Bercanda.""Mau gue suapin gak?" tawar Bella."Mau dong," jawab Vian dengan semangat."Susah ya kalau sama orang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • ARABELLA   Part 83

    "Lo tadi ngomong apa sama Sani?" Vian bertanya. Bella menggeleng. "Gak ngomong apa-apa. Kita kan cuma latihan soal.""Gak usah bohong. Tadi gue ketemu Alan, katanya lo berdua mau ngobol makanya dia keluar duluan." Vian memang sempat bertemu dengan Alan ketika sedang menunggu Bella."Cuma ngobrol masalah olimpiade doang kok.""Kalau soal olimpiade kenapa gak ngobrol sama Alan? Kenapa cuma lo sama Sani?""Ya gak tahu, kan Sani yang ngajak ngobrol. Udah ah, kok lo jadi kepo sih.""Bukan kepo, gue cuma mau mastiin aja kalau lo sama Sani gak bahas masalah kemarin.""Enggak kok." Bella berbohong. Kalau sampai Bella memberitahu yang ada malah makin rumit. Bisa-bisa Vian dan Sani akan makin ribut. Lebih baik Bella menyimpannya sendiri.Vian manggut-manggut. "Oke, kalau gitu kita makan es krim dulu, yuk. Ada tempat jualan es krim yang enak.""Gue ngikut aja deh."***"Bella." Seorang cowok mendekati Bella dan Vian ketika mereka sedang memakan es krim sembari mengobol."Lo Bella, kan?" tanya c

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • ARABELLA   Part 84

    "San." Vian menghampiri Sani yang sedang membaca buku di depan kelasnya.Sani hendak masuk ke dalam kelasnya, namun Vian segera menahan lengannya. "Bentar San. Gue mau ngomong.""Gak ada yang perlu diomongin.""Please jangan kayak gini, San. Kita temenan udah lama, loh.""Jadi karena kita temenan udah lama lo bisa seenaknya gitu?"Vian menggeleng. "Gak gitu maksud gue.""Gue udah ngomong sama Bella kemarin. Biar dia sadar kalau lo berubah gara-gara dia.""Bella? Ngapain lo ngomong sama dia? Bella gak ada hubungannya sama masalah kita, Ini semua salah gue bukan dia.""Lo bisa gak sih sekali aja gak belain dia? Waktu lo belum kenal Bella lo gak pernah kayak gini.""Lo bisa berhenti sangkut-pautin masalah kita sama Bella gak sih? Oke, mungkin gue emang berubah semenjak kehadiran Bella, tapi gue merasa berubah jadi lebih baik. Gue yang dulu bolos dan malas kerjain tugas sekarang udah lebih rajin. Lo lebih milih gue balik lagi jadi Vian yang malas, suka bolos, dan suka berantem sama orang?

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • ARABELLA   Part 85

    "San, lo gak mau maafin Vian? Kasihan dia. Katanya dia udah minta maaf sama lo, tapi gak mau lo maafin," ucap Beno. Dia ingin membujuk Sani agar tidak marah lagi dengan Vian. Sani yang sedang memainkan ponselnya menoleh pada Beno. "Lo disuruh Vian?"Beno menggeleng. "Vian sama sekali gak ada suruh gue. Ini inisiatif gue sendiri. Karena gue gak mau kalian berantem.""Gue juga gak mau berantem, tapi Vian yang cari masalah. Kalau lo jadi gue emang lo gak marah?""Ya gue pasti marah karena Vian udah ingkar janji, tapi kan dia udah minta maaf dan nyesal.""Bukan sekali, No, dia kayak gini. Udah dua kali. Emang lo pikir kerjaan gue cuma nungguin dia pacaran doang?""Maklumlah, namanya juga baru pacaran. Makanya sering habisin waktu bareng jadi lupa.""Jadi gue harus maklumin dia gitu? Sedangkan dia sendiri gak peduli sama gue." Sani bangkit berdiri. "Gue masuk kelas dulu."Beno menoleh pada Vian yang diam-diam mengintip dari jauh. Vian segera menghampiri Beno."Gimana? Berhasil?"Beno meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • ARABELLA   Part 86

    Bella menelepon Vian berulang kali dan juga mengirim pesan, tapi tidak ada jawaban dari Vian. Padahal mereka akan pergi nonton bisokop jam tujuh. Sekarang sudah jam setengah delapan, namun Vian belum juga datang. "Belum pergi juga lo?" Baron yang baru saja pulang dari menonton footsal bertanya. Pasalnya Bella sudah selesai siap saat Baron pergi dan sekarang Baron sudah pulang, tapi dia belum juga pergi.Bella menggeleng. "Vian belum datang. Dichat gak balas, ditelfon juga gak diangkat.""Apa jangan-jangan dia lupa?""Gak mungkinlah. Tadi sore aja dia masih sempat chat gue kok.""Jangan-jangan ..." Baron menggantung ucapannya membuat Bella penasaran."Jangan-jangan apa?""Jangan-jangan terjadi sesuatu sama Vian.""Lo jangan ngomong yang aneh-aneh deh, kak. Gue gak suka.""Gue kan cuma khawatir, apalagi dia daritadi belum nyampe. Kalau macet juga kayaknya gak mungkin selama ini."Bella diam, mendadak dia khawatir takut terjadi apa-apa dengan Vian. Dia berharap Vian baik-baik saja. Bell

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • ARABELLA   Part 87

    "Lo jangan salah paham sama Vian. Dia samperin gue ke rumah sakit karena nyokap gue yang telfon." Sani menjelaskan pada Bella.Bella menoleh pada Sani dengan tatapan datarnya. "Thanks, tapi gue gak butuh penjelasann dari lo."Saat ini suasana hati Bella sedang tidak baik, jadi dia tidak ingin siapapun mengganggunya apalagi berbicara dengan Vian ataupun Sani. Yang ada malah malaha tambah membuatnya kesal."Gue cuma mau jelasin yang sebenarnya aja.""Thanks, tapi gak perlu." Bella bangkit berdiri. Dia sudah tidak berniat untuk membaca buku lagi. Setelah menaruh kembali buku yang dia ambil dari rak, Bella pun keluar dari perpustakaan. Karena merasa tidak betah saat Sani datang."Bell, akhirnya ketemu kamu. Kita ke kantin, yuk," ajak Vian."Gak." Bella menolak."Kenapa? Kamu masih marah sama aku? Kamu mau aku ngelakuin apa biar kamu maafin aku?""Minggir.""Aku bakal lakuin apapun yang kamu mau biar kamu maafin aku."Bella menatap Vian datar. "Minggir!" Kali ini suara Bella lebih sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • ARABELLA   Part 88

    "Ngapain lo ngajakin ketemuan di sini?" tanya Bella dengan ekspresi datar. Vian sengaja mengajak Bella untuk bertemu di taman dekat rumah Bella. Tadinya Vian ingin mengajak Bella pergi sekaligus mengantarnya pulang saat masih berada di sekolah. Hanya saja Bella menghindarinya dengan pulang lebih dulu sebelum kelas Vian selesai. Bella tahu kalau Vian akan mencarinya, itulah kenapa Bella menghindar. Tapi Bella merasa kali ini mereka harus menyelesaikan masalah mereka agar selesai dan tidak lagi terjadi kesalahpahaman."Makasih Bell, karena lo udah mau ketemu sama gue. Tujuan gue cuma mau dapat maaf dari lo. Gue gak pengin lo jauhin gue kayak gini lagi. Gue gak bisa.""Harusnya lo sadar alasan gue kayak gini karena siapa.""Iya, gue tahu gue salah banget. Gue ....""Bentar." Bella menyela ucapan Vian. Dia lalu berlari kecil menghampiri penjual kue putu keliling yang kebetulan lewat.Vian mengembuskan napas. Bella benar-benar tidak bisa menahan diri kalau sedang melihat jajanan. Padahal

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16

Bab terbaru

  • ARABELLA   Epilog

    "VIAN!"Vian terkesiap dia langsung bangun dari tidurnya. "Ada apa Bell? Lo kenapa?" tanya Vian yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya.Bella tak segan menimpuk Vian dengan buku yang sedang dipegangnya. Membuat Vian meringis."Lo tuh ya gue kan suruh lo kerjain soal. Kenapa lo malah tidur?""Sorry, Bell. Gue ngantuk banget. Soalnya semalam nobar bola bareng Regan sama Beno.""Oh, jadi semalam lo suruh gue tidur duluan biar lo bisa begadang gitu? Pantes aja waktu gue chat lagi langsung centang satu. Lo sengaja matiin hp biar gue gak ganggu lo, kan?"Vian segera menggeleng. "Gak gitu, Bell. Lo salah paham. Gue bisa jelasin.""Gue gak butuh penjelasan lo. Lo sadar gak sih kita itu udah kelas dua belas. Udah waktunya buat belajar persiapan ujian. Emang lo mau nilai lo jelek terus gak keterima di kampus impian lo?""Enggak. Sorry, Bell, gue janji gak akan kayak gitu lagi.""Gue udah males dengar janji-janji lo. Sekarang lo kerjain soal-soal ini waktu lo cuma tiga jam. Awas aja kalau

  • ARABELLA   Part 120

    "Akhirnya tuan putri yang ditunggu-tunggu turun juga," ucap Vian ketika Bella menghampirinya.Bella sudah berpakaian rapi, tapi wajahnya terlihat jelas baru bangun tidur. Bahkan Bella beberapa kali menguap."Lo ngapain pagi-pagi ngajak gue pergi sih? Gue kan masih ngantuk. Masih pengin tidur.""Semalam kan gue udah sempat chat lo kalau kita mau jalan pagi.""Iya, tapi gue gak liat hp soalnya gue semalam begadang sama Sita sama Sani.""Ya udah, kalau lo gak mau pergi gak papa deh. Cancel aja.""Lah? Kok dibatalin sih? Kan gue udah siap-siap.""Iya, tapi lo kayak gak mau pergi gitu. Daripada nanti mood lo gak bagus mendingan gak usah aja." "Gue bukannya gak mau, Yan, tapi gue ngerasa kepagian aja perginya. Kan bisa kita keluarnya siang atau sore.""Gue ngajak pergi pagi karena gak mau kita kena macet, tapi kalau emang lo masih ngantuk ya udah tidur lagi aja.""Gimana sih lo? Gue kan udah siap-siap. Walaupun gue ngantuk, tapi kan gue mau pergi.""Percuma lo mau pergi kalau mood lo aja g

  • ARABELLA   Part 119

    "Kalian yang semangat belajarnya, ya. Apalagi udah naik kelas dua belas. Harus lebih fokus biar nilainya bagus dan bisa masuk kampus impian kalian." Alan berpesan sebelum dia pergi.Saat ini mereka sedang berada di bandara untuk mengantarkan Alan pulang ke Surabaya. "Lo juga semangat. Semoga bisa cepat dapat cewek baru ya biar gak gangguin Bella lagi," ucap Vian yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bella."Safe flight ya, Lan. Kalau udah sampe kabarin kita," ujar Sita.Alan mengangguk lalu beralih menatap Sani. "San, kalau yang lain gue minta buat rajin belajar gue minta lo istirahat yang banyak, ya."Sani mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Lo mau nilai gue jelek? Lo gak suka gue kalau gue masuk kampus bagus?"Alan segera menggeleng tidak mau membuat Sani salah paham. "Gak gitu. Gue cuma pengin lo bisa atur waktu buat kapan belajar dan kapan istrirahat. Jangan lo gunakan semua waktu lo buat belajar. Manusia juga butuh istirahat. Emang lo mau drop lagi kayak kemarin-kemarin? Sekar

  • ARABELLA   Part 118

    Vian mendekati Sani yang kebetulan sedang duduk di depan kelas. "San, gue minta maaf soal kemarin. Niat gue cuma mau nolongin lo.""San, kok lo diam aja?" Sani mengembuskan napas beralih menatap Vian. Beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Gue maafin kok.""Beneran?" Sani mengangguk. "Gue takut banget lo jadi benci sama gue karena kejadian kemarin. Terus bokap lo gimana? Marah sama lo gak?""Awalnya marah, tapi gue mutusin buat ungkapin semua yang selama ini gue pendam ke bokap gue. Karena gue capek selalu diam dan ikutin semua kemauan bokap gue. Syukurnya bokap gue sadar dan minta maaf ke gue. Bahkan hubungan kita udah jauh lebih baik."Vian tersenyum lega. Usahanya berhasil. "Syukur deh. Gue lega dengarnya. Soalnya dari kemarin Bella gak tenang banget.""Bella? Gak tenang gimana?""Ya dia takut lo malah diamuk sama bokap lo. Makanya dia jadi kepikiran terus.""Thanks ya, udah mau bantuin gue. Emang sih gue marah karena tindakan lo yang bisa dibilang lumayan membahayakan gue, tap

  • ARABELLA   Part 117

    "Lo berdua ngapain ke sini?" Sani terlihat tidak senang ketika Vian dan Bella datang ke rumahnya.Mungkin kalau tidak ada mamanya Sani sudah mengusir mereka. Karena saat ini dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun."Gue mau ketemu bokap lo."Sani mengerutkan keningnya. "Mau ngapain?" Tentu saja Sani heran karena tidak biasanya Vian ingin bertemu dengan papanya. "Mau kasih oleh-oleh dari bokap gue.""Harus banget nunggu bokap gue? Gak bisa dititipin ke gue?"Vian menggeleng. "Bokap gue udah kasih amanah buat gue untuk kasih langsung ke bokap lo tanpa perantara.""Tapi bokap gue baliknya malam. Lo mau nunggu lama?""Gak papa kok. Lagian kita juga gak ada urusan mendadak sih. Jadi kita bisa nunggu lama. Iya kan, Bell?"Bella hanya mengangguk.Sani mengembuskan napas kasar. Terlihat jelas dia tidak suka, tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan mereka.***"Loh, ada Vian." Irvan, papa Sani yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Untungnya mereka tidak dibuat menun

  • ARABELLA   Part 116

    "Kenapa lo baru bilang kalau lo mau balik ke Surabaya? Kenapa lo cuma ngomong ke Bella? Kenapa gue enggak? Emang teman lo Bella doang?" Pertanyaan beruntun diberikan Sita pada Alan saat Alan memberitahunya kalau dia akan kembali ke Surabaya."Makanya sekarang gue bilang ke lo kan.""Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa gak dari lama? Bella udah tahu duluan. Lo gak anggap gue teman lo, ya? Iya, gue tahu emang gue jarang ngobrol sama lo, tapi kan setidaknya gue juga harus tahu." Ekspresi Sita terlihat kesal.Alan mengembuskan napasnya sejenak. "Oke, gue salah. Gue minta maaf karena baru ngomongnya sekarang. Lo mau kan maafin gue? Gue traktir apapun yang lo mau sebelum gue balik."Sita menatap Alan sinis. "Lo pikir gue bisa disuap sama makanan?""Gak gitu, Ta. Gue cuma pengin lo maafin gue aja. Kalau lo gak mau gue traktir terus lo mau gue gimana biar bisa lo maafin?"Sita terdiam cukup lama sembari sibuk dengan ponselnya. "Gue mau lo hari ini beliin semua yang gue mau. Nih listnya." Sita m

  • ARABELLA   Part 115

    "Bella!" Sita berlari menghampiri Bella lalu memeluknya erat. "Gue bangga banget sama lo, Bell. Lo emang terbaik. Gue tahu lo emang hebat. Dengan kayak gini lo bisa nutup mulut orang-orang yang selalu beranggapan kalau lo itu gak ada apa-apanya dibanding Sani," ujar Sita sembari melirik sinis beberapa siswa yang lewat. Sita ingat betul kalau siswa-siswa tersebut adalah orang yang pernah meremehkan Bella karena Bella berhasil meraih peringkat pertama saat ujian tengah semester mengalahkan Sani.Bella mengembangkan senyumnya. "Makasih Ta, tapi kayaknya lo agak berlebihan deh mujinya. Gue biasa-biasa aja kok. Gak sehebat itu.""Udah deh gak usah merendah gitu. Gue tahu lo paling hebat. Sorry ya kemarin gue gak ngucapin."Bella mengangguk. "Iya, gak papa kok. Kan lo sakit. Masa gue mau marah sama lo yang lagi sakit.""Btw, gue belum liat Sani. Ke mana ya dia?"Bella menatap Sita sedikit heran. Tidak biasanya Sita menanyakan Sani. Apa mungkin Sita sudah tidak marah lagi dengan Sani?"Belum

  • ARABELLA   Part 114

    "Yan, daftar peringkat nilai UAS udah keluar. Lo gak mau liat?" tanya Regan."Nanti aja." "Loh? Kenapa? Bukannya lo nunggu dari kemarin?""Emang, tapi gue gak siap. Gue takut gak sesuai sama harapan gue. Gue takut ngecewain Bella.""Lo kan udah usaha, Yan. Bella juga pasti ngerti kok."Vian menggeleng. "Syarat gue baikan sama dia kan peringkat gue harus bagus. Gue gak yakin kalau gue bisa masuk sepuluh besar.""Mungkin Bella ngomong kayak gitu biar lo lebih rajin belajar. Percaya sama gue Bella pasti bakal bangga sama lo apalagi ngeliat usaha lo yang belajar mati-matian.""Gan! Regan!" "Apasih Ben? Teriak-teriak emang gue budek.""Lo udah liat peringkat lo belum? Gila, lo di peringkat sebelas, bro! Gak nyangka gue. Keren juga lo," ucap Beno yang begitu antusias.Regan tersenyum bangga. "Iya lah, emang lo peringkat lima puluh."Beno menatap Regan sinis. "Sombong amat!" Beno beralih menatap Vian. "Lo gak mau ngecek peringkat lo? Tadinya mau gue foto, tapi keburu rame jadinya gak sempa

  • ARABELLA   Part 113

    "Kenapa?"Terdengar helaan napas lega dari seberang sana ketika Bella menjawab telepon masuk. 'Akhirnya lo angkat juga. Gue telfon daritadi hp lo gak aktif.'"Sengaja gue matiin biar fokus belajar."'Masih belajar gak? Takutnya gue ganggu.'"Kenapa?" Bella kembali bertanya karena belum mendapatkan jawaban.'Gue cuma mau bilang kalau lo jangan salah paham ya soal yang lo liat tadi. Gue tadi cuma berusaha buat nenangin Sani.'"Oke." Setelahnya Bella langsung memutuskan sambungan panggilan begitu saja. Bella kembali mematikan ponselnya karena dia tahu Vian pasti akan kembali menghubunginya dan dia sedang tidak ingin diganggu.Bella mengerti kalau Vian memang mencoba untuk menenangkan Sani. Hanya saja sebagai pacar Vian tentu Bella merasa cemburu, tapi tidak mungkin dia memperpanjang masalah karena Bella malas ribut di hari-hari yang penting ini. Yang ada malah membuat dia tidak fokus belajar dan akan mempengaruhi nilai ujiannya. Lagipula Vian juga sudah berusaha untuk menjelaskan padanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status