Lalu ia meminta seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Vania dan meminta dengan keras via telpon, hingga suaranya mengisi seluruh ruangan.
" Kalian cari Vania bagaimana pun caranya harus kalian temukan walau ke ujung dunia sekalipun..! Atau nyawa kalian menjadi taruhannya jika terjadi sesuatu dengannya..! Bukan cuma nyawa kalian yang akan menjadi bayarannya keluarga kalian, hingga 7 turunan akan merasakan hal yang sama. Camkan itu..Bangsaatt.!! Segera cari kabarnya bagaimana kondisinya, apakah dia baik - baik saja..!! Kalau tidak juga kalian dapatkan dalam 2 x 24 jam kalian rasakan sendiri akibatnya..!!” Gertaknya dengan suara bergetar dan gigi gemeretak menahan kemarahan, kaca cermin di hadapannya telah menjadi sasaran kemarahannya, hingga tangannya mengalir darah segar. Kekawatiran terlihat jelas dari raut wajahnya, kawatir terjadi sesuatu terhadap Vania yang di sebabkan olTak terasa, air mata mengalir membentuk anak sungai membasahi wajah tampannya, menatap rekaman cctv dimana di dalamnya terlihat Vania dalam keadaan terkapar bersimbah darah. Jantungnya seolah hendak meledak menahan semua gejolak amarah yang terpendam. Dengan tangan terkepal dan gigi gemeretak, kilatan mata amarahnya seolah hendak menyambar siapa saja yang melintas di hadapannya. Gemuruh hati menahan kemarahan yang terpendam kini memuncak hingga ke ubun - ubun dan menantikan sasaran pelampiasan. Dengan gemetar tangannya membuka file demi file baik itu berupa gambar maupun rincian video dari awal. Verrel meninju jok mobil di hadapannya hingga sang sopir yang berbadan kekar itu sedikit terkejut tapi kemudian segera memperbaiki ekspresinya karena takut akan teguran sang boss yang terkenal sangar tanpa ampun jika sedang marah. Verrel memint
Hingga akhirnya ia melangkah memasuki ruang ICU dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari keberadaan kekasih hatinya. Jantungnya semakin berdegub kencang, hingga sebuah sentuhan tangan memandunya untuk berjalan menuju bed milik Vania terbaring. Verrel memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya ia membuka mata dan tak kuasa menahan air mata yang terus memaksa menembus bendungan raksasa miliknya, dan kini air mata itu mengalir membasahi pipi. Ini merupakan fenomena pertama kali Verrel menangis di depan umum. Menangisi wanita yang telah membuatnya menjadi sosok yang baru dan lebih baik. Lalu Verrel menggenggam tangan Vania yang masih terpasang infus di pergelangannya. Ia lalu berdiri mengusap rambut Vania dan berbisik " Bertahanlah sayang, karena sebentar lagi kau tak akan tersiksa
Ia berbisik dalam hati sembari memejamkan mata merahnya. “ Tuhan..jika KAU mau, kau boleh ambil semua hartaku, tapi jangan dengan wanitaku, berkat dirinya aku menjadi pria yang lebih baik dan meninggalkan sebagian kejahatanku. Berkatnya aku merasakan bagainya indahnya mencintai, bantu aku kali ini TUHAN..” Doanya terhenti ketika team medis membuka pintu ruang ICU, dan memanggil namanya. Ia menoleh, lalu mengelap matanya dan membersihkan hidungnya. Matanya penuh harap menatap dokter yang memintanya masuk dan membawanya ke bed pasien dimana Vania berada. Hatinya bak teriris sembilu manakala menatap wanita yang di cintai kesulitan untuk bernafas, dengan mata tertutup rapat. Bahunya kembali berguncang karena tangisnya, ketika ia menggenggam tangan Vania, hingga sebuah tangan menepuk pundaknya seolah menguatkan
Verrel berdiri, dan berjalan mondar - mandir sejenak di sekitar bed tempat Vania terbaring lemah, sembari memijit kepalanya yang terasa seperti hendak pecah. Dadanya terasa semakin sulit untuk bernafas, ingin rasanya dia berteriak sekencang - kencangnya agar meringankan beban di hatinya. Matanya kembali menatap wanita cantik yang terbaring lemah tak berdaya, dengan luka sayatan di tubuh. Dia meremas rambutnya dan mengepalkan tinju. Lalu kembali lagi duduk di atas kursi santai dengan teknologi memijit tubuh, jika di nyalakan tombol pengaturannya, begitulah service yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap seorang Verrel. Calon investor rumah sakit khusus jantung di Singapura. Verrel kembali menggenggam erat jemari lentik janda muda yang telah menikmati manisnya madu asmara. “ Ku Mohon TUHAN! Jika KAU memang benar - benar ada, tunjukkan padaku
Lamunan Aaron terhenti, di kejutkan oleh suara ketukan pintu di depan kantornya, setelah dia lihat ternyata kepala HRD, dia menghela nafas panjang. Note Penulis ( HRD adalah sebuah divisi yang menjalankan strategi sumber daya manusia atau ketenagakerjaan, ( HR planning ) yang meliputi budgeting, penilian SDM, seleksi perekrutan, penerimaan dan pemberhentian karyawan, pengenbangan karier, penggelolaan organisasi, performance management, pensiun, industrial relationship, training dan pengembangan sistem ) Aaron mempersilahkan masuk dan memperbaiki posisi duduknya sembari memandang laptop yang tidak menyala dengan wajah serius. Karena kehadiran sang kepala HRD memang atas panggilannya, selain menanyakan perihal paspror dan visa Vania, ia juga hendak melampiaskan sebagian kekesalannya kepada kepala HRD yang dianggap lalai karena tidak mendata alamat karyawan dengan detail. Aaron menumpahkan k
“ Keluar ruangan saya sekarang juga.! Pusing saya melihat kalian.!!” ucapnya sembari berjalan menuju kursinya. Empat orang pria itu meninggalkan Dendi dan melanjutkan aktivitasnya masing - masing. Lalu teringat kata kata sang Perawat tadi yang mengatakan Vania di Jemput Suami nya, Apakah mungkin Vania sudah menikah paska kepergian Vania dari rumahnya? Tapi rasanya tidak mungkin Vania menikah begitu saja, bukankah wanita itu juga menyukainya? Mustahil bukan menimah, ataukah Vania di jodohkan karena terlilit hutang? Lalu 5 miliar itu? tapi mengapa registrasi rumah sakit itu menepis segalanya. Pikirannya berkecamuk, lalu ia menghubungi Jessica, sahabat Vania Setelah berkali - kali, akhirnya wanita itu menjawab panggilannya, lalu Dendi menanyakan mengenai Vania. Tentu saja Jessica hanya menjawab dengan tawa mengenai kabar yang di dapat. Tapi dia memilih tak
Verrel menatap wajah Vania yang tertidur Pulas, lalu dia mengecup bibir mungil itu dengan lembut, sembari berbisik. " Lekaslah pulih sayang dan kita akan segera kembali ke Indonesia, Aku sudah tidak sabar ingin menghajar dengan tangan ku sendiri orang yang telah berani mencelakaimu, hingga membuatmu menderita dan penuh luka seperti ini, aku akan meninggalkan segala keburukan yang telah aku perbuat dahulu, tapi jika ada yang menyakitimu aku harus membalasnya.! atas dasar apa mereka berani menyakitimu? Kau bukan seorang mafia sepertiku? Atau pejebat politik apalagi seorang pebisnis, kau hanyalah wanita biasa yang hidup sederhana dengan bekerja keras mencari semua dengan halal untuk menghidupi anak dan orang tuamu, bagaimana mungkin mereka tidak memiliki hati sama sekali hingga tega membuatmu seperti ini. Bagaimana mungkin aku bisa diam tanpa memberikan efek jera pada orang itu? aku harus melakukannya. Agar semua orang di dunia tahu, bahwa setiap perbuatan
Penandatanganan investasi pembangunan rumah sakit telah selesai dan akan di lanjutkan untuk mengadakan rapat keesokan harinya guna kepastian dimulainya pembangunan pengembangan rumah sakit tersebut. Verrel memilih untuk meminta Arjun, mengurus segala urusan bisnis, karena saat ini dirinya ingin fokus dalam mengurus kesembuhan Vania, yang memang menjadi prioritas utamanya. Tak ingin berlama-lama, dan membuang waktu sia-sia, akhirnya Verrel memasuki ruangan ICU dimana Vania berada. Verrel duduk dan tam hentinya membelai rambut Vania, hingga ia tertidur pulas bersandar di kursi tunggu penjaga pasien. ~||~ Sementara di negara tetangga yaitu Indonesia, Aaron yang malam itu masih berada di kantornya menyiapkan beberapa dokumen untuk keberangkatannya esok hari. Hatinya gelisah karena hingga saat ini masih b
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses