Beberapa mata yang tengah berdiri di depan Swalayan melotot melihat tabrakan mobil itu, Sementara mobil penabrak telah kaug melesat meninggalkan korban yang tengah bersimbah darah, hingga tidak dapat di kejar oleh orang yang berada disana.
Orang - orang segera menolong korban tabrak lari yang kini tengah terkapar di aspal dengan luka tertusuk besi di bagian dada dan beberapa tubuhnya terluka bersimbah darah. Tanpa berfikir panjang. Menyadari korban dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri, mereka segera melarikan korban menuju rumah sakit, yang memang tidak terlalu jauh dari posisi mereka, terlebih magrib itu posisi kendaraan masih lumayan sepi, sehingga mempermudah mereka dalam menolong korban. Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju IGD dan menyerahkan korban tabrak lari yang kebetulan tidak membawa identitas kepada pihak rumah sakit yang telah menyambutnya di pintu masuk karenaAir matanya mengalir deras membasahi wajahnya. Suara tangisnya meledak memecahkan suasana ruang ICU yang seharusnya hening, dan tenang. Tentu saja tangis dsn reaksi Dendi, yang terkenal sebagai dokter genius di rumah sakit membuat sang perawat yang sedari tadi mendampinginya dan dokter jaga itu heran saling pandang. Mereka berfikir ada apa dengan dokter tampan itu.? Secepat kilat dokter jaga itu berlari mendekat karena mengira terjadi sesuatu pada pasien. " Dokter Dend ada apa Dok.??" Tanya dokter Jaga yang cantik rupawan bak model, sembari memegang punggung Dendi yang menunduk dan memeluk pasien. Mendengar pertanyaan itu Dendi menoleh dan semakin deras air matanya mengalir. " Wanita ini, Pasien ini.. dia.. dia Vaniaku...." Dendi terisak sesegukan menjawab pertanyaan rekan sejawatnya.&nbs
Pagi itu di lokasi yang berbeda di rumah sakit, Dendi di kejutkan oleh Rekan Sejawatnya yang membangunkan nya " Dok....dokter Dendi...Mengapa disini. Bukankah seharusnya pagi ini dokter akan ada seminar.." Dokter itu mengguncang bahu Dendi hingga membuat Dendi terbangun dan menatapnya lalu berdiri. " Dok.. jam berapa sekarang? “ Ujarnya sembari melirik jam di tangannya, lalu menoleh kearah Vania. “ Vania gimana, sudah ada perkembangankah? “ Jawab Dendi yang kini melihat kearah Vania. Ia kembali terduduk lemas karena ternyata belum ada perkembangan sama sekali dengan Vania. " Loh, emang kenal dengan pasien ini dok? “ Tanya dokter pria yang kebetulan ikut membantu menangani operasi Vania kemarin. " Dia calon istri saya yang sempet ngilang dok..Kini akhirnya ketemu dalam keadaan
Keanehan sikap Vania membuatnya mengerutkan dahi, lalu ia bangkit dari duduknya dengan membawa secangkir kopi dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lagi memegangi ponselnya, menunggu pesan singkat yang biasa ia terima dari janda muda yang telah mencuri sebagian hatinya dan mengisi ruang hampa yang selama ini tak terjamah orang lain. Kerinduan menyelimuti hatinya. Membuatnya menghela nafas panjang, ingin rasanya ia selalu berada di dekat sang janda, tapi apalah daya pekerjaannya saat ini sedang membutuhkan kehadirannya dan dirinya tak dapat menghindari. Dahi Verrel berkerut ketika mendapati ponsel Vania masih mati. Ia berfikir apakah Vania tertidur karena lelah setelah meeting perusahaan yang di lakukan di puncak? Bisa jadi ia mengambil cuti untuk beristirahat. Verrel merasa santai karena ia berfikir anak buahnya stanby disana dalam mengawasi Vania dan belum ada tanda - tanda anak buahnya melaporkan sesuatu mengenai Vani
Lalu ia meminta seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Vania dan meminta dengan keras via telpon, hingga suaranya mengisi seluruh ruangan. " Kalian cari Vania bagaimana pun caranya harus kalian temukan walau ke ujung dunia sekalipun..! Atau nyawa kalian menjadi taruhannya jika terjadi sesuatu dengannya..! Bukan cuma nyawa kalian yang akan menjadi bayarannya keluarga kalian, hingga 7 turunan akan merasakan hal yang sama. Camkan itu..Bangsaatt.!! Segera cari kabarnya bagaimana kondisinya, apakah dia baik - baik saja..!! Kalau tidak juga kalian dapatkan dalam 2 x 24 jam kalian rasakan sendiri akibatnya..!!” Gertaknya dengan suara bergetar dan gigi gemeretak menahan kemarahan, kaca cermin di hadapannya telah menjadi sasaran kemarahannya, hingga tangannya mengalir darah segar. Kekawatiran terlihat jelas dari raut wajahnya, kawatir terjadi sesuatu terhadap Vania yang di sebabkan ol
Tak terasa, air mata mengalir membentuk anak sungai membasahi wajah tampannya, menatap rekaman cctv dimana di dalamnya terlihat Vania dalam keadaan terkapar bersimbah darah. Jantungnya seolah hendak meledak menahan semua gejolak amarah yang terpendam. Dengan tangan terkepal dan gigi gemeretak, kilatan mata amarahnya seolah hendak menyambar siapa saja yang melintas di hadapannya. Gemuruh hati menahan kemarahan yang terpendam kini memuncak hingga ke ubun - ubun dan menantikan sasaran pelampiasan. Dengan gemetar tangannya membuka file demi file baik itu berupa gambar maupun rincian video dari awal. Verrel meninju jok mobil di hadapannya hingga sang sopir yang berbadan kekar itu sedikit terkejut tapi kemudian segera memperbaiki ekspresinya karena takut akan teguran sang boss yang terkenal sangar tanpa ampun jika sedang marah. Verrel memint
Hingga akhirnya ia melangkah memasuki ruang ICU dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari keberadaan kekasih hatinya. Jantungnya semakin berdegub kencang, hingga sebuah sentuhan tangan memandunya untuk berjalan menuju bed milik Vania terbaring. Verrel memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya ia membuka mata dan tak kuasa menahan air mata yang terus memaksa menembus bendungan raksasa miliknya, dan kini air mata itu mengalir membasahi pipi. Ini merupakan fenomena pertama kali Verrel menangis di depan umum. Menangisi wanita yang telah membuatnya menjadi sosok yang baru dan lebih baik. Lalu Verrel menggenggam tangan Vania yang masih terpasang infus di pergelangannya. Ia lalu berdiri mengusap rambut Vania dan berbisik " Bertahanlah sayang, karena sebentar lagi kau tak akan tersiksa
Ia berbisik dalam hati sembari memejamkan mata merahnya. “ Tuhan..jika KAU mau, kau boleh ambil semua hartaku, tapi jangan dengan wanitaku, berkat dirinya aku menjadi pria yang lebih baik dan meninggalkan sebagian kejahatanku. Berkatnya aku merasakan bagainya indahnya mencintai, bantu aku kali ini TUHAN..” Doanya terhenti ketika team medis membuka pintu ruang ICU, dan memanggil namanya. Ia menoleh, lalu mengelap matanya dan membersihkan hidungnya. Matanya penuh harap menatap dokter yang memintanya masuk dan membawanya ke bed pasien dimana Vania berada. Hatinya bak teriris sembilu manakala menatap wanita yang di cintai kesulitan untuk bernafas, dengan mata tertutup rapat. Bahunya kembali berguncang karena tangisnya, ketika ia menggenggam tangan Vania, hingga sebuah tangan menepuk pundaknya seolah menguatkan
Verrel berdiri, dan berjalan mondar - mandir sejenak di sekitar bed tempat Vania terbaring lemah, sembari memijit kepalanya yang terasa seperti hendak pecah. Dadanya terasa semakin sulit untuk bernafas, ingin rasanya dia berteriak sekencang - kencangnya agar meringankan beban di hatinya. Matanya kembali menatap wanita cantik yang terbaring lemah tak berdaya, dengan luka sayatan di tubuh. Dia meremas rambutnya dan mengepalkan tinju. Lalu kembali lagi duduk di atas kursi santai dengan teknologi memijit tubuh, jika di nyalakan tombol pengaturannya, begitulah service yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap seorang Verrel. Calon investor rumah sakit khusus jantung di Singapura. Verrel kembali menggenggam erat jemari lentik janda muda yang telah menikmati manisnya madu asmara. “ Ku Mohon TUHAN! Jika KAU memang benar - benar ada, tunjukkan padaku