"Mas ini adalah orang paling teliti se-kelurahan. Mas kalo naruh barang pasti di tempat yang sama. Jatuh pun nggak mungkin karena kalo emang jatuh pasti langsung keliatan."
"Mau Dinda miscall?" Dinda udah siap-siap ngeroboh ponsel di kantong roknya.
"Percuma. Begitu Mas tadi selesai nelpon batere-nya langsung abis."
"Kayak apa sih bentuknya?"
"Halahhh, ponsel murah. Mencet tombolnya masih pake jempol."
Mendadak Ramond muncul di belakang Dinda. Tangannya ngegamit tangan Dinda sambil kemudian ngomong sambil bisik-bisik deket kuping Dinda. Waktu Ramond bikin begitu, Dinda mikir bahwa ada untungnya juga dia udah nggak kesengsem lagi. Kalo rasa itu masih ada, bisa timbul lagi benih-benih cinta dalam dirinya.
"Itu ponsel ada yang nyolong kayaknya."
Dinda noleh ke sumber suara dan ikut bicara dengan bisik-bisik. "Kenapa elo ngomongnya bisik-bisik?"
Ramond bicara lebih pelan lagi. "Malingnya masih a
Hamdan sebagai orang pertama, cowok adik kelas, langsung nanya-nanya ke Dinda begitu kertas dari Dinda selesai dibaca.“Jadi ini yang kita perlu lakuin?”“Yap. Kadar cinta orang yang kalian semua taksir ada di kisaran 54 sampe 75 persen. Artinya, elo semua boleh mulai ngedeketin karena peluangnya ada dan lumayan besar. Cuma, sebelum elo praktekin sebaiknya elo hapalin langkah-langkah rekomendasinya sebelum mulai pendekatan. Langkah-langkah dalam rekomendasi musti dihapal mati. Untuk menghapal mati, gue mau permudah dengan bikin singkatan."Sandro nimbrung. "Usulan singkatan itu bagus. Tapi ganti ke nama yang lebih kekinian dong. Jangan pake istilah singkatan.""Gue udah mikir ke arah itu, Sandro. Langkah demi langkah yang disaranin aplikasi harus dihapal mati. Sebelum dihapalin, langkah-langkah itu perlu disingkat dan singkatan itu gue sebut istilahnya sebagai Magic Words."Cewek
Dengan nggak dipenuhi syarat, berarti Apih harus betulin motor dalam waktu dua hari lagi. Lewat dari waktu itu, gawat. Rumahnya bisa ilang karena dia dianggap wanprestasi atau nggak bisa memenuhi tenggat waktu yang ditentukan. Apih yang awalnya semangat pada akhirnya pulang ke rumah dalam keadaan stress. * Kisah pernikahan pak Gumelar dengan mbak Wati ternyata nggak berakhir happy ending. Kisah pernikahan mereka ternya hanya bertahan seumur jagung. Mereka – khususnya pak Gumelar – sebetulnya berusaha ngerahasiain. Tapi karena nggak tahan dengan apa yang dialamin, dan apalagi kasusnya masuk ke ranah hokum, pak Gumelar akhirnya mau nggak mau membuka kasus yang dihadapi. Toh, nggak bisa ditutup-tutupin karena kasus yang dialami sangat menghebohkan. Jadi ceritanya, sejak malam pertama, mbak Wati ternyata nggak mau diajak berhubungan intim. Sampe di sini nggak ada yang salah. Semua orang tau bahwa pernikahan itu bukan hal yang sederhana. Andakalanya malam pengantin itu terjadi di hari
"Apih, Apih," Dinda ngomong males-malesan. "Ngebujuk supaya Dinda berangkat sekarang. Minta belinya ke tempat yang lebih jauh. Terakhir, nyogok anaknya supaya buru-buru pergi dengan imbalan dapet sisa uang kembalian.""Emang kenapa?""Dinda penasaran, Apih sama Amih emang mau ngapain kalo Dinda pergi agak lama di malam-malam gini?"Apih dengan Amih langsung diem. Mereka lupa kalo anak mereka punya IQ yang bahkan di atas mereka berdua.“Dinda koq sekarang suka ngebantah?”"Ho'oh."Dasar pinter ngomong, dibilang begitu Dinda malah nyaut. “Amih gimana sih. Dulu waktu Dinda masih kecil, dipaksa-paksa supaya ngomong. Sekarang begitu ngomongnya pinter malah dipaksa-paksa supaya berhenti.”“Jadi gimana? Dinda mau lanjutin tidur atau beliin bubur?”"Dinda sih milihnya lanjutin tidur.""Beli bubur aja deh."Dinda ngegaruk kepala biar pun sebetuln
“Lama nggak keliatan, Din.”Dinda berusaha tampil cuwek. “Lagi banyak kerjaan.”Ramond yang masih berdiri di samping Dinda, ngangguk-ngangguk. Ekspresinya nggak jelas karena Dinda udah siap-siap nyambut bubur yang datang.Dua mangkok bubur pesanan sekarang ditaruh Bang Aji di atas meja. Ngeliat posisi mangkok Dinda jadi jengah. Posisi mangkok akan ngebuat Ramond duduk di seberangnya sehingga mau nggak mau mereka bakal hadap-hadapan. Sesuatu hal yang Dinda sebetulnya nggak kepingin itu terjadi karena dia betul-betul serius kepingin menghilangkan perasaan tertarik yang Dinda tau masih nyisa sedikit-sedikit di hatinya.Dan Ramond sekarang duduk di seberang Dinda, ngikutin posisi mangkok berisi bubur pesanannya. Aduh, Dinda jadi bisa ngeliat cowok itu secara close up alias deket banget. Ini bener-bener bikin risih dan nggak nyaman. Kalo Dinda nggak ingin lama-lama duduk hadap-hadapan b
“Elo pikir ini maen bola? Waktu elo tinggal semenit lagi nih. Siap atau nggak siap, gue bakal pergi.”“Aku tuh, ... aku ... Gini lho. Aku kan ... anu ...”“Dua puluh lima detik lagi.”“Dua puluh lima det...? Astaga.”“Dua puluh detik.”“Kamu nggak kasih kesempatan sama aku?”“Lima belas detik.”“Kejem amat kamu...” cetus Ramond.“Terserah. Sebelas detik lagi. Gue siap-siap kabur neeeh.” Dinda yang makin nggak sabar mencet tombol sehingga mesin motor hidup lagi.“Delapan, tujuh, ...” Dinda mulai menghitung mundur.“Oke, oke.”“Enam, lima ...”“Oke, okeeeeeeyyy...”“Empat, tiga, dua, ....”“Gue naksir elo, Dinda. Gue naksir elo!!!!”Deg!Dunia kaya’ b
"Jujur, aku emang suka manggil tukang santet ayam.""Itu tukang sate!" Ramond gemas dan menjawil kuping Dinda.Dinda tertawa kecil. Tapi sesaat kemudian Dinda keingetan sesuatu. Ya, ada sesuatu yang dia musti tanyain ke Ramond saat itu. Sesuatu yang sangat sangat sangat penting.“Mmm, e-emang seberapa gede kadar cinta elo?” Dinda yang kepo sampe ke ubun-ubun nanya dengan hati-hati.Biarpun nggak ngerti maksud pertanyaan Dinda, Ramond maksain diri untuk ngejawab.“Besar lah,” katanya sambil ngebentang kedua tangannya. "Besarnya segini."“Seratus persen?”“Yap.”“Masa?” Dinda nelen ludah. “Tapi ...”Ramond ngelihatin. Natapin Dinda, tepatnya. Dia nunggu omongan Dinda yang mendadak terus-terusan kebayang dengan program Aplikasi bikinannya yang ngasih informasi tentang betapa kecilnya prosentasi cinta Ramond sama dirinya.
Aplikasi bikinan Dinda udah seminggu ini dihapus dari internet. Dengan ikon tangan bersedekap si pencipta meminta maaf untuk penghapusannya. Dengan alasan ada kekurangan ini dan itu aplikasi dinyatakan gak perlu lagi dilanjutin. Waktu pengumuman disampaikan, jelas banyak orang yang kehilangan apalagi para jomblo yang belum sempat nyicipin manfaatnya. Mereka yang kenal Dinda langsung ngehubungin. Nanyain ini itu, khususnya kemungkin ngehidupin lagi. Grup-grup pertemanan selama seminggu ini juga heboh ngomongin polemik tentang hilangnya aplikasi itu dari dunia maya. Orang boleh ngomong apa aja, tapi buat Dinda keputusan udah pasti. Biarlah Aplikasi tetap jadi aplikasi masa lalu yang nggak akan dihidupin lagi.Suatu malam, pas kebetulan insomnianya Dinda kumat lagi, Ramond ngirim pesan WA yang cantumin beberapa tautan ke blog, situs web, dan beberapa media sosial. Begitu dibaca satu per satu, Dinda mencak-
Lima tahun itu bukan waktu yang singkat tapi nggak lama juga. Dinda dengan Ramond udah nikah nggak lama setelah Dinda diwisuda jadi Insinyur di usia yang masih 20 tahun. Bakat dan minat Dinda yang kuatlah yang bikin prestasi itu tercapai dan udah ada sebuah perusahaan startup ngetop yang udah nge-rekrut Dinda bahkan sebelum dirinya diwisuda tadi. Mengingat perusahaan itu punya prospek cerah karena jadi mitra utama Kantor Kejaksaan dan Kementerian Hukum, bisa dipastiin Dinda juga punya prospek karier yang cerah. Karier Dinda makin moncer karena setelah setahun bekerja saja dia bisa meraih posisi manajer. Ia menjadi salah satu pemegang posisi kunci di perusahaan dan bahkan sampai sempat diliput media online dan televisi. Kehidupan Dinda secara ekonomi memang jadi sangat mapan. Ramond memang kerja juga tapi dengan posisi dan gaji di bawah Dinda. Ramond udah ngebet pengen punya anak tapi Dinda minta ditunda karena mau konsen dulu 2 sampai 3 tahun di karier. “Dua sampai tiga tahun? Kenapa