Home / Lainnya / ARABELLA / Dia siapa?

Share

Dia siapa?

Author: nabilajihan
last update Last Updated: 2021-08-28 11:33:32

Kini Ara dan Winda sedang berada di rumah sakit. Beberapa menit lalu baru saja Meyra masuk di dalam ruangan untuk ditangani dokter

"Kalau ada apa apa yang terjadi pada anak saya, kamu saya hukum," ancam Winda sambil mondar mandir di depan ruangan tempat Meyra diperiksa.

Sedangkan Ara hanya duduk di kursi sambil menunduk. Dia juga tidak tahu kalau Meyra alergi udang, kalaupun dia tahu maka dia akan memisahkan udang dengan sop-nya.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Winda langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangannya.

"Alhamdulillah, anak ibu baik baik saja. Untungnya tadi dia tidak memakan udangnya terlalu banyak sehingga alerginya tidak begitu parah. Nanti saya akan buatkan resepnya, saya permisi dulu," jelas dokter tersebut lalu pergi meninggalkan Winda dan Ara.

Winda pun segera masuk ke dalam ruangan Meyra. Sedangkan Ara masih terdiam di luar.

"Masuk nggak, ya?" pikir Ara lalu dia memutuskan untuk masuk.

"Udah puas lo bikin gue masuk rumah sakit," sinis Meyra saat Ara mulai memasuki ruang inapnya.

"Emmm, maaf Mey, aku nggak tahu kalau kamu---

"Alaahhh jangan alasan deh. Lo tuh pasti mau bikin gue celaka kan, lagian juga pasti lo tau kalau gue gak bisa makan udang. Mama juga nggak pernah masak udang." Meyra memotong ucapan Ara dan mulai emosi.

"Maaf," lirih Ara pelan.

"Ma, kayaknya dia harus dihukum deh," ucap Meyra lalu tersenyum sinis.

"Hah?" Ara mendongakkan wajahnya.

"Ng, ma. Ara jangan dihukum, Ara minta maaf" lanjutnya.

"Hukum aja, ma. Mama nggak liat, dia udah bikin Meyra kesakitan gini sampai masuk rumah sakit?" bujuk Meyra agak ibunya itu mau menghukum Ara.

"Oke, mama akan hukum Ara supaya kamu itu lebih hati hati lagi. Untung saja Meyra tidak terlalu parah." Winda menyetujui usulan Meyra, sedangkan Meyra tersenyum kemenangan sembari menatap ke arah Ara yang mulai ketakutan.

"Ikut saya." Winda berdiri dari duduknya lalu mulai menarik tangan Ara menuju entah kemana. Ara juga sesekali meringis karena cengkraman Winda yang sangat kuat di tangannya.

Winda membawa Ara menuju ke dalam toilet wanita dan mendorongnya ke dalam sana.

"Ma, mama mau apain Ara" lirih Ara yang hampir menangis.

"Saya mau kasih pelajaran buat kamu," ujarnya singkat, lalu...

Byurrrr

"Hahhh ma...ma mama," ucap Ara gelagapan. Sungguh, air di rumah sakit ini dingin sekali seperti es. Winda terus terusan mengguyur Ara dengan air yang ada di bak mandi hingga habis, lalu meninggalkan Ara begitu saja yang masih gemetar kedinginan di dalam sana.

"Dingiiinnn," ujarnya yang mulai kedinginan.

Bagaimana Ara bisa keluar dengan keadaan basah kuyup seperti ini. Yang ada malah semakin mempermalukan dirinya sendiri.

"Tolongggg," lirih Ara, barangkali didengar oleh seseorang yang berada di toilet itu.

Sudah hampir 20 menit Ara terjebak di dalam kamar mandi tersebut, namun tidak ada satu orang pun yang menolongnya.

Sampai akhirnya Ara memberanikan diri untuk keluar dengan keadaan setengah basah. Ia sudah tidak kuat lagi berada di dalam sana.

Keadaan kamar mandi yang berada di pojok lorong sepertinya yang membuat jarang orang yang berlalu lalang disini.

Bruukk

"Aduhh"

Ara tidak sengaja menabrak seseorang saat sedang berjalan.

"M-maaf," cicit Ara kemudian berlalu dari sana. Namun lengannya ditahan membuat Ara membalikkan badannya sambil menahan hawa dingin yang menusuk badannya.

"Loh, kak Reino?"

Saat ini Ara duduk di kursi, dia sedang menunggu Reino yang katanya akan mengambilkan baju ganti untuknya.

"Ini, pakai." Ara yang sedang menunduk langsung mendongakkan kepalanya dan melihat Reino yang memberikan paper bag untuk Ara.

Ara tersenyum dan menerimanya dengan senang hati.

"Makasih, kak," ucap nya lalu pergi ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

"Akhh ini basah, gimana aku bisa pakai," gumam Ara saat memegang bra nya yang basah kuyup. Tidak mungkin juga dia masih memakainya, mungkin lebih baik Ara lepas saja.

"Ini juga basahh, gimana dong," gumam Ara lagi ketika melihat celana dalamnya yang juga basah. Tidak mungkin kan Ara harus melepasnya juga dan keluar tidak memakai celana dalam. Apalagi baju yang diberikan Reino sedikit...pendek.

Setelah hampir 10 menit Ara di dalam, kini ia keluar dengan memakai rok pendek sepaha dan kaos putih oversize. Sengaja Ara menggerai rambutnya dan meletakkannya di depan agar tidak terlalu nampak kalau dia tidak memakai bra.

"Eh?"

Ara sedikit terkejut. Dia pikir Reino sudah pergi, ternyata dia masih ada di kursi, sepertinya sedang menunggunya.

"Kak," panggil Ara membuat Reino mendongak.

Reino menatap Ara dari atas sampai bawah dengan tatapan yang sulit diartikan, tapi Ara tidak menyadari hal itu.

"Saya antar pulang." Reino menarik tangan Ara menuju ke parkiran rumah sakit.

"T-tapi kak---

"Lebih baik kamu bersama Reisya dulu," ucap Reino lalu masuk ke dalam mobilnya.

Sebenarnya Ara mau ikut Reino, namun takut kalau mamanya marah dan akan menghukumnya lagi. Sebaiknya dia mengabari mamanya

Mama:

Ma, Ara ke rumah Reisya dulu ya. Ara minta maaf, semoga Meyra cepat sembuh

Ara hanya memperhatikan handphonenya itu. Chat yang ia kirimkan masih centang satu, tumben sekali. Pikirnya

Tin tin

Ah, Ara sampai lupa kalau dia ditunggu Reino. Dengan cepat Ara membuka pintu penumpang di belakang, karena sedikit tidak enak jika duduk di depan bersebelahan dengan Reino.

"Kenapa kamu duduk disitu?" tanya Reino membuat Ara berkerut

"Pindah disini" lanjutnya. Mau tidak mau, Ara turun dan duduk di depan, samping Reino. Sebenarnya agak awkward namun biarlah, toh Reino juga kakak sahabatnya sendiri.

Sesampainya di parkiran rumah, rumah Reisya nampak sepi sekali. Mobil kedua orang tua Reisya pun tidak terlihat.

"Masuk," ujar Reino lalu keluar dari mobil dan diikuti Ara di belakangnya.

Ceklek

Pintu terbuka dan ya, memang keadaan rumah Reisya sangatlah sepi. Apakah tidak ada orang?

"Abaaaanggg," teriak seseorang dari atas.

"Ehh."

"Araaaaaaaaa," teriak Reisya yang baru turun lalu memeluk Ara dengan erat.

"Kangen," rengeknya membuat Ara terkekeh. Padahal terakhir mereka bertemu itu lusa, saat masuk sekolah namun seperti tidak bertemu bertahun tahun saja.

Reino yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas lalu berjalan menuju kamarnya. Dia tidak minat dengan obrolan dua wanita itu dan memilih untuk bermain game di kamarnya.

"Kok kamu bisa bareng sama bang Reino sih?" tanya Reisya ketika mereka sudah berada di kamar. Sekarang mereka sedang berada di kamar Reisya sambil memakan snack dan sedikit bercerita. Rencananya, Reisya akan mengajak Ara untuk ke mall sore ini.

Ara berpikir sejenak. Sebaiknya, dia cerita atau tidak.

"Oh iya, tumben kamu pakai baju pendek? Biasanya pake panjang. Apalagi pake rok sependek ini, bukan Ara banget deh" lanjut Reisya yang membuat Ara bingung.

Melihat raut wajah Ara yang nampak bingung dan sedikit ada beban, Reisya menepuk pundak sahabatnya itu pelan.

"Mau cerita?" tanyanya membuat Ara sedikit mengangguk.

"Jadi...." Ara bercerita kepada Reisya tentang kejadian tadi pagi hingga di rumah sakit. Reisya yang mendengar itu ikut geram sendiri. Ia memeluk Ara erat. Ia tahu apa yang sering dialami Ara akhir akhir ini, dia juga sudah kenal Ara dari kecil, jadi dia tau masalah Ara ini berawal dari mana. Bahkan kehidupan Ara yang dulu dengan yang sekarang sangat jauh berbeda. Bukannya lebih baik malah lebih buruk membuatnya turut sedih ketika mendengar keluh kesah dari Ara.

"Kamu yang kuat ya, aku yakin kamu pasti bisa. Inget kata bunda, kamu jangan jadi anak yang lemah. Kamu harus kuat agar bisa membahagiakan bunda di sana." Reisya menepuk nepuk punggung Ara ketika merasakan Ara mulai terisak. Dirinya pun tidak mampu menahan tangisnya. Sesulit itukah kehidupan sahabatnya ini, semoga kedepannya lebih baik lagi. Semoga.

"Oh iya, aku boleh numpang jemur baju ga? baju aku basah hehehe," ucap Ara sambil cengengesan dan dibalas tawa oleh Reisya.

"Ayo, keburu bau ntar." Reisya menarik tangan Ara untuk turun mengambil baju yang masih berada di mobil Reino.

Hari sudah sore, Ara baru saja terbangun dari tidurnya. Mereka ketiduran tadi setelah menjemur baju milik Ara.

"Rei, Reisya," panggil Ara membuat Reisya menggeliat.

"Apa?" jawab Reisya dengan suara serak khas bangun tidur. Ia duduk sambil mengucek ngucek matanya lalu menoleh ke arah jam dinding.

"Pinjem mukena, aku mau shalat," ujar Ara membuat Reisya mengangguk lalu berdiri dan mengambil mukenanya.

"Gantian ya, mukena aku yang satunya lagi dicuci." Reisya memberikan mukena hitamnya kepada Ara membuat Ara mengangguk dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

"Abaaaanggg," teriak Reisya membuat Ara menutup telinganya. Teriakan Reisya ini mampu membuat telinganya berdenging.

"Jangan teriak teriak, Sya," peringat Ara membuat Reisya cengengesan.

"Kenapa?" tanya Reino yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Reisya sama Ara mau ngemall dulu. Nanti pulang kok, oke," ucap Reisya izin kepada Reino lalu menarik Ara keluar kamar sebelum mendapat jawaban dari Reino.

"Kak Reino belum jawab loh,"

"Udah, pasti kita diizinin. Ayo, masuk"

Mereka berdua pun menuju ke mall menggunakan mobil Reisya. Reisya ini sudah bisa naik mobil sendiri walaupun masih belum punya SIM atau KTP.

"Sya, nggak takut ditilang polisi?" tanya Ara was-was.

"Nggak akan, aku ini udah pro. Jadi tenang aja nikmati pemandangan," jawab Reisya santai membuat Ara mencebik.

"Pemandangan apaan, pemandangan motor sama mobil yang lewat?" cibir Ara membuat Reisya terkekeh.

"Tau sendiri lah, kita hidup di kota besar, jarang jarang nemuin tempat yang adem kalau nggak di daerah yang agak di pedesaan. Apalagi di jalan raya kayak gini," jelas Reisya membuat Ara mengangguk.

Ara pun hanya diam sambil sesekali melirik ke arah samping.

Setelah 10 menit perjalanan, mereka berdua sudah sampai di mall yang cukup terkenal disana. Mereka pun segera masuk ke dalam untuk sekedar jalan jalan atau jika khilaf mereka akan membeli satu barang.

"Nonton yuk, mau gak?" tawar Reisya membuat Ara mengangguk semangat.

Mereka pun akhirnya menuju ke lantai atas untuk menonton film. Ketika sudah sampai di tempat pemesanan tiket, Ara mengedarkan pandangannya dan tak sengaja melihat Winda dengan........

"Dia siapa?" batin Ara

"Ayo, Ra." Ara menoleh ke arah Reisya lalu mengangguk dan masuk ke dalam bioskop.

Pikiran Ara masih berkecamuk. Siapa orang yang bersama Winda tadi, mereka nampak begitu dekat.

Apa mereka.......

Related chapters

  • ARABELLA   Berubah?

    Kini Ara sudah sampai di rumah. Tadi sebenarnya Reisya menawarkan agar Ara menginap dulu di rumahnya namun Ara menolak karena tidak ada ayahnya dan mungkin dia akan dimarahi oleh mamanya."Tau gini aku nginap aja di rumah Reisya, Meyra kayaknya masih dirawat deh," ucap Ara yang kini sedang menonton film di kamarnya.Reisya💜 is calling...Halo?Halo, Ra. Gimana?Dirumah nggak ada orang, kayaknya mama sama Meyra belum pulang.Tau gitu kamu nginap aja di rumahku, mau aku jemput nggak?Eh, ngapain? Nggak usah. Aku di rumah ajalah, lagian besok besok juga bisa nginap ke rumahmu.Ohhh okedeh, oh iya aku dipanggil mama buat makan, aku makan dulu ya. ByeeeIya, byeeReisya mematikan teleponnya secara sepihak lalu Ara juga teringat dirinya belum makan dari tadi

    Last Updated : 2021-08-28
  • ARABELLA   Jalan-jalan

    "Araaaaaaa."Ara yang mendengar itu langsung terduduk. Kenapa Meyra memanggilnya?CeklekTerlihat Meyra yang sudah berpenampilan rapi. Mau kemana dia?"Mau kemana?" tanya Ara."Ke mall, ikut nggak?" tawar Meyra membuat Ara bingung, tumben sekali Meyra menawarinya untuk ikut."Temenin gue, yuk." Meyra mendekat ke arah Ara lalu duduk di sampingnya."Yaudah, aku mau cuci muka bentar," ujar Ara lalu masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Meyra keluar dari kamar Ara menuju kamarnya sendiri.Ara berdiri di depan lemarinya lalu memandang baju baju yang terletak disana. Jika dipikir pikir, banyak sekali bajunya ini. Kapan dia membelinya ya?Akhh ini bukan waktunya untuk memikirkan itu, sekarang waktunya untuk bersiap siap karena sepertinya Meyra sudah menunggu.CeklekMeyra menyembulkan kepalanya l

    Last Updated : 2021-08-29
  • ARABELLA   Datang

    Kini mereka berdua dalam perjalanan pulang. Setelah membicarakan Satria tadi, Meyra banyak berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun membuat Ara bingung. Ingin bertanya, namun takut salah. Jadi lebih baik diam saja.Sesampainya di rumah, terdapat mobil seseorang yang tidak Ara dan Meyra kenal membuat mereka berdua saling pandang. Dengan segera, Meyra keluar dari mobil dan berlari menuju ke dalam rumah. Ara yang melihat hal itu bingung dan ikut mengejar Meyra."Meyra," panggil Ara membuat Meyra menoleh."Lo kenal ini mobil siapa?" tanyanya membuat Ara menggeleng. Ara saja tidak tahu, kenapa malah bertanya."Apa mama udah pulang?" celetuk Ara membuat Meyra terdiam."Bisa jadi, ayo masuk." Meyra dan Ara melangkah masuk dan menuju ke kamar Winda.Tok tok tok"Mamaaaa," panggil mereka berdua namun tidak ada jawaban."Maaaa," panggil

    Last Updated : 2021-08-29
  • ARABELLA   Pindah

    Setelah sarapan tadi, sekarang Ara sedang cuci piring. Tadi Winda mengancamnya untuk cuci piring, lalu saat ditanya oleh Evan mengapa Ara yang mencuci piring, dengan pintar Ara mengelak dengan alasan bergantian karena tadi ia tidak membantu berberes rumah.Kini ia sedang berada di dapur berkutat dengan piring piring kotor yang sedang ia cuci. Dari ruang tamu terdengar suara gelak tawa dari Meyra, Winda maupun Evan. Mereka bercanda tawa sedangkan Ara disini sedang melakukan tugas rumah. Ara rindu ayahnya yang dulu. Rindu keadaan yang dulu, Ara rindu bunda juga. Air mata Ara ingin menetes namun dengan cepat Ara menahannya. Dia tidak boleh menangis, dia sudah berjanji kepada bundanya untuk selalu tersenyum.Selesai mencuci piring, Ara akan kembali ke kamarnya saja, namun Evan memanggilnya membuatnya mau tak mau menghampiri nya."Ara, kamu mau ikut jalan jalan?" ujar Evan membuat Ara tersenyum. Tak sengaja matanya menangkap Winda yang memelototinya

    Last Updated : 2021-08-30
  • ARABELLA   Orang itu

    Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Kini Ara dan Reisya juga tengah menikmati makanannya. Sesuai janji, Ara mentraktir sahabatnya itu makan bakso dan juga jus alpukat. Saat sedang asyik mengobrol, atensi mereka tertuju pada gadis gadis yang baru masuk ke dalam kantin. Suasana kantin menjadi ricuh karena kedatangan Ellyn dan Sisca. Mereka adalah mouswanted SMA Permata. Tapi yang membuat Ara heran, disana ada Meyra. Apakah Meyra bergabung dengan geng Ellyn? Apakah Meyra juga akan ikut ikutan menjadi tukang bully seperti Ellyn?"Ra, itu si Meyra," ujar Reisya membuat Ara mengangguk. Mereka berdua terus saja memperhatikan Meyra yang berjalan dirangkul oleh Ellyn. Seperti sudah akrab lama, mereka pun mulai bercengkrama sembari tertawa."Ih, jangan sampe deh Meyra ketularan Ellyn jadi tukang bully," celetuk Ara membuat Reisya mengeryit."Lah, biarin aja. Orang jahat emang cocok temenan sama orang jahat," julid Reisya membuat Ara menggeleng.&nbs

    Last Updated : 2021-08-31
  • ARABELLA   Anak pembantu

    "Ngapain cari mama?"Laki laki itu terdiam lalu menggelengkan kepalanya membuat Ara bingung."Sampaikan salam kepada Winda, dari Rd," ujarnya lalu berlalu begitu saja dari rumah Ara."Eh, om," teriak Ara namun diabaikan oleh orang tersebut."Lah, itu om om kenapa," gumamnya."Siapa, Ra." Reisya menepuk pundak Ara yang sedang melamun membuat Ara kaget."Eh ayam, astaghfirullah""Ayam ayam, udah ayo makan ntar keburu dingin," ajak Reisya kembali menarik Ara ke meja makan. Mereka berdua pun makan dengan tenang.Malamnya, mereka berdua berada di ruang tamu untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru mereka. Dari tadi Reisya menggerutu tidak jelas masalah tugas yang diberikan Bu Evi, guru baru mereka."Masa baru hari pertama udah dikasih tugas sebanyak ini sih,""Harusnya tuh hari pertama cuman perkenalan doang

    Last Updated : 2021-08-31
  • ARABELLA   Surat

    Kini Ellen, Sisca, Ara dan Reisya tengah berada di ruang BK. Tadi mereka sempat kepergok oleh kakak OSIS karena pertengkaran itu."Kalian ini bagaimana bisa sampai bertengkar seperti itu,""Kamu juga, Arabella. Sebagai murid teladan harusnya kamu bisa melerai mereka." lanjut Bu Siti selaku guru bimbingan konseling. Bu Siti ini orangnya tidak terlalu galak, namun tegas. Banyak anak anak yang takut dengan Bu Siti karena tatapannya yang tajam dan suaranya yang sangat menakutkan."Terutama kamu, Reisya. Selama kamu sekolah di sini nama kamu sama sekali tidak pernah tertulis di buku, tapi kenapa sekarang muncul, Reisya?" tanya Bu Siti frustasi. Mengapa anak didiknya ini menjadi seperti ini?"Maaf, Bu," ucap Ara dan Reisya bersamaan."Jelaskan kronologis awalnya."Ellen membuka suara membuat Reisya membekap mulutnya."Hmmhhh," gumam Ellen yang mulutnya dibekap o

    Last Updated : 2021-09-02
  • ARABELLA   Kembali

    3 hari setelah kejadian tersebut, Ara tidak pernah lagi menerima surat atau apapun. Hal itu membuat Ara sedikit lega dan tenang. Sekarang ia sedang berada di dapur untuk memasak karena sebentar lagi Evan, Winda dan Meyra akan datang."Assalamualaikum, Ara," teriak seseorang dari luar membuat Ara segera mematikan kompor dan berlari ke arah depan."Ayahhh," balas Ara lalu berhambur ke pelukan Evan."Kangen ayah?" Ara hanya mengangguk di dalam pelukan Evan."Ayah bawa oleh-oleh, ayo dibuka," ajak Evan kepada Ara."Ara lagi masak yah, mau makan dulu?" tawar Ara membuat yang lainnya mengangguk sedangkan Ara langsung kembali menuju dapur."Wahh, enak sekali makanannya," puji Evan membuat Ara tersenyum senang. Lagi lagi ia mendapat perlakuan baik dari Evan.Setelah selesai makan, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membuka hadiah.Ara diberikan 5 paper bag oleh Evan."Ayah, ban

    Last Updated : 2021-09-04

Latest chapter

  • ARABELLA   Nasi goreng spesial

    "Loh? Kok kamu udah dateng sih?" tanya Ara yang baru turun dari mobil bersama Reisya. Mereka kaget karena Satria yang tiba-tiba sudah nangkring di depan rumah Reisya."Ya ngga boleh cepet-cepet?" tanya Satria membuat Ara menggeleng. "Ya boleh. Siapa bilang nggak boleh," jawabnya membuat Satria mengangguk."Yaudah yuk masuk, nggak enak kalo di luar terus," ajak Reisya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sangat sepi karena Reino yang pergi ke luar kota bersama temannya dan orang tua Reisya yang berada di luar negeri."Om sama Tante nggak pulang, Sya?" tanya Ara membuat Reisya menggeleng. Ara hanya ber-oh saja."Gimana Meyra? Udah sampe rumah kan?" Ara bertanya kepada Satria dan dibalas dengan gelengan."Loh?""Aku tinggalin. Lagian ya, Ra. Si Ellen sama Sisca tuh belum pulang. Jangan percaya deh sama sandiwara mereka," jelas Satria membuat Ara menghela napas lalu mengangguk."Oke,"

  • ARABELLA   Ibarat pengganggu

    Tidak ada yang spesial di hari Minggu ini. Besok sudah Senin saja, waktunya upacara. Sebenarnya, meskipun Ara pintar, ia juga seperti murid pada umumnya yang tidak menyukai upacara. Panas, capek, keringetan, pegel semua.Ara sudah selesai belajar dan menyiapkan buku mapel untuk besok. Rencananya, besok setelah pulang sekolah ia akan mampir sebentar ke rumah Reisya untuk mengerjakan tugas kelompok.BrukAra merebahkan dirinya di kasur. Ia menatap langit kamarnya lalu tersenyum. Beberapa hari ini, kehidupannya berjalan dengan baik. Hari-harinya menjadi bahagia. Tidak ada yang melakukan kejahatan pada dirinya, ia selalu diperlakukan baik oleh semua orang. Senang? Tentu saja. Akhirnya kehidupannya yang dulu kembali walaupun tak sepenuhnya."Kangen bunda," lirihnya lalu menatap pigura yang selalu ia letakkan di atas nakas."15 September, sebentar lagi bunda ula

  • ARABELLA   Semuanya berubah?

    Paginya, Ara sudah sampai di sekolah. Betapa kagetnya dia karena sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak teman-teman lainnya yang meminta maaf kepada Ara."Ra," panggil Reisya ketika Ara sudah duduk di sampingnya."Ini semuanya beneran minta maaf tau, Sya," jelas Ara membuat Reisya mengangguk. Reisya juga tidak habis pikir, sebenarnya mereka benar-benar berubah atau tidak."Tapi kamu jangan langsung percaya gitu aja, Ra. Takutnya kamu dijebak," ujar Reisya serius membuat Ara mengangguk. Benar, ia jangan terlalu percaya begitu saja kepada Meyra dan yang lainnya. Siapa tau ini hanya bualan mereka semata."Oh iya, Minggu depan Meyra ulang tahun, kayaknya kamu juga bakalan diundang deh."Reisya terkaget, "hah? Dirayain lagi?""Ya iya, kan emang biasanya gitu," ujar Ara membuat Reisya menggeleng."Terus ka

  • ARABELLA   Ara yang baper

    "Salepnya digunakan secara rutin ya, agar segera pulih dan bekasnya tidak terlihat," jelas dokter membuat mereka mengangguk."Baik, dok. Terima kasih,"Setelah kepergian dokter, mereka bertiga berdiam di ruangan. Tanpa mengucapkan kata sedikitpun.Lalu atensi mereka teralihkan karena mendengar pintu ruangan yang terbuka."Araaa," teriak Meyra, Ellen dan Sisca. Hah? Mereka kenapa?Satu-persatu mereka memeluk Ara yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Sedangkan Reisya dan Satria saling tatap."Ara, maafin kita karena udah buat jahat sama kamu," ujar Ellen tiba-tiba membuat semuanya kaget.Bisa gitu ya?"Iya, Ra. Maafin juga ya kita udah bikin kamu masuk rumah sakit terus. Aku bakal bayarin biaya rumah sakitnya.""Ga perlu," tolak Satria dengan tegas. Wajahnya yan

  • ARABELLA   It's okay (Arabella)

    Pagi ini, Ara sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Berusaha mungkin ia akan menguatkan mentalnya karena pasti saat disekolah ia akan dibully habis-habisan mengingat kejadian kemarin yang tersebar luas seantero sekolah."Sayang, sini duduk," ajak Evan membuat Ara tersenyum dan duduk di samping ayahnya."Berani juga, Lo masuk sekolah," batin Meyra sembari menatap Ara sinis."Ada apa, Mey?" tanya Evan yang tidak sengaja melihat Meyra yang sedang menatap Ara."Eh, nggak yah." Meyra gelagapan sendiri lalu beralih memainkan ponselnya. Semoga saja ayahnya tidak ada curiga terhadapnya."Ara nanti ayah yang antar ya?" tanya Evan membuat Ara terdiam sejenak kemudian mengangguk."Meyra?" Evan beralih bertanya pada anaknya itu. Ya walaupun bukan anak kandungnya setidaknya Evan berusaha adil kepada mereka berdua.

  • ARABELLA   Orang misterius

    Disini Ara sekarang, gudang belakang rumahnya. Tadi setelah di siksa oleh Angel dan Sisca, Ara langsung dimasukkan ke dalam gudang belakang. Badannya menggigil karena kedinginan. Bahkan ia saja masih memakai seragam."Aakhh, bunda," lirihnya. Suasana gudang yang gelap ditambah dengan cuaca yang mulai dingin membuat Ara semakin menggigil.Ia ingin meminta bantuan juga tidak mungkin, kepada siapa ia akan meminta bantuan. Berteriak pun percuma, ini gudang belakang tidak ada seorangpun yang akan mendengar."Tolongin Ara," lirihnya. Bibirnya sudah pucat pasi, terlebih dia belum makan sejak siang tadi. Kepalanya sudah mulai berkunang-kunang, tubuhnya siap untuk ambruk namun tidak jadi karena pintu gudang sudah dibuka."Heh, keluar lo," teriak Meyra dari luar membuat Ara berdiri dan berjalan pelan menuju pintu gudang."Buruan, lama banget sih." Meyra menarik lengan Ara dan dibawanya masuk ke dala

  • ARABELLA   Yang bisa membuat malu

    "Makasih, Sat." Ara menurunkan dirinya dari motor milik Satria dan melepas helm milik laki-laki itu."Sama-sama, besok berangkat sekolah aku yang anter ya?" tawar Satria membuat Ara dengan cepat menggeleng."Loh, kenapa?" tanya Satria bingung sedangkan Ara berpikir keras untuk mencari alasan."Ra, ayah kamu lagi sakit, gak mungkin juga kan anterin kamu,""Reisya juga, akhir-akhir ini dia berangkat telat kan? Kamu juga cerita katanya Reisya nggak bisa dihubungi," ucap Satria membuat Ara semakin bingung."Nggak, aku nanti sama pak supir aja, mungkin berangkat bareng sama Meyra," ujar Ara membuat Satria mengernyit."Bukannya kamu bilang supir kamu lagi cuti, ya?""Astaga," batin Ara menepuk dahinya pelan."Ra, segitu nggak maunya kamu berangkat sama aku?" ucap Satria lirih."Ah nggak, Sat. Aku dengan senang hati mau berangkat sama kamu kok, tapi untuk besok nggak dulu, ya," ucap Ara

  • ARABELLA   Cinta segitiga

    Sesampainya di rumah, Ara merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Ingatannya masih terbayang tentang kejadian tadi saat ia melihat Reisya bersama Reino di hotel.Ara terduduk. Ia berinisiatif akan menelepon Reisya agar memastikan gadis itu baik-baik saja.Sudah hampir 10 kali namun Reisya tak menjawab panggilannya padahal jelas-jelas disitu sedang berdering. Ara semakin khawatir dengan apa yang dialami Reisya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa.Tok tok tok"Masuk,"Masuklah Meyra yang langsung duduk di ranjang milik Ara."Kenapa?" tanya Ara sembari mendudukkan dirinya."Lo bisa jauhin Satria?" ucapnya dengan tatapan tajam membuat Ara bingung."Untuk?""Gue suka sama Satria!!" bentak Meyra membuat Ara berjingkat kaget. Apakah iya?"Aku sama Satria cuman sebatas teman aja, nggak lebih. Kamu boleh suka sa

  • ARABELLA   Musibah

    "Heh!" Seseorang menarik rambut Ara dari belakang membuat sang empu hampir saja terjengkang jika tidak berpegangan pada tiang."Lo pake pelet apa? Hah?" hardik Ellen kepada Ara. Ara yang tidak tahu maksudnya hanya mengerutkan kening."Gak usah pura-pura nggak tau. Lo itu ganjen banget sama si anak baru itu ya," tuduh Sisca makin-makin."Siapa? Awhh, Satria?" Ara mulai membuka suaranya dan berusaha melepas cengkraman tangan Ellen."Berani-beraninya lo berangkat bareng gebetan gue, mau lo apa sih, dasar anak pembantu,"PlakMeyra menampar keras pipi kanan Ara membuat sang empu meringis hingga menimbulkan bekas merah."WOY APA-APAAN LO," teriak seseorang dari arah sana. Semuanya menoleh dan mendapati, Reisya? Apakah itu Reisya?"Sya?" Ara juga tak kalah terkejut sama seperti siswa-siswi lain. Reisya yang, berbeda. Ya, rambutnya yang ia potong

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status