Beranda / Lain / ARABELLA / Jalan-jalan

Share

Jalan-jalan

Penulis: nabilajihan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-29 19:32:00

"Araaaaaaa."

Ara yang mendengar itu langsung terduduk. Kenapa Meyra memanggilnya?

Ceklek

Terlihat Meyra yang sudah berpenampilan rapi. Mau kemana dia?

"Mau kemana?" tanya Ara.

"Ke mall, ikut nggak?" tawar Meyra membuat Ara bingung, tumben sekali Meyra menawarinya untuk ikut.

"Temenin gue, yuk." Meyra mendekat ke arah Ara lalu duduk di sampingnya.

"Yaudah, aku mau cuci muka bentar," ujar Ara lalu masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Meyra keluar dari kamar Ara menuju kamarnya sendiri.

Ara berdiri di depan lemarinya lalu memandang baju baju yang terletak disana. Jika dipikir pikir, banyak sekali bajunya ini. Kapan dia membelinya ya?

Akhh ini bukan waktunya untuk memikirkan itu, sekarang waktunya untuk bersiap siap karena sepertinya Meyra sudah menunggu.

Ceklek

Meyra menyembulkan kepalanya lalu melihat ke arah Ara yang berdiam diri di depan lemari.

"Astaga Ara, lo belum siap siap juga." Meyra mendekat ke arah Ara yang berdiam diri di depan lemari.

"Baru selesai cuci muka juga," jawabnya.

"Lo mau pake baju apa?" tanya Meyra sembari ikut memperhatikan baju baju Ara. Jika dilihat lihat, baju Ara lumayan banyak juga, padahal Ara jarang sekali berbelanja.

Ara menoleh ke arah Meyra dan menatapnya dari atas ke bawah. Meyra ini anaknya fashionable sekali. Jarang dia terlewat trend trend pakaian yang sedang booming. Winda selalu membelikannya barang barang branded yang sedang ngetrend.

Sebenarnya baju yang digunakan Meyra sangat simple, hanya rok pendek sepaha, tanktop putih dan cardigan sebagai luarannya. Rambut yang dikuncir kuda dan polesan make up tipis membuat dirinya tampak cantik bak model.

"Ngapain liatin gue kayak gitu?" Meyra bertanya karena sedari tadi Ara terus memandanginya. Ara menggeleng lalu pandangannya kembali mengarah ke lemari.

"Baju lo ini terlalu tertutup, coba deh sekali kali lo pake baju kayak gue," ujar Meyra setelah melihat lihat baju milik Ara. Ara memang sengaja tidak pernah membeli baju baju terbuka seperti milik Meyra, dia lebih senang berpakaian panjang, mentok mentok celana yang dia punya hanya sebatas lutut.

Meyra menarik tangan Ara keluar menuju kamarnya. Dibukanya lemari miliknya lalu memilihkan baju yang pas untuk Ara.

Setelah hampir setengah jam, Ara keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang dipilihkan Meyra.

Meyra menatap Ara dari atas hingga bawah lalu menjentikkan jarinya.

"Perfect," ucapnya kala melihat Ara yang berpenampilan feminim dan tidak terkesan tomboy.

Ara suka suka saja dengan style yang dipilihkan Meyra, namun dia tidak nyaman dengan celana jeans yang sepaha seperti ini, ketika akan protes, Meyra langsung menarik tangan Ara keluar dan mereka langsung berangkat ke mall.

Penampilan yang dipilih oleh Meyra untuk Ara tadi cukup simple. Celana jeans sepaha dengan kaos lengan pendek dan juga cardigan yang sama dengan yang Meyra gunakan.

Kini mereka sudah sampai di mall, tadi saat berangkat mereka hanya menggunakan taxi karena dari mereka berdua tidak ada yang bisa menyetir mobil.

"Kita nonton dulu, yuk," ajak Meyra sembari menggandeng tangan Ara. Ara hanya mengikuti saja, toh jarang jarang jalan berdua dengan Meyra.

"Lo pesen popcorn, gue pesen tiket ya," ucap Meyra lalu bergegas untuk memesan tiket. Ara pun sama dia bergegas berjalan untuk memesan popcorn

"Aduhhh.."

Saat berjalan, Ara ditabrak oleh seseorang.

"Eh, maaf. Sini saya bantu." Laki laki yang menabrak Ara tersebut mengulurkan tangannya untuk membantu Ara berdiri. Dengan ragu ragu, Ara menerimanya dan berusaha berdiri.

"Ehm, sekali lagi maaf," ucapnya dan diangguki oleh Ara.

"Kalau begitu, saya permisi." Ara segera pergi dari hadapan laki laki itu lalu segera memesan popcorn.

"Lama banget," protes Meyra yang sedari tadi menunggu Ara yang tak kunjung kembali membeli popcorn.

"Tadi nggak sengaja ditabrak orang," jawab Ara membuat kening Meyra berkerut.

"Siapa yang nabrak?" tanyanya membuat Ara mengendikkan bahunya pertanda tak tahu. Meyra pun hanya menggeleng dan langsung menarik Ara masuk karena sebentar lagi filmnya akan dimulai.

Setelah hampir 2 jam mereka menonton film, akhirnya selesai juga. Mereka berdua keluar dari bioskop dengan napas yang ngos-ngosan.

"Ih gila serem banget sih," keluh Meyra yang langsung duduk lesehan di lantai. Tidak tahu malu, pikir Ara. Karena lelah juga, akhirnya Ara pun turut serta duduk di samping Meyra. Banyak yang memandang mereka aneh namun biarlah, mereka harus benar-benar menetralkan detak jantung masing masing.

"Habis ini kita makan, gue traktir," ucap Meyra yang langsung berdiri dari duduknya disusul dengan Ara yang langsung mengangguk.

"Aduhh," keluh Meyra membuat Ara menoleh dan mengangkat alisnya.

"Kenapa?"

"Lo tunggu sini bentar, gue ke kamar mandi dulu. Jangan kabur," ucapnya lalu berlari mencari kamar mandi. Ara yang melihat itu hanya menggeleng dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Ara berpikir, Meyra ini sifatnya random sekali. Sudah hampir 3 tahun ia hidup bersama Meyra, namun baru kali ini ia bisa sedekat ini dengan saudara tirinya itu. Ya, awalan yang baik mungkin untuk hubungan mereka kedepannya.

Ara membuka handphone nya yang sedari tadi ia silent. Banyak panggilan tidak terjawab dari Reisya membuat Ara mengerutkan keningnya.

"Reisya kenapa ngespam?" gumamnya.

Ara berniat untuk menelepon balik Reisya namun urung karena ada yang memanggilnya.

"Eh, yang tadi kan?" ucap seseorang itu. Ara langsung menoleh dan tersenyum simpul.

"Iya, ada apa ya?" tanya Ara balik membuat laki laki itu duduk di samping Ara.

"Kenalin, saya Satria." Laki laki itu mengulurkan tangannya untuk sekedar berkenalan dengan Ara dan disambut baik oleh Ara.

"Ara," ucapnya.

"Nama yang bagus," puji Satria membuat Ara hanya tersenyum simpul.

"Sendirian aja?" tanya Satria basa basi.

"Nggak, sama saudara."

Satria hanya mengangguk lalu melirik ke arah Ara.

"Emmm boleh minta nomor W******p nya?"

"Buat apa?" Kening Ara berkerut. Orang ini tiba tiba saja meminta nomor W******p nya. Ada apa? Ahh mungkin hanya ingin berkenalan. Pikirnya.

"Ya cuman mau kenal lebih dekat aja," ujarnya membuat Ara percaya percaya saja. Toh hanya kenalan kan?

Setelah memberikan nomor teleponnya, Meyra menelepon dan katanya dia berada di depan Starbucks karena haus dan menyuruh Ara untuk menyusulnya saja kesana.

"Kalau gitu saya permisi dulu. Udah ditungguin," ucap Ara sembari berdiri dari duduknya dan diikuti dengan Satria.

"Bareng?"

"Loh, nggak nonton?"

"Masih lama," ucapnya membuat Ara mengangguk.

Ara mengedarkan pandangannya mencari dimana Meyra berada. Sudah sekitar lima menit Ara berputar putar hanya karena mencari Meyra yang tidak tahu keberadaan nya dimana.

"Araaaa," teriak seseorang membuat Ara menoleh. Ahh itu Meyra. Lalu ia menoleh ke arah samping untuk melihat Satria, namun Satria sudah tidak ada. Kemana perginya?

Ara menggeleng dan langsung menghampiri Meyra yang sedang duduk di kursi sambil menikmati minumannya.

"Nih, punya lo." Meyra menyodorkan segelas boba kepada Ara. Meyra tahu Ara menyukai boba, jadinya ia membelikan boba khusus untuk Ara. Entah kenapa Meyra merasa nyaman berjalan berdua bersama Ara.

"Tadi lo sama siapa kesini? Kayaknya sama cowok, ya nggak sih?" tanya Meyra.

"Ohh, itu tadi orang yang nabrak aku pas mau beli popcorn," jawab Ara santai sambil menyeruput boba miliknya.

"Cowok?" tanya Meyra membuat Ara mengangguk.

"Ganteng, gak?" lanjutnya membuat Ara menggeleng. Dibilang ganteng juga nggak terlalu, dibilang nggak ganteng juga nggak. Biasa saja sih, pikir Ara.

"Ohhh jelek," gumamnya. Meyra menoleh kembali ke arah Ara.

"Namanya siapa?" tanyanya lagi penasaran. Jika menyangkut masalah cowok, Meyra akan menjadi orang yang sangat kepo dan bersemangat. Bertanya apa yang ingin dia tanya, tidak akan berhenti sebelum jiwa kekepoannya ini hilang.

"Namanya." Ara memberi jeda sembari meminum bobanya membuat Meyra menatapnya penasaran.

"Satria," ucap Ara membuat Meyra mendelik. Satria?

"Satria," gumamnya sambil menatap ke arah meja. Ara yang melihat perubahan raut wajah Meyra mengernyit. Ada apa dengan Meyra?

Bab terkait

  • ARABELLA   Datang

    Kini mereka berdua dalam perjalanan pulang. Setelah membicarakan Satria tadi, Meyra banyak berdiam diri dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun membuat Ara bingung. Ingin bertanya, namun takut salah. Jadi lebih baik diam saja.Sesampainya di rumah, terdapat mobil seseorang yang tidak Ara dan Meyra kenal membuat mereka berdua saling pandang. Dengan segera, Meyra keluar dari mobil dan berlari menuju ke dalam rumah. Ara yang melihat hal itu bingung dan ikut mengejar Meyra."Meyra," panggil Ara membuat Meyra menoleh."Lo kenal ini mobil siapa?" tanyanya membuat Ara menggeleng. Ara saja tidak tahu, kenapa malah bertanya."Apa mama udah pulang?" celetuk Ara membuat Meyra terdiam."Bisa jadi, ayo masuk." Meyra dan Ara melangkah masuk dan menuju ke kamar Winda.Tok tok tok"Mamaaaa," panggil mereka berdua namun tidak ada jawaban."Maaaa," panggil

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • ARABELLA   Pindah

    Setelah sarapan tadi, sekarang Ara sedang cuci piring. Tadi Winda mengancamnya untuk cuci piring, lalu saat ditanya oleh Evan mengapa Ara yang mencuci piring, dengan pintar Ara mengelak dengan alasan bergantian karena tadi ia tidak membantu berberes rumah.Kini ia sedang berada di dapur berkutat dengan piring piring kotor yang sedang ia cuci. Dari ruang tamu terdengar suara gelak tawa dari Meyra, Winda maupun Evan. Mereka bercanda tawa sedangkan Ara disini sedang melakukan tugas rumah. Ara rindu ayahnya yang dulu. Rindu keadaan yang dulu, Ara rindu bunda juga. Air mata Ara ingin menetes namun dengan cepat Ara menahannya. Dia tidak boleh menangis, dia sudah berjanji kepada bundanya untuk selalu tersenyum.Selesai mencuci piring, Ara akan kembali ke kamarnya saja, namun Evan memanggilnya membuatnya mau tak mau menghampiri nya."Ara, kamu mau ikut jalan jalan?" ujar Evan membuat Ara tersenyum. Tak sengaja matanya menangkap Winda yang memelototinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • ARABELLA   Orang itu

    Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Kini Ara dan Reisya juga tengah menikmati makanannya. Sesuai janji, Ara mentraktir sahabatnya itu makan bakso dan juga jus alpukat. Saat sedang asyik mengobrol, atensi mereka tertuju pada gadis gadis yang baru masuk ke dalam kantin. Suasana kantin menjadi ricuh karena kedatangan Ellyn dan Sisca. Mereka adalah mouswanted SMA Permata. Tapi yang membuat Ara heran, disana ada Meyra. Apakah Meyra bergabung dengan geng Ellyn? Apakah Meyra juga akan ikut ikutan menjadi tukang bully seperti Ellyn?"Ra, itu si Meyra," ujar Reisya membuat Ara mengangguk. Mereka berdua terus saja memperhatikan Meyra yang berjalan dirangkul oleh Ellyn. Seperti sudah akrab lama, mereka pun mulai bercengkrama sembari tertawa."Ih, jangan sampe deh Meyra ketularan Ellyn jadi tukang bully," celetuk Ara membuat Reisya mengeryit."Lah, biarin aja. Orang jahat emang cocok temenan sama orang jahat," julid Reisya membuat Ara menggeleng.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • ARABELLA   Anak pembantu

    "Ngapain cari mama?"Laki laki itu terdiam lalu menggelengkan kepalanya membuat Ara bingung."Sampaikan salam kepada Winda, dari Rd," ujarnya lalu berlalu begitu saja dari rumah Ara."Eh, om," teriak Ara namun diabaikan oleh orang tersebut."Lah, itu om om kenapa," gumamnya."Siapa, Ra." Reisya menepuk pundak Ara yang sedang melamun membuat Ara kaget."Eh ayam, astaghfirullah""Ayam ayam, udah ayo makan ntar keburu dingin," ajak Reisya kembali menarik Ara ke meja makan. Mereka berdua pun makan dengan tenang.Malamnya, mereka berdua berada di ruang tamu untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru mereka. Dari tadi Reisya menggerutu tidak jelas masalah tugas yang diberikan Bu Evi, guru baru mereka."Masa baru hari pertama udah dikasih tugas sebanyak ini sih,""Harusnya tuh hari pertama cuman perkenalan doang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • ARABELLA   Surat

    Kini Ellen, Sisca, Ara dan Reisya tengah berada di ruang BK. Tadi mereka sempat kepergok oleh kakak OSIS karena pertengkaran itu."Kalian ini bagaimana bisa sampai bertengkar seperti itu,""Kamu juga, Arabella. Sebagai murid teladan harusnya kamu bisa melerai mereka." lanjut Bu Siti selaku guru bimbingan konseling. Bu Siti ini orangnya tidak terlalu galak, namun tegas. Banyak anak anak yang takut dengan Bu Siti karena tatapannya yang tajam dan suaranya yang sangat menakutkan."Terutama kamu, Reisya. Selama kamu sekolah di sini nama kamu sama sekali tidak pernah tertulis di buku, tapi kenapa sekarang muncul, Reisya?" tanya Bu Siti frustasi. Mengapa anak didiknya ini menjadi seperti ini?"Maaf, Bu," ucap Ara dan Reisya bersamaan."Jelaskan kronologis awalnya."Ellen membuka suara membuat Reisya membekap mulutnya."Hmmhhh," gumam Ellen yang mulutnya dibekap o

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • ARABELLA   Kembali

    3 hari setelah kejadian tersebut, Ara tidak pernah lagi menerima surat atau apapun. Hal itu membuat Ara sedikit lega dan tenang. Sekarang ia sedang berada di dapur untuk memasak karena sebentar lagi Evan, Winda dan Meyra akan datang."Assalamualaikum, Ara," teriak seseorang dari luar membuat Ara segera mematikan kompor dan berlari ke arah depan."Ayahhh," balas Ara lalu berhambur ke pelukan Evan."Kangen ayah?" Ara hanya mengangguk di dalam pelukan Evan."Ayah bawa oleh-oleh, ayo dibuka," ajak Evan kepada Ara."Ara lagi masak yah, mau makan dulu?" tawar Ara membuat yang lainnya mengangguk sedangkan Ara langsung kembali menuju dapur."Wahh, enak sekali makanannya," puji Evan membuat Ara tersenyum senang. Lagi lagi ia mendapat perlakuan baik dari Evan.Setelah selesai makan, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membuka hadiah.Ara diberikan 5 paper bag oleh Evan."Ayah, ban

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • ARABELLA   Hukuman lagi?

    "Awhhh,""Araaa," Reisya berteriak membuat seluruh atensi murid mengarah padanya."Ra, kamu nggak apa apa kan?" Reisya terlihat khawatir sedangkan Ara mengangguk pertanda tidak apa apa.Reisya berdiri dari duduknya"Plakk"Reisya menampar pipi Meyra membuat sang empu meringis dan temannya merasa tak terima"Heh, lo apa apaan?" teriak Ellen kepada Reisya yang tengah tersenyum sinis."Lo pada, kalo mau cari masalah sama Ara," Reisya berhenti sejenak lalu menunjukkan wajah songongnya."Lawan gue dulu," lanjutnya kemudian membantu Ara berdiri menuju UKS.Tadi, saat Reisya akan menghampiri Ara, ia melihat Ellen, Sisca dan Meyra yang sudah lebih dulu berada di sana. Hingga akhirnya dirinya kaget ketika melihat Ara didorong oleh Sisca."Harusnya kamu tadi nggak perlu nampar Meyra, Sya," ucap Ara kepada Reisya yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • ARABELLA   I'm okay (Reisya)

    "Awhhh, maa a-ampun m-maa."Disini mereka sekarang. Di kamar mandi yang biasanya digunakan Ara untuk menangkan diri malah menjadi tempat dirinya disiksa. Sedari tadi, Winda tak henti hentinya menyiramkan air panas ke badan Ara. Sudah berkali-kali Ara berteriak kesakitan namun tak digubris juga. Akhhh Ara tidak kuat. Rasanya ingin pingsan saja namun ia harus kuat."Maaa, u-udahh," lirihnya tak tertahan lagi. Sudah hampir 2 jam ia terus disiram oleh Winda, namun tetap saja tak digubris."Ma, udah cukup." Meyra membuka suara membuat Winda mematikan shower air panas itu.Brukk"Shhhh," ringisnya ketika Winda melemparkan gayung ke kepala Ara.Winda dan Meyra pun keluar dari kamar Ara."Kenapa sih, sayang kamu suruh mama berhenti, mama masih belum puas," omel Winda saat mereka berjalan turun ke bawah."Assalamualaikum."Winda me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05

Bab terbaru

  • ARABELLA   Nasi goreng spesial

    "Loh? Kok kamu udah dateng sih?" tanya Ara yang baru turun dari mobil bersama Reisya. Mereka kaget karena Satria yang tiba-tiba sudah nangkring di depan rumah Reisya."Ya ngga boleh cepet-cepet?" tanya Satria membuat Ara menggeleng. "Ya boleh. Siapa bilang nggak boleh," jawabnya membuat Satria mengangguk."Yaudah yuk masuk, nggak enak kalo di luar terus," ajak Reisya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sangat sepi karena Reino yang pergi ke luar kota bersama temannya dan orang tua Reisya yang berada di luar negeri."Om sama Tante nggak pulang, Sya?" tanya Ara membuat Reisya menggeleng. Ara hanya ber-oh saja."Gimana Meyra? Udah sampe rumah kan?" Ara bertanya kepada Satria dan dibalas dengan gelengan."Loh?""Aku tinggalin. Lagian ya, Ra. Si Ellen sama Sisca tuh belum pulang. Jangan percaya deh sama sandiwara mereka," jelas Satria membuat Ara menghela napas lalu mengangguk."Oke,"

  • ARABELLA   Ibarat pengganggu

    Tidak ada yang spesial di hari Minggu ini. Besok sudah Senin saja, waktunya upacara. Sebenarnya, meskipun Ara pintar, ia juga seperti murid pada umumnya yang tidak menyukai upacara. Panas, capek, keringetan, pegel semua.Ara sudah selesai belajar dan menyiapkan buku mapel untuk besok. Rencananya, besok setelah pulang sekolah ia akan mampir sebentar ke rumah Reisya untuk mengerjakan tugas kelompok.BrukAra merebahkan dirinya di kasur. Ia menatap langit kamarnya lalu tersenyum. Beberapa hari ini, kehidupannya berjalan dengan baik. Hari-harinya menjadi bahagia. Tidak ada yang melakukan kejahatan pada dirinya, ia selalu diperlakukan baik oleh semua orang. Senang? Tentu saja. Akhirnya kehidupannya yang dulu kembali walaupun tak sepenuhnya."Kangen bunda," lirihnya lalu menatap pigura yang selalu ia letakkan di atas nakas."15 September, sebentar lagi bunda ula

  • ARABELLA   Semuanya berubah?

    Paginya, Ara sudah sampai di sekolah. Betapa kagetnya dia karena sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak teman-teman lainnya yang meminta maaf kepada Ara."Ra," panggil Reisya ketika Ara sudah duduk di sampingnya."Ini semuanya beneran minta maaf tau, Sya," jelas Ara membuat Reisya mengangguk. Reisya juga tidak habis pikir, sebenarnya mereka benar-benar berubah atau tidak."Tapi kamu jangan langsung percaya gitu aja, Ra. Takutnya kamu dijebak," ujar Reisya serius membuat Ara mengangguk. Benar, ia jangan terlalu percaya begitu saja kepada Meyra dan yang lainnya. Siapa tau ini hanya bualan mereka semata."Oh iya, Minggu depan Meyra ulang tahun, kayaknya kamu juga bakalan diundang deh."Reisya terkaget, "hah? Dirayain lagi?""Ya iya, kan emang biasanya gitu," ujar Ara membuat Reisya menggeleng."Terus ka

  • ARABELLA   Ara yang baper

    "Salepnya digunakan secara rutin ya, agar segera pulih dan bekasnya tidak terlihat," jelas dokter membuat mereka mengangguk."Baik, dok. Terima kasih,"Setelah kepergian dokter, mereka bertiga berdiam di ruangan. Tanpa mengucapkan kata sedikitpun.Lalu atensi mereka teralihkan karena mendengar pintu ruangan yang terbuka."Araaa," teriak Meyra, Ellen dan Sisca. Hah? Mereka kenapa?Satu-persatu mereka memeluk Ara yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Sedangkan Reisya dan Satria saling tatap."Ara, maafin kita karena udah buat jahat sama kamu," ujar Ellen tiba-tiba membuat semuanya kaget.Bisa gitu ya?"Iya, Ra. Maafin juga ya kita udah bikin kamu masuk rumah sakit terus. Aku bakal bayarin biaya rumah sakitnya.""Ga perlu," tolak Satria dengan tegas. Wajahnya yan

  • ARABELLA   It's okay (Arabella)

    Pagi ini, Ara sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Berusaha mungkin ia akan menguatkan mentalnya karena pasti saat disekolah ia akan dibully habis-habisan mengingat kejadian kemarin yang tersebar luas seantero sekolah."Sayang, sini duduk," ajak Evan membuat Ara tersenyum dan duduk di samping ayahnya."Berani juga, Lo masuk sekolah," batin Meyra sembari menatap Ara sinis."Ada apa, Mey?" tanya Evan yang tidak sengaja melihat Meyra yang sedang menatap Ara."Eh, nggak yah." Meyra gelagapan sendiri lalu beralih memainkan ponselnya. Semoga saja ayahnya tidak ada curiga terhadapnya."Ara nanti ayah yang antar ya?" tanya Evan membuat Ara terdiam sejenak kemudian mengangguk."Meyra?" Evan beralih bertanya pada anaknya itu. Ya walaupun bukan anak kandungnya setidaknya Evan berusaha adil kepada mereka berdua.

  • ARABELLA   Orang misterius

    Disini Ara sekarang, gudang belakang rumahnya. Tadi setelah di siksa oleh Angel dan Sisca, Ara langsung dimasukkan ke dalam gudang belakang. Badannya menggigil karena kedinginan. Bahkan ia saja masih memakai seragam."Aakhh, bunda," lirihnya. Suasana gudang yang gelap ditambah dengan cuaca yang mulai dingin membuat Ara semakin menggigil.Ia ingin meminta bantuan juga tidak mungkin, kepada siapa ia akan meminta bantuan. Berteriak pun percuma, ini gudang belakang tidak ada seorangpun yang akan mendengar."Tolongin Ara," lirihnya. Bibirnya sudah pucat pasi, terlebih dia belum makan sejak siang tadi. Kepalanya sudah mulai berkunang-kunang, tubuhnya siap untuk ambruk namun tidak jadi karena pintu gudang sudah dibuka."Heh, keluar lo," teriak Meyra dari luar membuat Ara berdiri dan berjalan pelan menuju pintu gudang."Buruan, lama banget sih." Meyra menarik lengan Ara dan dibawanya masuk ke dala

  • ARABELLA   Yang bisa membuat malu

    "Makasih, Sat." Ara menurunkan dirinya dari motor milik Satria dan melepas helm milik laki-laki itu."Sama-sama, besok berangkat sekolah aku yang anter ya?" tawar Satria membuat Ara dengan cepat menggeleng."Loh, kenapa?" tanya Satria bingung sedangkan Ara berpikir keras untuk mencari alasan."Ra, ayah kamu lagi sakit, gak mungkin juga kan anterin kamu,""Reisya juga, akhir-akhir ini dia berangkat telat kan? Kamu juga cerita katanya Reisya nggak bisa dihubungi," ucap Satria membuat Ara semakin bingung."Nggak, aku nanti sama pak supir aja, mungkin berangkat bareng sama Meyra," ujar Ara membuat Satria mengernyit."Bukannya kamu bilang supir kamu lagi cuti, ya?""Astaga," batin Ara menepuk dahinya pelan."Ra, segitu nggak maunya kamu berangkat sama aku?" ucap Satria lirih."Ah nggak, Sat. Aku dengan senang hati mau berangkat sama kamu kok, tapi untuk besok nggak dulu, ya," ucap Ara

  • ARABELLA   Cinta segitiga

    Sesampainya di rumah, Ara merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Ingatannya masih terbayang tentang kejadian tadi saat ia melihat Reisya bersama Reino di hotel.Ara terduduk. Ia berinisiatif akan menelepon Reisya agar memastikan gadis itu baik-baik saja.Sudah hampir 10 kali namun Reisya tak menjawab panggilannya padahal jelas-jelas disitu sedang berdering. Ara semakin khawatir dengan apa yang dialami Reisya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa.Tok tok tok"Masuk,"Masuklah Meyra yang langsung duduk di ranjang milik Ara."Kenapa?" tanya Ara sembari mendudukkan dirinya."Lo bisa jauhin Satria?" ucapnya dengan tatapan tajam membuat Ara bingung."Untuk?""Gue suka sama Satria!!" bentak Meyra membuat Ara berjingkat kaget. Apakah iya?"Aku sama Satria cuman sebatas teman aja, nggak lebih. Kamu boleh suka sa

  • ARABELLA   Musibah

    "Heh!" Seseorang menarik rambut Ara dari belakang membuat sang empu hampir saja terjengkang jika tidak berpegangan pada tiang."Lo pake pelet apa? Hah?" hardik Ellen kepada Ara. Ara yang tidak tahu maksudnya hanya mengerutkan kening."Gak usah pura-pura nggak tau. Lo itu ganjen banget sama si anak baru itu ya," tuduh Sisca makin-makin."Siapa? Awhh, Satria?" Ara mulai membuka suaranya dan berusaha melepas cengkraman tangan Ellen."Berani-beraninya lo berangkat bareng gebetan gue, mau lo apa sih, dasar anak pembantu,"PlakMeyra menampar keras pipi kanan Ara membuat sang empu meringis hingga menimbulkan bekas merah."WOY APA-APAAN LO," teriak seseorang dari arah sana. Semuanya menoleh dan mendapati, Reisya? Apakah itu Reisya?"Sya?" Ara juga tak kalah terkejut sama seperti siswa-siswi lain. Reisya yang, berbeda. Ya, rambutnya yang ia potong

DMCA.com Protection Status