Hingga akhirnya ia melangkah memasuki ruang ICU dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari keberadaan kekasih hatinya.
Jantungnya semakin berdegub kencang, hingga sebuah sentuhan tangan memandunya untuk berjalan menuju bed milik Vania terbaring. Verrel memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya ia membuka mata dan tak kuasa menahan air mata yang terus memaksa menembus bendungan raksasa miliknya, dan kini air mata itu mengalir membasahi pipi. Ini merupakan fenomena pertama kali Verrel menangis di depan umum. Menangisi wanita yang telah membuatnya menjadi sosok yang baru dan lebih baik. Lalu Verrel menggenggam tangan Vania yang masih terpasang infus di pergelangannya. Ia lalu berdiri mengusap rambut Vania dan berbisik " Bertahanlah sayang, karena sebentar lagi kau tak akan tersiksaIa berbisik dalam hati sembari memejamkan mata merahnya. “ Tuhan..jika KAU mau, kau boleh ambil semua hartaku, tapi jangan dengan wanitaku, berkat dirinya aku menjadi pria yang lebih baik dan meninggalkan sebagian kejahatanku. Berkatnya aku merasakan bagainya indahnya mencintai, bantu aku kali ini TUHAN..” Doanya terhenti ketika team medis membuka pintu ruang ICU, dan memanggil namanya. Ia menoleh, lalu mengelap matanya dan membersihkan hidungnya. Matanya penuh harap menatap dokter yang memintanya masuk dan membawanya ke bed pasien dimana Vania berada. Hatinya bak teriris sembilu manakala menatap wanita yang di cintai kesulitan untuk bernafas, dengan mata tertutup rapat. Bahunya kembali berguncang karena tangisnya, ketika ia menggenggam tangan Vania, hingga sebuah tangan menepuk pundaknya seolah menguatkan
Verrel berdiri, dan berjalan mondar - mandir sejenak di sekitar bed tempat Vania terbaring lemah, sembari memijit kepalanya yang terasa seperti hendak pecah. Dadanya terasa semakin sulit untuk bernafas, ingin rasanya dia berteriak sekencang - kencangnya agar meringankan beban di hatinya. Matanya kembali menatap wanita cantik yang terbaring lemah tak berdaya, dengan luka sayatan di tubuh. Dia meremas rambutnya dan mengepalkan tinju. Lalu kembali lagi duduk di atas kursi santai dengan teknologi memijit tubuh, jika di nyalakan tombol pengaturannya, begitulah service yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap seorang Verrel. Calon investor rumah sakit khusus jantung di Singapura. Verrel kembali menggenggam erat jemari lentik janda muda yang telah menikmati manisnya madu asmara. “ Ku Mohon TUHAN! Jika KAU memang benar - benar ada, tunjukkan padaku
Lamunan Aaron terhenti, di kejutkan oleh suara ketukan pintu di depan kantornya, setelah dia lihat ternyata kepala HRD, dia menghela nafas panjang. Note Penulis ( HRD adalah sebuah divisi yang menjalankan strategi sumber daya manusia atau ketenagakerjaan, ( HR planning ) yang meliputi budgeting, penilian SDM, seleksi perekrutan, penerimaan dan pemberhentian karyawan, pengenbangan karier, penggelolaan organisasi, performance management, pensiun, industrial relationship, training dan pengembangan sistem ) Aaron mempersilahkan masuk dan memperbaiki posisi duduknya sembari memandang laptop yang tidak menyala dengan wajah serius. Karena kehadiran sang kepala HRD memang atas panggilannya, selain menanyakan perihal paspror dan visa Vania, ia juga hendak melampiaskan sebagian kekesalannya kepada kepala HRD yang dianggap lalai karena tidak mendata alamat karyawan dengan detail. Aaron menumpahkan k
“ Keluar ruangan saya sekarang juga.! Pusing saya melihat kalian.!!” ucapnya sembari berjalan menuju kursinya. Empat orang pria itu meninggalkan Dendi dan melanjutkan aktivitasnya masing - masing. Lalu teringat kata kata sang Perawat tadi yang mengatakan Vania di Jemput Suami nya, Apakah mungkin Vania sudah menikah paska kepergian Vania dari rumahnya? Tapi rasanya tidak mungkin Vania menikah begitu saja, bukankah wanita itu juga menyukainya? Mustahil bukan menimah, ataukah Vania di jodohkan karena terlilit hutang? Lalu 5 miliar itu? tapi mengapa registrasi rumah sakit itu menepis segalanya. Pikirannya berkecamuk, lalu ia menghubungi Jessica, sahabat Vania Setelah berkali - kali, akhirnya wanita itu menjawab panggilannya, lalu Dendi menanyakan mengenai Vania. Tentu saja Jessica hanya menjawab dengan tawa mengenai kabar yang di dapat. Tapi dia memilih tak
Verrel menatap wajah Vania yang tertidur Pulas, lalu dia mengecup bibir mungil itu dengan lembut, sembari berbisik. " Lekaslah pulih sayang dan kita akan segera kembali ke Indonesia, Aku sudah tidak sabar ingin menghajar dengan tangan ku sendiri orang yang telah berani mencelakaimu, hingga membuatmu menderita dan penuh luka seperti ini, aku akan meninggalkan segala keburukan yang telah aku perbuat dahulu, tapi jika ada yang menyakitimu aku harus membalasnya.! atas dasar apa mereka berani menyakitimu? Kau bukan seorang mafia sepertiku? Atau pejebat politik apalagi seorang pebisnis, kau hanyalah wanita biasa yang hidup sederhana dengan bekerja keras mencari semua dengan halal untuk menghidupi anak dan orang tuamu, bagaimana mungkin mereka tidak memiliki hati sama sekali hingga tega membuatmu seperti ini. Bagaimana mungkin aku bisa diam tanpa memberikan efek jera pada orang itu? aku harus melakukannya. Agar semua orang di dunia tahu, bahwa setiap perbuatan
Penandatanganan investasi pembangunan rumah sakit telah selesai dan akan di lanjutkan untuk mengadakan rapat keesokan harinya guna kepastian dimulainya pembangunan pengembangan rumah sakit tersebut. Verrel memilih untuk meminta Arjun, mengurus segala urusan bisnis, karena saat ini dirinya ingin fokus dalam mengurus kesembuhan Vania, yang memang menjadi prioritas utamanya. Tak ingin berlama-lama, dan membuang waktu sia-sia, akhirnya Verrel memasuki ruangan ICU dimana Vania berada. Verrel duduk dan tam hentinya membelai rambut Vania, hingga ia tertidur pulas bersandar di kursi tunggu penjaga pasien. ~||~ Sementara di negara tetangga yaitu Indonesia, Aaron yang malam itu masih berada di kantornya menyiapkan beberapa dokumen untuk keberangkatannya esok hari. Hatinya gelisah karena hingga saat ini masih b
~||~ Satu bulan kemudian setelah Vania benar benar pulih dari perawatan, dan mereka kembali ke Indonesia dengan menggunakan jet pribadi milik Verrel. Walau Vania telah dinyatakan pulih oleh dokter tapi tetap saja kepulangan mereka ke Indonesia di dampingi beberapa dokter pribadi yang Verrel pekerjakan untuk mengurusi aktivitas bisnisnya. Verrel khawatir di tengah perjalanan terjadi sesuatu terhadap Vania sehingga kesulitan mendapat pertolongan medis, sementara dirinya tidak mengetahui tentang medis dan bagaimana proses pertolongan pertamanya. Sesampainya di Indonesia Vania tak sabar ingin kembali ke Apartemennya dan segera bertemu anaknya yang saat ini tengah dalam penjemputan anak buah Verrel, dengan senyum yang terus mengembang di pipi Verrel mendampingi Vania. Verrel membukakan pintu mobil untuk Vania, kemudian menutupny
Verrel tersenyum menggoda, hatinya senang manakala dia berfikir mengenai kemungkinan Vania telah membuka sedikit hati untuknya. "Pacar? Kenapa harus pacaran segala sayang.." Goda Verrel. “ Ohh ya lupa, kamu kan bebas ya deket ama siapa aja.! Gak perlu harus komitmen.!” Ketus Vania memalingkan wajahnya cepat sembari melipat tangan di dada. “ Hei… ayolah sayang…” Ujar Verrel menggoyangkan tubuhnya menyenggol Vania. “ Ya kan emang bener, kamu tuh barusan bilang kenapa harus pacaran segala..” Jawab Vania dengan wajah masih merengut. “ Hmm, maksud aku, aku tidak butuh pacaran lagi sayang… bukan gak niat komitmen…” Ucap Verrel sembari mencoba menggenggam tangan Vania, tapi siapa sangka Vania mengibaskan tangannya. “ Ngeles aja pint