Share

Part 75

Penulis: MarniHL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-01 17:53:06

"Bell, please jangan marah sama gue dong. Gue cuma pengin Vian tahu alasan lo jauhin dia," ujar Sita.

Sita mengikuti Bella sampai ke rumahnya, karena ingin meminta maaf pada Bella.

"Tapi gak dengan kayak gitu, Ta." Jujur Bella marah dengan Sita. Dia tidak menyangka Sita akan melakukan hal tersebut. Sekarang Bella tidak tahu harus bagaimana menghadapi Vian. Dia benar-benar malu untuk menghadapi cowok itu.

"Iya gue tahu gue salah. Makanya gue mohon sama lo maafin gue. Ini terakhir kalinya gue ngelakuin kayak gitu. Gue janji." Sita tahu dia salah, tapi dia juga tidak ingin Bella terus-terusan menjauhi Vian. Padahal Bella menyukai Vian. Sita hanya ingin Bella tahu kalau dia hanya salah paham dengan Vian. Karena Sita yakin Vian hanya menyukai Bella, bukan Sani.

"Lo pulang aja, ya. Gue capek mau istirahat." Bella lalu masuk ke dalam rumah.

"Loh? Temannya Bella, kan?" Baron yang baru saja keluar menatap Sita heran.

Sita tersenyum. "Iya kak."

"Kok gak masuk?"

"Enggak kak, kebetulan mau langsu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ARABELLA   Part 76

    "Kok lo udah masuk? Vian mana?" Baron bertanya ketika Bella sudah masuk kembali ke dalam rumah.Bella mengambil alih camilan yang sedang dipegang Baron. "Udah pulang.""Udah pulang? Terus gimana kalian?""Gimana apanya?" Bella bertanya balik."Ya gimana? Udah jadian atau belum, eh maksud gue udah baikan atau belum?"Bella menatap Baron datar. "Lo yang bilang ke Vian ya kalau gue nemenin lo ke cafe?""Iya, soalnya dia nanya. Emang kenapa?""Gak." Bella mengembalikan camilan pada Baron."Eh, lo belum jawab gue."Bella tidak menanggapi. Dia langsung pergi ke kamarnya."Lo bodoh banget sih, Bell." Bella merutuki dirinya sendiri.Harusnya tadi Bella menjawab Vian, tapi dia malah diam tidak memberikan jawaban. Jika dulu Vian hanya mengungkapkan perasaannya tanpa meminta Bella untuk menjadi kekasihnya, sekarang tidak. Vian sekarang ingin Bella menjadi pacarnya, tapi sayangnya Bella tidak bisa menjawab. Padahal sekarang Bella sudah memiliki perasaan terhadap Vian, tapi entah kenapa lidahnya t

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • ARABELLA   Part 77

    "Gue mau."Vian seketika terdiam mencoba mencoba mencerna jawaban Bella. Apakah benar yang dia dengar? Apa dia sedang tidak bermimpi? Bella benar-benar menerimanya? "I ... Ini beneran? Gu ... Gue gak salah dengar, kan?" Vian mendadak gagap.Bella tertawa kecil. "Bener. Masa gue bohong. Kok lo jadi gagap?"Vian tersenyum sumringah sampai tidak tahu harus berkata apa. "Gue bahagia banget akhirnya lo mau terima gue jadi cowok lo."Bukan waktu yang singkat bagi Vian untuk menunggu Bella menerimanya. Berbulan-bulan dia terus mendekati Bella dan selama itu juga dia terus mendapat penolakan dari Bella. Tapi Vian tidak pernah menyerah. Vian benar-benar percaya kalau usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil."Sorry, udah buat lo nunggu lama." Vian menggeleng. "Enggak. Lo gak salah. Lo punya trauma jadi wajar.""Bentar." Bella mengambil lembaran soal yang sudah dia susun semalam lalu memberikannya pada Vian. "Ini soal buat lo kerjain dan balikin ke gue minggu depan.""Kita kan baru jadia

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • ARABELLA   Part 78

    "Enak gak esnya?" tanya Vian.Bella mengangguk. "Enak banget."Saat ini mereka sedang makan es pisang hijau. Vian yang mengajak Bella. "Kok lo bisa tahu tempat makan yang enak-enak gini sih?" tanya Bella cukup heran. Selama Vian mengajaknya makan, pasti makanannya tidak pernah mengecewakan. Berkat Vian, Bella lebih tahu banyak tempat makan yang enak di Jakarta.Vian tersenyum. "Iya dong. Gue kan suka makan. Abis kita makan ini gue mau ngajak lo ke tempat makan lain lagi. Gue jamin lo pasti bakal suka.""Makanan apa emang?""Ada deh. Lo abisin esnya dulu."***"Kenyang gak?"Bella mengangguk sembari mengusap perutnya yang sedikit membuncit. "Kenyang banget. Thanks ya buat hari ini.""Sama-sama dong. Btw, lo sadar gak kalau hari ini hari pertama kita ngedate?""Iya ya.""Tapi gue senang tahu lo mau diajak kulineran bareng gue. Pokoknya gue senang banget."Bella tersenyum. "Gue juga senang banget. Oh iya, jangan lupa kerjain soal yang kemarin gue kasih."Vian yang tadinya tersenyum lang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • ARABELLA   Part 79

    "Tadi seru banget, ya," ucap Vian.Sani mengangguk. "Seru banget. Gak nyesal gue ikut nonton. Cowok yang tadi nyetak banyak gol tuh siapa sih namanya? Dia keren banget.""Iya ya. Waktu gue pertama nonton bareng bang Baron aja gue langsung kagum sama dia. Jago banget.""Egi namanya. Mau gue kenalin?" tawar Baron."Harus banget dikenalin?" Bella menyahut."Loh? Gak ada salahnya kan? Siapa tahu bisa berteman.""Nah, setuju gue sama bang Baron," kata Beno."Bentar ya." Baron lalu pergi menghampiri Egi.Bella berdecak. Dia sudah cukup bosan. Saat ini dia hanya ingin pulang, tapi Baron malah mengulur waktu. Tak lama kemudian Baron sudah kembali. "Guys, kenalin ini Egi." Baron memperkenalkan Egi pada mereka."Halo, gue Egi." Egi berjabat tangan pada mereka, kecuali Bella.Egi menatap Bella sembari tersenyum. "Bell, akhirnya lo ikut nonton juga. Kata bang Baron lo gak suka nonton footsal.""Iseng aja bosan di rumah.""Btw, tadi lo mainnya jago banget, bro," ujar Regan."Nah, benar. Sekali-k

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • ARABELLA   Part 80

    Sepulang sekolah sesuai janji Bella langsung pergi ke rumah Sani untuk berdiskusi soal bersama Sani dan Alan. Namun Bella tidak sendirian, melainkan bersama Vian.Kalau saja Vian tidak memohon pada Sani dan diizinkan, Bella sudah pasti tidak akan mau Vian ikut dengan mereka. Karena Bella tahu alasan Vian ingin ikut. Vian tidak mau membiarkan Alan mendekatinya. Padahal Alan beberapa hari ini sama sekali tidak berusaha untuk mendekati Bella. Bahkan Alan seperti menghindar darinya setelah tahu Vian berpacaran dengannya."Guys, kalian mau makan apa? Gue pesanin," tawar Vian."Bisa gak nanti aja nanyanya? Kita mau belajar ini," ucap Bella.Baru awal saja Vian sudah mengganggu. Itulah sebabnya Bella tidak mau Vian ikut dengan mereka."Sorry, gue kan cuma nawarin.""Gak papa, Yan, order aja. Kebetulan gue lagi lapar sih. Nyokap lagi pergi jadi gak ada makanan," sahut Sani."Oke deh. Jadinya mau makan apa?"***"Akhirnya selesai juga."Sekitar tiga jam mereka belajar dan diskusi, akhirnya sel

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • ARABELLA   Part 81

    "Bell, lo masih marah ya sama gue?" Vian bertanya.Vian menghampiri Bella yang sedang berada di perpustakaan. Bella sengaja tidak pergi ke kantin saat jam istirahat karena tidak ingin bertemu dengan Vian. Dia masih kesal dengan cowok itu, tapi ternyata Vian malah menghampirinya di perpustakaan."Lo ngapain di sini? Gue lagi gak mau diganggu," ucap Bella ketus."Kok lo gitu sih? Gue kan udah minta maaf. Dosa loh kalau marah lama-lama sama orang lain.""Biarin. Dosa ditanggung masing-masing." Karena tidak ingin membuat suasana perpustakaan menjadi berisik karena mereka berdua, Bella pun akhirnya keluar dari perpustakaan. Vian ikut menyusul."Gue janji gak bakal kayak gitu lagi. Gue bakal coba kontrol rasa cemburu gue sama Alan."Bella seketika menghentikan langkahnya lalu menatap Vian. "Janji?""Janji.""Oke, gue maafin."Vian seketika tersenyum. "Gue janji gue ....""Tapi dengan satu syarat." Bella menyela perkataan Vian."Apa?""Lo jaga jarak dari Sani.""Tapi kan gue belajar sama dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • ARABELLA   Part 82

    "Yan, lo mau cobain gak bekal gue? Nyokap gue yang masak." Sani hendak menyuap Vian, tapi dia menolak."Gue masih kenyang, San.""Oh oke." Sani terlihat tidak senang karena Vian menolak."Bell!" Vian memanggil Bella ketika Bella memasuki kantin bersama Sita.Sani semakin tidak suka melihat kedatangan Bella. Bella menghampiri mereka. "Mana bekalnya? Katanya lo bawain buat gue."Bella pun memberikannya pada Vian.Vian tersenyum lalu segera menerimanya. "Makasih pacar ku yang paling cantik," ucap Vian membuat Beno, Regan, dan Sita rasanya ingin mual. Sedangkan Sani hanya tersenyum tipis."Mau muntah gue," kata Beno."Sama lagi.""Bell, lo geli gak sih kalau Vian ngomong gitu?" Beno bertanya."Ya enggaklah, Bella kan emang pacar gue," ucap Vian."Gue nanya Bella bukan lo.""Lumayan sih," jawab Bella membuat Beno dan Regan tertawa.Vian seketika cemberut. "Kok lo gitu sih?""Bercanda.""Mau gue suapin gak?" tawar Bella."Mau dong," jawab Vian dengan semangat."Susah ya kalau sama orang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • ARABELLA   Part 83

    "Lo tadi ngomong apa sama Sani?" Vian bertanya. Bella menggeleng. "Gak ngomong apa-apa. Kita kan cuma latihan soal.""Gak usah bohong. Tadi gue ketemu Alan, katanya lo berdua mau ngobol makanya dia keluar duluan." Vian memang sempat bertemu dengan Alan ketika sedang menunggu Bella."Cuma ngobrol masalah olimpiade doang kok.""Kalau soal olimpiade kenapa gak ngobrol sama Alan? Kenapa cuma lo sama Sani?""Ya gak tahu, kan Sani yang ngajak ngobrol. Udah ah, kok lo jadi kepo sih.""Bukan kepo, gue cuma mau mastiin aja kalau lo sama Sani gak bahas masalah kemarin.""Enggak kok." Bella berbohong. Kalau sampai Bella memberitahu yang ada malah makin rumit. Bisa-bisa Vian dan Sani akan makin ribut. Lebih baik Bella menyimpannya sendiri.Vian manggut-manggut. "Oke, kalau gitu kita makan es krim dulu, yuk. Ada tempat jualan es krim yang enak.""Gue ngikut aja deh."***"Bella." Seorang cowok mendekati Bella dan Vian ketika mereka sedang memakan es krim sembari mengobol."Lo Bella, kan?" tanya c

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06

Bab terbaru

  • ARABELLA   Epilog

    "VIAN!"Vian terkesiap dia langsung bangun dari tidurnya. "Ada apa Bell? Lo kenapa?" tanya Vian yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya.Bella tak segan menimpuk Vian dengan buku yang sedang dipegangnya. Membuat Vian meringis."Lo tuh ya gue kan suruh lo kerjain soal. Kenapa lo malah tidur?""Sorry, Bell. Gue ngantuk banget. Soalnya semalam nobar bola bareng Regan sama Beno.""Oh, jadi semalam lo suruh gue tidur duluan biar lo bisa begadang gitu? Pantes aja waktu gue chat lagi langsung centang satu. Lo sengaja matiin hp biar gue gak ganggu lo, kan?"Vian segera menggeleng. "Gak gitu, Bell. Lo salah paham. Gue bisa jelasin.""Gue gak butuh penjelasan lo. Lo sadar gak sih kita itu udah kelas dua belas. Udah waktunya buat belajar persiapan ujian. Emang lo mau nilai lo jelek terus gak keterima di kampus impian lo?""Enggak. Sorry, Bell, gue janji gak akan kayak gitu lagi.""Gue udah males dengar janji-janji lo. Sekarang lo kerjain soal-soal ini waktu lo cuma tiga jam. Awas aja kalau

  • ARABELLA   Part 120

    "Akhirnya tuan putri yang ditunggu-tunggu turun juga," ucap Vian ketika Bella menghampirinya.Bella sudah berpakaian rapi, tapi wajahnya terlihat jelas baru bangun tidur. Bahkan Bella beberapa kali menguap."Lo ngapain pagi-pagi ngajak gue pergi sih? Gue kan masih ngantuk. Masih pengin tidur.""Semalam kan gue udah sempat chat lo kalau kita mau jalan pagi.""Iya, tapi gue gak liat hp soalnya gue semalam begadang sama Sita sama Sani.""Ya udah, kalau lo gak mau pergi gak papa deh. Cancel aja.""Lah? Kok dibatalin sih? Kan gue udah siap-siap.""Iya, tapi lo kayak gak mau pergi gitu. Daripada nanti mood lo gak bagus mendingan gak usah aja." "Gue bukannya gak mau, Yan, tapi gue ngerasa kepagian aja perginya. Kan bisa kita keluarnya siang atau sore.""Gue ngajak pergi pagi karena gak mau kita kena macet, tapi kalau emang lo masih ngantuk ya udah tidur lagi aja.""Gimana sih lo? Gue kan udah siap-siap. Walaupun gue ngantuk, tapi kan gue mau pergi.""Percuma lo mau pergi kalau mood lo aja g

  • ARABELLA   Part 119

    "Kalian yang semangat belajarnya, ya. Apalagi udah naik kelas dua belas. Harus lebih fokus biar nilainya bagus dan bisa masuk kampus impian kalian." Alan berpesan sebelum dia pergi.Saat ini mereka sedang berada di bandara untuk mengantarkan Alan pulang ke Surabaya. "Lo juga semangat. Semoga bisa cepat dapat cewek baru ya biar gak gangguin Bella lagi," ucap Vian yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bella."Safe flight ya, Lan. Kalau udah sampe kabarin kita," ujar Sita.Alan mengangguk lalu beralih menatap Sani. "San, kalau yang lain gue minta buat rajin belajar gue minta lo istirahat yang banyak, ya."Sani mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Lo mau nilai gue jelek? Lo gak suka gue kalau gue masuk kampus bagus?"Alan segera menggeleng tidak mau membuat Sani salah paham. "Gak gitu. Gue cuma pengin lo bisa atur waktu buat kapan belajar dan kapan istrirahat. Jangan lo gunakan semua waktu lo buat belajar. Manusia juga butuh istirahat. Emang lo mau drop lagi kayak kemarin-kemarin? Sekar

  • ARABELLA   Part 118

    Vian mendekati Sani yang kebetulan sedang duduk di depan kelas. "San, gue minta maaf soal kemarin. Niat gue cuma mau nolongin lo.""San, kok lo diam aja?" Sani mengembuskan napas beralih menatap Vian. Beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Gue maafin kok.""Beneran?" Sani mengangguk. "Gue takut banget lo jadi benci sama gue karena kejadian kemarin. Terus bokap lo gimana? Marah sama lo gak?""Awalnya marah, tapi gue mutusin buat ungkapin semua yang selama ini gue pendam ke bokap gue. Karena gue capek selalu diam dan ikutin semua kemauan bokap gue. Syukurnya bokap gue sadar dan minta maaf ke gue. Bahkan hubungan kita udah jauh lebih baik."Vian tersenyum lega. Usahanya berhasil. "Syukur deh. Gue lega dengarnya. Soalnya dari kemarin Bella gak tenang banget.""Bella? Gak tenang gimana?""Ya dia takut lo malah diamuk sama bokap lo. Makanya dia jadi kepikiran terus.""Thanks ya, udah mau bantuin gue. Emang sih gue marah karena tindakan lo yang bisa dibilang lumayan membahayakan gue, tap

  • ARABELLA   Part 117

    "Lo berdua ngapain ke sini?" Sani terlihat tidak senang ketika Vian dan Bella datang ke rumahnya.Mungkin kalau tidak ada mamanya Sani sudah mengusir mereka. Karena saat ini dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun."Gue mau ketemu bokap lo."Sani mengerutkan keningnya. "Mau ngapain?" Tentu saja Sani heran karena tidak biasanya Vian ingin bertemu dengan papanya. "Mau kasih oleh-oleh dari bokap gue.""Harus banget nunggu bokap gue? Gak bisa dititipin ke gue?"Vian menggeleng. "Bokap gue udah kasih amanah buat gue untuk kasih langsung ke bokap lo tanpa perantara.""Tapi bokap gue baliknya malam. Lo mau nunggu lama?""Gak papa kok. Lagian kita juga gak ada urusan mendadak sih. Jadi kita bisa nunggu lama. Iya kan, Bell?"Bella hanya mengangguk.Sani mengembuskan napas kasar. Terlihat jelas dia tidak suka, tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan mereka.***"Loh, ada Vian." Irvan, papa Sani yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Untungnya mereka tidak dibuat menun

  • ARABELLA   Part 116

    "Kenapa lo baru bilang kalau lo mau balik ke Surabaya? Kenapa lo cuma ngomong ke Bella? Kenapa gue enggak? Emang teman lo Bella doang?" Pertanyaan beruntun diberikan Sita pada Alan saat Alan memberitahunya kalau dia akan kembali ke Surabaya."Makanya sekarang gue bilang ke lo kan.""Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa gak dari lama? Bella udah tahu duluan. Lo gak anggap gue teman lo, ya? Iya, gue tahu emang gue jarang ngobrol sama lo, tapi kan setidaknya gue juga harus tahu." Ekspresi Sita terlihat kesal.Alan mengembuskan napasnya sejenak. "Oke, gue salah. Gue minta maaf karena baru ngomongnya sekarang. Lo mau kan maafin gue? Gue traktir apapun yang lo mau sebelum gue balik."Sita menatap Alan sinis. "Lo pikir gue bisa disuap sama makanan?""Gak gitu, Ta. Gue cuma pengin lo maafin gue aja. Kalau lo gak mau gue traktir terus lo mau gue gimana biar bisa lo maafin?"Sita terdiam cukup lama sembari sibuk dengan ponselnya. "Gue mau lo hari ini beliin semua yang gue mau. Nih listnya." Sita m

  • ARABELLA   Part 115

    "Bella!" Sita berlari menghampiri Bella lalu memeluknya erat. "Gue bangga banget sama lo, Bell. Lo emang terbaik. Gue tahu lo emang hebat. Dengan kayak gini lo bisa nutup mulut orang-orang yang selalu beranggapan kalau lo itu gak ada apa-apanya dibanding Sani," ujar Sita sembari melirik sinis beberapa siswa yang lewat. Sita ingat betul kalau siswa-siswa tersebut adalah orang yang pernah meremehkan Bella karena Bella berhasil meraih peringkat pertama saat ujian tengah semester mengalahkan Sani.Bella mengembangkan senyumnya. "Makasih Ta, tapi kayaknya lo agak berlebihan deh mujinya. Gue biasa-biasa aja kok. Gak sehebat itu.""Udah deh gak usah merendah gitu. Gue tahu lo paling hebat. Sorry ya kemarin gue gak ngucapin."Bella mengangguk. "Iya, gak papa kok. Kan lo sakit. Masa gue mau marah sama lo yang lagi sakit.""Btw, gue belum liat Sani. Ke mana ya dia?"Bella menatap Sita sedikit heran. Tidak biasanya Sita menanyakan Sani. Apa mungkin Sita sudah tidak marah lagi dengan Sani?"Belum

  • ARABELLA   Part 114

    "Yan, daftar peringkat nilai UAS udah keluar. Lo gak mau liat?" tanya Regan."Nanti aja." "Loh? Kenapa? Bukannya lo nunggu dari kemarin?""Emang, tapi gue gak siap. Gue takut gak sesuai sama harapan gue. Gue takut ngecewain Bella.""Lo kan udah usaha, Yan. Bella juga pasti ngerti kok."Vian menggeleng. "Syarat gue baikan sama dia kan peringkat gue harus bagus. Gue gak yakin kalau gue bisa masuk sepuluh besar.""Mungkin Bella ngomong kayak gitu biar lo lebih rajin belajar. Percaya sama gue Bella pasti bakal bangga sama lo apalagi ngeliat usaha lo yang belajar mati-matian.""Gan! Regan!" "Apasih Ben? Teriak-teriak emang gue budek.""Lo udah liat peringkat lo belum? Gila, lo di peringkat sebelas, bro! Gak nyangka gue. Keren juga lo," ucap Beno yang begitu antusias.Regan tersenyum bangga. "Iya lah, emang lo peringkat lima puluh."Beno menatap Regan sinis. "Sombong amat!" Beno beralih menatap Vian. "Lo gak mau ngecek peringkat lo? Tadinya mau gue foto, tapi keburu rame jadinya gak sempa

  • ARABELLA   Part 113

    "Kenapa?"Terdengar helaan napas lega dari seberang sana ketika Bella menjawab telepon masuk. 'Akhirnya lo angkat juga. Gue telfon daritadi hp lo gak aktif.'"Sengaja gue matiin biar fokus belajar."'Masih belajar gak? Takutnya gue ganggu.'"Kenapa?" Bella kembali bertanya karena belum mendapatkan jawaban.'Gue cuma mau bilang kalau lo jangan salah paham ya soal yang lo liat tadi. Gue tadi cuma berusaha buat nenangin Sani.'"Oke." Setelahnya Bella langsung memutuskan sambungan panggilan begitu saja. Bella kembali mematikan ponselnya karena dia tahu Vian pasti akan kembali menghubunginya dan dia sedang tidak ingin diganggu.Bella mengerti kalau Vian memang mencoba untuk menenangkan Sani. Hanya saja sebagai pacar Vian tentu Bella merasa cemburu, tapi tidak mungkin dia memperpanjang masalah karena Bella malas ribut di hari-hari yang penting ini. Yang ada malah membuat dia tidak fokus belajar dan akan mempengaruhi nilai ujiannya. Lagipula Vian juga sudah berusaha untuk menjelaskan padanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status