Share

Pindah

Author: nabilajihan
last update Last Updated: 2021-08-30 23:31:47

Setelah sarapan tadi, sekarang Ara sedang cuci piring. Tadi Winda mengancamnya untuk cuci piring, lalu saat ditanya oleh Evan mengapa Ara yang mencuci piring, dengan pintar Ara mengelak dengan alasan bergantian karena tadi ia tidak membantu berberes rumah. 

Kini ia sedang berada di dapur berkutat dengan piring piring kotor yang sedang ia cuci. Dari ruang tamu terdengar suara gelak tawa dari Meyra, Winda maupun Evan. Mereka bercanda tawa sedangkan Ara disini sedang melakukan tugas rumah. Ara rindu ayahnya yang dulu. Rindu keadaan yang dulu, Ara rindu bunda juga. Air mata Ara ingin menetes namun dengan cepat Ara menahannya. Dia tidak boleh menangis, dia sudah berjanji kepada bundanya untuk selalu tersenyum. 

Selesai mencuci piring, Ara akan kembali ke kamarnya saja, namun Evan memanggilnya membuatnya mau tak mau menghampiri nya. 

"Ara, kamu mau ikut jalan jalan?" ujar Evan membuat Ara tersenyum. Tak sengaja matanya menangkap Winda yang memelototinya tajam dan menggeleng pertanda ia harus menolak. Dengan senyum, Ara menggeleng. 

"Ara mau istirahat aja, Yah. Soalnya kemarin seharian main di luar sama Meyra," alibinya untuk meyakinkan Evan. 

"Yasudah kalau gitu, nanti ayah belikan hadiah buat kamu," ujar Evan lalu dibalas senyuman oleh Ara. 

Liburan sekolah tinggal seminggu lagi, kehidupan Ara juga begini begini saja. Winda dan Meyra yang sudah kembali bersikap semena-mena dan sering mengancamnya, membuatnya hanya bisa tersenyum dan bersabar. Sekarang dirinya duduk di kursi belajar, memandangi foto yang berisi tiga orang yang sedang tersenyum senang disana. Satu laki laki, satu perempuan berhijab, dan satu anak yang masih balita. Ya, itu adalah Ara, ayah dan bundanya. Jika kembali menerawang jauh ke masa lalu, rasanya Ara ingin menangis. Kebahagiaan yang dulu dia dapat, dengan yang sekarang sudah berbeda. Bahkan sangat sangat berbeda. Dunianya yang dulu berwarna warni menjadi suram berwarna hitam putih, seperti tak akan pernah ada kebahagiaan lagi. 

_________________

Seminggu berlalu, hari ini adalah hari pertama Ara masuk di kelas baru. Kelas 12. Penentu untuk masa depannya, dan juga akhir dari perjuangannya dua tahun lalu serta awal akan memulai perjuangan yang baru di bangku kuliah nanti. 

Ara sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Rambut yang dikuncir kuda serta polesan bedak tipis di wajahnya membuatnya tampak natural. Ara memang tidak seperti anak anak lain yang suka mengoleksi skincare atau make up. Ia hanya menggunakan yang ia perlu saja dan jika ada uang sisa pasti ia tabung. Entah sudah berapa uang tabungan yang dikumpulkan Ara, dia belum mengeceknya lagi. 

Ara keluar dari kamarnya dan turun dengan wajah berseri-seri. Di meja makan sudah ada Evan dan Meyra sedangkan Winda masih memasak. Ara mendudukkan pantatnya di kursi sebelah Meyra lalu meletakkan tasnya di bawah. 

"Ara," panggil Evan membuat Ara menoleh. 

"Iya, ayah?" 

"Hari ini, Meyra pindah ke sekolah yang sama seperti kamu," ujar Evan yang tentu saja membuat Ara terkejut namun sedetik kemudian ia merubah raut keterkejutan itu menjadi senyuman. Dengan senang hati Ara mengangguk mengiyakan. Sedangkan Meyra yang nampaknya acuh tak acuh dengan urusan ini. Toh yang penting dia sekolah, pikir Meyra. 

"Ayo, makan dulu," ucap Winda sambil membawa beberapa piring di tangannya dan ia letakkan di meja makan. Mereka semua makan dengan hening dan hanya terdengar dentingan antara sendok dan piring saja. 

Kini mereka berdua berada di satu mobil. Ya, Evan menyuruh Ara dan Meyra agar berangkat bersama. Awalnya Meyra menolak namun karena gertakan sang mama ia kembali menurut dan mau berangkat bersama Ara. Selama perjalanan, tidak ada yang saling berbicara diantara mereka. Meyra yang sibuk bermain handphone dan Ara yang melihat pemandangan dari kaca mobil. 

Sesampainya di sekolah, Ara disambut langsung oleh Reisya. Terakhir mereka bertemu saat di mall dan setelah itu tidak bertemu lagi karena Reisya yang mudik ke rumah neneknya di Sumatera Barat. 

"Araaaaaaaaa," teriaknya membuat telinga Ara berdenging. Reisya ini jika teriak akan sebelas dua belas dengan toa masjid. Jadi jika berdekatan dengan Reisya harus waspada dan kuat. 

"Aku kangeeeeennn," ucapnya seraya memeluk Ara dengan sangat erat. Saat ia melepas pelukannya, matanya mengarah kepada orang yang berada di belakang Ara. Dahinya berkerut menandakan ia sedang kebingungan. 

"Emmm..." Reisya terdiam seperti berpikir sambil memandangi orang tersebut. Ara yang melihat itu terkekeh. 

"Kalau nggak tau itu, tanya dong," ucap Ara membuat Reisya cengengesan. 

"Ini Meyra, tau kan?" jelas Ara membuat Reisya mengubah wajahnya menjadi datar. Reisya tahu bagaimana sifat Meyra dari yang Ara ceritakan. Ternyata tampangnya begini, Reisya julid mode on membuat Ara menatap sahabatnya itu sembari terkekeh lalu menepuk pundaknya. 

"Ayo, masuk. Kamu mau langsung ke ruang kepsek kan?" ujarnya membuat Meyra mengangguk. Reisya dan Ara pun mengantarkan Meyra ke ruang kepala sekolah. Sedari tadi, banyak siswa siswi yang berbisik mengenai kedatangan Meyra. Ya, sepertinya gadis itu akan menjadi primadona baru disini karena parasnya yang cantik dan badannya yang body goals. Penampilannya juga sangat modis, menggunakan liptint dengan bedak serta skincare lainnya. Rambut kecoklatan yang diurai begitu saja membuatnya terbang saat diterpa angin. Bagi kaum adam, Meyra adalah gadis yang harus dijadikan pacar. 

"Aku ke kelas dulu, Mey," pamit Ara lalu pergi dari sana bersama Reisya. 

"Kamu kenapa sih, Rey. Dari tadi diam terus," tanya Ara saat mereka sudah duduk di kursi masing masing. Ara dan Reisya kembali sekelas membuat mereka senang dan memutuskan untuk duduk bersama. Mereka masuk di kelas 12 IPS 1.

"Ra, aku nggak suka deh liat dia. Masa gayanya songong gitu sih, mana tadi dia sok cantik lagi," gerutu Reisya membuat Ara terkekeh melihat sahabatnya ini. Ya memang ketika Reisya sudah mode julid, bibirnya akan mengerucut dan menggerutu tidak jelas sampai mendapat asupan makanan. Misalnya bakso atau mie ayam dengan minuman jus alpukat. Maka suasana hatinya akan kembali seperti semula. 

"Nanti aku traktir bakso sama jus alpukat deh," ujar Ara membuat Reisya mengangguk saja. 

"Ra, nanti main ke rumah yuk." Reisya memohon kepada sahabatnya itu membuat Ara tersenyum lalu menggeleng. 

"Nggak bisa, Sya. Ayah aku baru pulang kemarin, terus juga aku nanti harus jaga rumah," jelasnya membuat kening Reisya mengerut. 

"Jaga rumah, emang semuanya pada kemana?" tanya Reisya kepo. Mode julidnya hilang, sekarang malah berubah menjadi mode kepo. 

"Mau jalan-jalan sih, katanya. Tapi aku nggak tahu kemana."

"Loh, kamu gak diajak?" pekik Reisya membuat atensi siswa lain mengarah ke mereka berdua. Namun beberapa saat kemudian mereka kembali fokus pada kegiatan masing-masing. 

"Aku udah diajak sama papa, tapi akunya aja yang nggak mau," ucap Ara membuat mata Reisya memicing. 

"Kamu yang nggak mau atau kamu dipaksa supaya nggak mau ikut?" Reisya seperti mengintrogasi Ara membuat Ara tidak nyaman sendiri. Sahabatnya ini jika jiwa keponya keluar maka semua akan ditanyakan. Katanya demi kebaikan Ara. Yayaya memang sahabat yang pengertian. 

"Gimana kalau nanti aku yang ke rumah kamu?" 

Ara yang sedang menyiapkan buku tulisnya itu menoleh ke arah Ara. 

"Ide bagus, nanti aku chat aja ya," ucapnya membuat Reisya mengacungkan jempolnya. Mereka pun duduk dengan rapi karena guru baru mereka akan datang dan siap memulai pelajaran. 

Related chapters

  • ARABELLA   Orang itu

    Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Kini Ara dan Reisya juga tengah menikmati makanannya. Sesuai janji, Ara mentraktir sahabatnya itu makan bakso dan juga jus alpukat. Saat sedang asyik mengobrol, atensi mereka tertuju pada gadis gadis yang baru masuk ke dalam kantin. Suasana kantin menjadi ricuh karena kedatangan Ellyn dan Sisca. Mereka adalah mouswanted SMA Permata. Tapi yang membuat Ara heran, disana ada Meyra. Apakah Meyra bergabung dengan geng Ellyn? Apakah Meyra juga akan ikut ikutan menjadi tukang bully seperti Ellyn?"Ra, itu si Meyra," ujar Reisya membuat Ara mengangguk. Mereka berdua terus saja memperhatikan Meyra yang berjalan dirangkul oleh Ellyn. Seperti sudah akrab lama, mereka pun mulai bercengkrama sembari tertawa."Ih, jangan sampe deh Meyra ketularan Ellyn jadi tukang bully," celetuk Ara membuat Reisya mengeryit."Lah, biarin aja. Orang jahat emang cocok temenan sama orang jahat," julid Reisya membuat Ara menggeleng.&nbs

    Last Updated : 2021-08-31
  • ARABELLA   Anak pembantu

    "Ngapain cari mama?"Laki laki itu terdiam lalu menggelengkan kepalanya membuat Ara bingung."Sampaikan salam kepada Winda, dari Rd," ujarnya lalu berlalu begitu saja dari rumah Ara."Eh, om," teriak Ara namun diabaikan oleh orang tersebut."Lah, itu om om kenapa," gumamnya."Siapa, Ra." Reisya menepuk pundak Ara yang sedang melamun membuat Ara kaget."Eh ayam, astaghfirullah""Ayam ayam, udah ayo makan ntar keburu dingin," ajak Reisya kembali menarik Ara ke meja makan. Mereka berdua pun makan dengan tenang.Malamnya, mereka berdua berada di ruang tamu untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru mereka. Dari tadi Reisya menggerutu tidak jelas masalah tugas yang diberikan Bu Evi, guru baru mereka."Masa baru hari pertama udah dikasih tugas sebanyak ini sih,""Harusnya tuh hari pertama cuman perkenalan doang

    Last Updated : 2021-08-31
  • ARABELLA   Surat

    Kini Ellen, Sisca, Ara dan Reisya tengah berada di ruang BK. Tadi mereka sempat kepergok oleh kakak OSIS karena pertengkaran itu."Kalian ini bagaimana bisa sampai bertengkar seperti itu,""Kamu juga, Arabella. Sebagai murid teladan harusnya kamu bisa melerai mereka." lanjut Bu Siti selaku guru bimbingan konseling. Bu Siti ini orangnya tidak terlalu galak, namun tegas. Banyak anak anak yang takut dengan Bu Siti karena tatapannya yang tajam dan suaranya yang sangat menakutkan."Terutama kamu, Reisya. Selama kamu sekolah di sini nama kamu sama sekali tidak pernah tertulis di buku, tapi kenapa sekarang muncul, Reisya?" tanya Bu Siti frustasi. Mengapa anak didiknya ini menjadi seperti ini?"Maaf, Bu," ucap Ara dan Reisya bersamaan."Jelaskan kronologis awalnya."Ellen membuka suara membuat Reisya membekap mulutnya."Hmmhhh," gumam Ellen yang mulutnya dibekap o

    Last Updated : 2021-09-02
  • ARABELLA   Kembali

    3 hari setelah kejadian tersebut, Ara tidak pernah lagi menerima surat atau apapun. Hal itu membuat Ara sedikit lega dan tenang. Sekarang ia sedang berada di dapur untuk memasak karena sebentar lagi Evan, Winda dan Meyra akan datang."Assalamualaikum, Ara," teriak seseorang dari luar membuat Ara segera mematikan kompor dan berlari ke arah depan."Ayahhh," balas Ara lalu berhambur ke pelukan Evan."Kangen ayah?" Ara hanya mengangguk di dalam pelukan Evan."Ayah bawa oleh-oleh, ayo dibuka," ajak Evan kepada Ara."Ara lagi masak yah, mau makan dulu?" tawar Ara membuat yang lainnya mengangguk sedangkan Ara langsung kembali menuju dapur."Wahh, enak sekali makanannya," puji Evan membuat Ara tersenyum senang. Lagi lagi ia mendapat perlakuan baik dari Evan.Setelah selesai makan, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membuka hadiah.Ara diberikan 5 paper bag oleh Evan."Ayah, ban

    Last Updated : 2021-09-04
  • ARABELLA   Hukuman lagi?

    "Awhhh,""Araaa," Reisya berteriak membuat seluruh atensi murid mengarah padanya."Ra, kamu nggak apa apa kan?" Reisya terlihat khawatir sedangkan Ara mengangguk pertanda tidak apa apa.Reisya berdiri dari duduknya"Plakk"Reisya menampar pipi Meyra membuat sang empu meringis dan temannya merasa tak terima"Heh, lo apa apaan?" teriak Ellen kepada Reisya yang tengah tersenyum sinis."Lo pada, kalo mau cari masalah sama Ara," Reisya berhenti sejenak lalu menunjukkan wajah songongnya."Lawan gue dulu," lanjutnya kemudian membantu Ara berdiri menuju UKS.Tadi, saat Reisya akan menghampiri Ara, ia melihat Ellen, Sisca dan Meyra yang sudah lebih dulu berada di sana. Hingga akhirnya dirinya kaget ketika melihat Ara didorong oleh Sisca."Harusnya kamu tadi nggak perlu nampar Meyra, Sya," ucap Ara kepada Reisya yan

    Last Updated : 2021-09-05
  • ARABELLA   I'm okay (Reisya)

    "Awhhh, maa a-ampun m-maa."Disini mereka sekarang. Di kamar mandi yang biasanya digunakan Ara untuk menangkan diri malah menjadi tempat dirinya disiksa. Sedari tadi, Winda tak henti hentinya menyiramkan air panas ke badan Ara. Sudah berkali-kali Ara berteriak kesakitan namun tak digubris juga. Akhhh Ara tidak kuat. Rasanya ingin pingsan saja namun ia harus kuat."Maaa, u-udahh," lirihnya tak tertahan lagi. Sudah hampir 2 jam ia terus disiram oleh Winda, namun tetap saja tak digubris."Ma, udah cukup." Meyra membuka suara membuat Winda mematikan shower air panas itu.Brukk"Shhhh," ringisnya ketika Winda melemparkan gayung ke kepala Ara.Winda dan Meyra pun keluar dari kamar Ara."Kenapa sih, sayang kamu suruh mama berhenti, mama masih belum puas," omel Winda saat mereka berjalan turun ke bawah."Assalamualaikum."Winda me

    Last Updated : 2021-09-05
  • ARABELLA   Dia

    Pukul 05.00, Ara baru bangun dari tidurnya. Ia terduduk lalu menatap lurus ke arah depan"Akhh, pusing." Ara memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Ia mengedarkan pandangannya ke samping namun tidak ada Reisya disana. Dimana dia?"Sya," panggilnya pelan.Karena tidak ada jawaban, Ara segera mandi dan bersiap-siap untuk pulang karena ia tidak membawa seragam ataupun yang lainnya, dan juga ia takut dimarahi ayahnya jika sampai ketahuan ia kabur.Ara keluar dengan badan yang sudah segar dan terlihat Reisya juga sudah keramas pagi-pagi seperti ini."Hey," ucap Ara sembari memeluk Reisya."Kamu mandi di mana?""Oh, aku mandi di bawah tadi. Ya biar kamu nggak telat pulangnya," ucap Reisya membuat Ara tersenyum."Kamu mau aku anter pulang?" tawar Reisya kepada Ara membuatnya menggeleng."Nggak, lah. Ngapain?""

    Last Updated : 2021-09-09
  • ARABELLA   Misterius

    Kini Ara dan Satria sudah berada di rumah sakit. Ya, laki-laki itu adalah Satria. Entah kenapa bisa dia ada di sekolah Ara, nanti akan Ara tanyakan."Ara harus beristirahat ya, jaga kesehatan lalu salepnya jangan lupa dipakai secara rutin," ujar dokter Rinda membuat Ara tersenyum sambil mengangguk.Setelah dokter Rinda pamit keluar, kini di dalam ruangan hanya tersisa Ara dan Satria saja."Masih sakit, Ra?" tanya Satria membuat Ara menggeleng."Makasih, ya kamu udah nolongin aku," ucapnya."Sama-sama.""Oh iya, kamu kok bisa ada di sekolah aku?" Ara akhirnya mengeluarkan pertanyaannya itu. Satria hanya tersenyum menanggapi."Aku pindah sekolah, Ra," ucapnya membuat Ara kaget."Masuk kelas mana?""12 IPA 3," ucapnya membuat Ara mendesah pelan. Ia pikir Satria akan satu kelas dengannya. Tapi tidak apa lah."

    Last Updated : 2021-09-10

Latest chapter

  • ARABELLA   Nasi goreng spesial

    "Loh? Kok kamu udah dateng sih?" tanya Ara yang baru turun dari mobil bersama Reisya. Mereka kaget karena Satria yang tiba-tiba sudah nangkring di depan rumah Reisya."Ya ngga boleh cepet-cepet?" tanya Satria membuat Ara menggeleng. "Ya boleh. Siapa bilang nggak boleh," jawabnya membuat Satria mengangguk."Yaudah yuk masuk, nggak enak kalo di luar terus," ajak Reisya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sangat sepi karena Reino yang pergi ke luar kota bersama temannya dan orang tua Reisya yang berada di luar negeri."Om sama Tante nggak pulang, Sya?" tanya Ara membuat Reisya menggeleng. Ara hanya ber-oh saja."Gimana Meyra? Udah sampe rumah kan?" Ara bertanya kepada Satria dan dibalas dengan gelengan."Loh?""Aku tinggalin. Lagian ya, Ra. Si Ellen sama Sisca tuh belum pulang. Jangan percaya deh sama sandiwara mereka," jelas Satria membuat Ara menghela napas lalu mengangguk."Oke,"

  • ARABELLA   Ibarat pengganggu

    Tidak ada yang spesial di hari Minggu ini. Besok sudah Senin saja, waktunya upacara. Sebenarnya, meskipun Ara pintar, ia juga seperti murid pada umumnya yang tidak menyukai upacara. Panas, capek, keringetan, pegel semua.Ara sudah selesai belajar dan menyiapkan buku mapel untuk besok. Rencananya, besok setelah pulang sekolah ia akan mampir sebentar ke rumah Reisya untuk mengerjakan tugas kelompok.BrukAra merebahkan dirinya di kasur. Ia menatap langit kamarnya lalu tersenyum. Beberapa hari ini, kehidupannya berjalan dengan baik. Hari-harinya menjadi bahagia. Tidak ada yang melakukan kejahatan pada dirinya, ia selalu diperlakukan baik oleh semua orang. Senang? Tentu saja. Akhirnya kehidupannya yang dulu kembali walaupun tak sepenuhnya."Kangen bunda," lirihnya lalu menatap pigura yang selalu ia letakkan di atas nakas."15 September, sebentar lagi bunda ula

  • ARABELLA   Semuanya berubah?

    Paginya, Ara sudah sampai di sekolah. Betapa kagetnya dia karena sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak teman-teman lainnya yang meminta maaf kepada Ara."Ra," panggil Reisya ketika Ara sudah duduk di sampingnya."Ini semuanya beneran minta maaf tau, Sya," jelas Ara membuat Reisya mengangguk. Reisya juga tidak habis pikir, sebenarnya mereka benar-benar berubah atau tidak."Tapi kamu jangan langsung percaya gitu aja, Ra. Takutnya kamu dijebak," ujar Reisya serius membuat Ara mengangguk. Benar, ia jangan terlalu percaya begitu saja kepada Meyra dan yang lainnya. Siapa tau ini hanya bualan mereka semata."Oh iya, Minggu depan Meyra ulang tahun, kayaknya kamu juga bakalan diundang deh."Reisya terkaget, "hah? Dirayain lagi?""Ya iya, kan emang biasanya gitu," ujar Ara membuat Reisya menggeleng."Terus ka

  • ARABELLA   Ara yang baper

    "Salepnya digunakan secara rutin ya, agar segera pulih dan bekasnya tidak terlihat," jelas dokter membuat mereka mengangguk."Baik, dok. Terima kasih,"Setelah kepergian dokter, mereka bertiga berdiam di ruangan. Tanpa mengucapkan kata sedikitpun.Lalu atensi mereka teralihkan karena mendengar pintu ruangan yang terbuka."Araaa," teriak Meyra, Ellen dan Sisca. Hah? Mereka kenapa?Satu-persatu mereka memeluk Ara yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Sedangkan Reisya dan Satria saling tatap."Ara, maafin kita karena udah buat jahat sama kamu," ujar Ellen tiba-tiba membuat semuanya kaget.Bisa gitu ya?"Iya, Ra. Maafin juga ya kita udah bikin kamu masuk rumah sakit terus. Aku bakal bayarin biaya rumah sakitnya.""Ga perlu," tolak Satria dengan tegas. Wajahnya yan

  • ARABELLA   It's okay (Arabella)

    Pagi ini, Ara sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Berusaha mungkin ia akan menguatkan mentalnya karena pasti saat disekolah ia akan dibully habis-habisan mengingat kejadian kemarin yang tersebar luas seantero sekolah."Sayang, sini duduk," ajak Evan membuat Ara tersenyum dan duduk di samping ayahnya."Berani juga, Lo masuk sekolah," batin Meyra sembari menatap Ara sinis."Ada apa, Mey?" tanya Evan yang tidak sengaja melihat Meyra yang sedang menatap Ara."Eh, nggak yah." Meyra gelagapan sendiri lalu beralih memainkan ponselnya. Semoga saja ayahnya tidak ada curiga terhadapnya."Ara nanti ayah yang antar ya?" tanya Evan membuat Ara terdiam sejenak kemudian mengangguk."Meyra?" Evan beralih bertanya pada anaknya itu. Ya walaupun bukan anak kandungnya setidaknya Evan berusaha adil kepada mereka berdua.

  • ARABELLA   Orang misterius

    Disini Ara sekarang, gudang belakang rumahnya. Tadi setelah di siksa oleh Angel dan Sisca, Ara langsung dimasukkan ke dalam gudang belakang. Badannya menggigil karena kedinginan. Bahkan ia saja masih memakai seragam."Aakhh, bunda," lirihnya. Suasana gudang yang gelap ditambah dengan cuaca yang mulai dingin membuat Ara semakin menggigil.Ia ingin meminta bantuan juga tidak mungkin, kepada siapa ia akan meminta bantuan. Berteriak pun percuma, ini gudang belakang tidak ada seorangpun yang akan mendengar."Tolongin Ara," lirihnya. Bibirnya sudah pucat pasi, terlebih dia belum makan sejak siang tadi. Kepalanya sudah mulai berkunang-kunang, tubuhnya siap untuk ambruk namun tidak jadi karena pintu gudang sudah dibuka."Heh, keluar lo," teriak Meyra dari luar membuat Ara berdiri dan berjalan pelan menuju pintu gudang."Buruan, lama banget sih." Meyra menarik lengan Ara dan dibawanya masuk ke dala

  • ARABELLA   Yang bisa membuat malu

    "Makasih, Sat." Ara menurunkan dirinya dari motor milik Satria dan melepas helm milik laki-laki itu."Sama-sama, besok berangkat sekolah aku yang anter ya?" tawar Satria membuat Ara dengan cepat menggeleng."Loh, kenapa?" tanya Satria bingung sedangkan Ara berpikir keras untuk mencari alasan."Ra, ayah kamu lagi sakit, gak mungkin juga kan anterin kamu,""Reisya juga, akhir-akhir ini dia berangkat telat kan? Kamu juga cerita katanya Reisya nggak bisa dihubungi," ucap Satria membuat Ara semakin bingung."Nggak, aku nanti sama pak supir aja, mungkin berangkat bareng sama Meyra," ujar Ara membuat Satria mengernyit."Bukannya kamu bilang supir kamu lagi cuti, ya?""Astaga," batin Ara menepuk dahinya pelan."Ra, segitu nggak maunya kamu berangkat sama aku?" ucap Satria lirih."Ah nggak, Sat. Aku dengan senang hati mau berangkat sama kamu kok, tapi untuk besok nggak dulu, ya," ucap Ara

  • ARABELLA   Cinta segitiga

    Sesampainya di rumah, Ara merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Ingatannya masih terbayang tentang kejadian tadi saat ia melihat Reisya bersama Reino di hotel.Ara terduduk. Ia berinisiatif akan menelepon Reisya agar memastikan gadis itu baik-baik saja.Sudah hampir 10 kali namun Reisya tak menjawab panggilannya padahal jelas-jelas disitu sedang berdering. Ara semakin khawatir dengan apa yang dialami Reisya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa.Tok tok tok"Masuk,"Masuklah Meyra yang langsung duduk di ranjang milik Ara."Kenapa?" tanya Ara sembari mendudukkan dirinya."Lo bisa jauhin Satria?" ucapnya dengan tatapan tajam membuat Ara bingung."Untuk?""Gue suka sama Satria!!" bentak Meyra membuat Ara berjingkat kaget. Apakah iya?"Aku sama Satria cuman sebatas teman aja, nggak lebih. Kamu boleh suka sa

  • ARABELLA   Musibah

    "Heh!" Seseorang menarik rambut Ara dari belakang membuat sang empu hampir saja terjengkang jika tidak berpegangan pada tiang."Lo pake pelet apa? Hah?" hardik Ellen kepada Ara. Ara yang tidak tahu maksudnya hanya mengerutkan kening."Gak usah pura-pura nggak tau. Lo itu ganjen banget sama si anak baru itu ya," tuduh Sisca makin-makin."Siapa? Awhh, Satria?" Ara mulai membuka suaranya dan berusaha melepas cengkraman tangan Ellen."Berani-beraninya lo berangkat bareng gebetan gue, mau lo apa sih, dasar anak pembantu,"PlakMeyra menampar keras pipi kanan Ara membuat sang empu meringis hingga menimbulkan bekas merah."WOY APA-APAAN LO," teriak seseorang dari arah sana. Semuanya menoleh dan mendapati, Reisya? Apakah itu Reisya?"Sya?" Ara juga tak kalah terkejut sama seperti siswa-siswi lain. Reisya yang, berbeda. Ya, rambutnya yang ia potong

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status