Keanehan sikap Vania membuatnya mengerutkan dahi, lalu ia bangkit dari duduknya dengan membawa secangkir kopi dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lagi memegangi ponselnya, menunggu pesan singkat yang biasa ia terima dari janda muda yang telah mencuri sebagian hatinya dan mengisi ruang hampa yang selama ini tak terjamah orang lain. Kerinduan menyelimuti hatinya. Membuatnya menghela nafas panjang, ingin rasanya ia selalu berada di dekat sang janda, tapi apalah daya pekerjaannya saat ini sedang membutuhkan kehadirannya dan dirinya tak dapat menghindari.
Dahi Verrel berkerut ketika mendapati ponsel Vania masih mati. Ia berfikir apakah Vania tertidur karena lelah setelah meeting perusahaan yang di lakukan di puncak? Bisa jadi ia mengambil cuti untuk beristirahat. Verrel merasa santai karena ia berfikir anak buahnya stanby disana dalam mengawasi Vania dan belum ada tanda - tanda anak buahnya melaporkan sesuatu mengenai VaniLalu ia meminta seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Vania dan meminta dengan keras via telpon, hingga suaranya mengisi seluruh ruangan. " Kalian cari Vania bagaimana pun caranya harus kalian temukan walau ke ujung dunia sekalipun..! Atau nyawa kalian menjadi taruhannya jika terjadi sesuatu dengannya..! Bukan cuma nyawa kalian yang akan menjadi bayarannya keluarga kalian, hingga 7 turunan akan merasakan hal yang sama. Camkan itu..Bangsaatt.!! Segera cari kabarnya bagaimana kondisinya, apakah dia baik - baik saja..!! Kalau tidak juga kalian dapatkan dalam 2 x 24 jam kalian rasakan sendiri akibatnya..!!” Gertaknya dengan suara bergetar dan gigi gemeretak menahan kemarahan, kaca cermin di hadapannya telah menjadi sasaran kemarahannya, hingga tangannya mengalir darah segar. Kekawatiran terlihat jelas dari raut wajahnya, kawatir terjadi sesuatu terhadap Vania yang di sebabkan ol
Tak terasa, air mata mengalir membentuk anak sungai membasahi wajah tampannya, menatap rekaman cctv dimana di dalamnya terlihat Vania dalam keadaan terkapar bersimbah darah. Jantungnya seolah hendak meledak menahan semua gejolak amarah yang terpendam. Dengan tangan terkepal dan gigi gemeretak, kilatan mata amarahnya seolah hendak menyambar siapa saja yang melintas di hadapannya. Gemuruh hati menahan kemarahan yang terpendam kini memuncak hingga ke ubun - ubun dan menantikan sasaran pelampiasan. Dengan gemetar tangannya membuka file demi file baik itu berupa gambar maupun rincian video dari awal. Verrel meninju jok mobil di hadapannya hingga sang sopir yang berbadan kekar itu sedikit terkejut tapi kemudian segera memperbaiki ekspresinya karena takut akan teguran sang boss yang terkenal sangar tanpa ampun jika sedang marah. Verrel memint
Hingga akhirnya ia melangkah memasuki ruang ICU dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari keberadaan kekasih hatinya. Jantungnya semakin berdegub kencang, hingga sebuah sentuhan tangan memandunya untuk berjalan menuju bed milik Vania terbaring. Verrel memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya ia membuka mata dan tak kuasa menahan air mata yang terus memaksa menembus bendungan raksasa miliknya, dan kini air mata itu mengalir membasahi pipi. Ini merupakan fenomena pertama kali Verrel menangis di depan umum. Menangisi wanita yang telah membuatnya menjadi sosok yang baru dan lebih baik. Lalu Verrel menggenggam tangan Vania yang masih terpasang infus di pergelangannya. Ia lalu berdiri mengusap rambut Vania dan berbisik " Bertahanlah sayang, karena sebentar lagi kau tak akan tersiksa
Ia berbisik dalam hati sembari memejamkan mata merahnya. “ Tuhan..jika KAU mau, kau boleh ambil semua hartaku, tapi jangan dengan wanitaku, berkat dirinya aku menjadi pria yang lebih baik dan meninggalkan sebagian kejahatanku. Berkatnya aku merasakan bagainya indahnya mencintai, bantu aku kali ini TUHAN..” Doanya terhenti ketika team medis membuka pintu ruang ICU, dan memanggil namanya. Ia menoleh, lalu mengelap matanya dan membersihkan hidungnya. Matanya penuh harap menatap dokter yang memintanya masuk dan membawanya ke bed pasien dimana Vania berada. Hatinya bak teriris sembilu manakala menatap wanita yang di cintai kesulitan untuk bernafas, dengan mata tertutup rapat. Bahunya kembali berguncang karena tangisnya, ketika ia menggenggam tangan Vania, hingga sebuah tangan menepuk pundaknya seolah menguatkan
Verrel berdiri, dan berjalan mondar - mandir sejenak di sekitar bed tempat Vania terbaring lemah, sembari memijit kepalanya yang terasa seperti hendak pecah. Dadanya terasa semakin sulit untuk bernafas, ingin rasanya dia berteriak sekencang - kencangnya agar meringankan beban di hatinya. Matanya kembali menatap wanita cantik yang terbaring lemah tak berdaya, dengan luka sayatan di tubuh. Dia meremas rambutnya dan mengepalkan tinju. Lalu kembali lagi duduk di atas kursi santai dengan teknologi memijit tubuh, jika di nyalakan tombol pengaturannya, begitulah service yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap seorang Verrel. Calon investor rumah sakit khusus jantung di Singapura. Verrel kembali menggenggam erat jemari lentik janda muda yang telah menikmati manisnya madu asmara. “ Ku Mohon TUHAN! Jika KAU memang benar - benar ada, tunjukkan padaku
Lamunan Aaron terhenti, di kejutkan oleh suara ketukan pintu di depan kantornya, setelah dia lihat ternyata kepala HRD, dia menghela nafas panjang. Note Penulis ( HRD adalah sebuah divisi yang menjalankan strategi sumber daya manusia atau ketenagakerjaan, ( HR planning ) yang meliputi budgeting, penilian SDM, seleksi perekrutan, penerimaan dan pemberhentian karyawan, pengenbangan karier, penggelolaan organisasi, performance management, pensiun, industrial relationship, training dan pengembangan sistem ) Aaron mempersilahkan masuk dan memperbaiki posisi duduknya sembari memandang laptop yang tidak menyala dengan wajah serius. Karena kehadiran sang kepala HRD memang atas panggilannya, selain menanyakan perihal paspror dan visa Vania, ia juga hendak melampiaskan sebagian kekesalannya kepada kepala HRD yang dianggap lalai karena tidak mendata alamat karyawan dengan detail. Aaron menumpahkan k
“ Keluar ruangan saya sekarang juga.! Pusing saya melihat kalian.!!” ucapnya sembari berjalan menuju kursinya. Empat orang pria itu meninggalkan Dendi dan melanjutkan aktivitasnya masing - masing. Lalu teringat kata kata sang Perawat tadi yang mengatakan Vania di Jemput Suami nya, Apakah mungkin Vania sudah menikah paska kepergian Vania dari rumahnya? Tapi rasanya tidak mungkin Vania menikah begitu saja, bukankah wanita itu juga menyukainya? Mustahil bukan menimah, ataukah Vania di jodohkan karena terlilit hutang? Lalu 5 miliar itu? tapi mengapa registrasi rumah sakit itu menepis segalanya. Pikirannya berkecamuk, lalu ia menghubungi Jessica, sahabat Vania Setelah berkali - kali, akhirnya wanita itu menjawab panggilannya, lalu Dendi menanyakan mengenai Vania. Tentu saja Jessica hanya menjawab dengan tawa mengenai kabar yang di dapat. Tapi dia memilih tak
Verrel menatap wajah Vania yang tertidur Pulas, lalu dia mengecup bibir mungil itu dengan lembut, sembari berbisik. " Lekaslah pulih sayang dan kita akan segera kembali ke Indonesia, Aku sudah tidak sabar ingin menghajar dengan tangan ku sendiri orang yang telah berani mencelakaimu, hingga membuatmu menderita dan penuh luka seperti ini, aku akan meninggalkan segala keburukan yang telah aku perbuat dahulu, tapi jika ada yang menyakitimu aku harus membalasnya.! atas dasar apa mereka berani menyakitimu? Kau bukan seorang mafia sepertiku? Atau pejebat politik apalagi seorang pebisnis, kau hanyalah wanita biasa yang hidup sederhana dengan bekerja keras mencari semua dengan halal untuk menghidupi anak dan orang tuamu, bagaimana mungkin mereka tidak memiliki hati sama sekali hingga tega membuatmu seperti ini. Bagaimana mungkin aku bisa diam tanpa memberikan efek jera pada orang itu? aku harus melakukannya. Agar semua orang di dunia tahu, bahwa setiap perbuatan