~||~
Satu bulan kemudian setelah Vania benar benar pulih dari perawatan, dan mereka kembali ke Indonesia dengan menggunakan jet pribadi milik Verrel. Walau Vania telah dinyatakan pulih oleh dokter tapi tetap saja kepulangan mereka ke Indonesia di dampingi beberapa dokter pribadi yang Verrel pekerjakan untuk mengurusi aktivitas bisnisnya. Verrel khawatir di tengah perjalanan terjadi sesuatu terhadap Vania sehingga kesulitan mendapat pertolongan medis, sementara dirinya tidak mengetahui tentang medis dan bagaimana proses pertolongan pertamanya. Sesampainya di Indonesia Vania tak sabar ingin kembali ke Apartemennya dan segera bertemu anaknya yang saat ini tengah dalam penjemputan anak buah Verrel, dengan senyum yang terus mengembang di pipi Verrel mendampingi Vania. Verrel membukakan pintu mobil untuk Vania, kemudian menutupnyVerrel tersenyum menggoda, hatinya senang manakala dia berfikir mengenai kemungkinan Vania telah membuka sedikit hati untuknya. "Pacar? Kenapa harus pacaran segala sayang.." Goda Verrel. “ Ohh ya lupa, kamu kan bebas ya deket ama siapa aja.! Gak perlu harus komitmen.!” Ketus Vania memalingkan wajahnya cepat sembari melipat tangan di dada. “ Hei… ayolah sayang…” Ujar Verrel menggoyangkan tubuhnya menyenggol Vania. “ Ya kan emang bener, kamu tuh barusan bilang kenapa harus pacaran segala..” Jawab Vania dengan wajah masih merengut. “ Hmm, maksud aku, aku tidak butuh pacaran lagi sayang… bukan gak niat komitmen…” Ucap Verrel sembari mencoba menggenggam tangan Vania, tapi siapa sangka Vania mengibaskan tangannya. “ Ngeles aja pint
Verrel menatap Vania yang masih dengan posisi terlentang. Lapar kamu sayang? “ Ujar Verrel sembari duduk di sisi ranjang. " Aku belum laper, aku pengen kamu disini deket aku, jangan jauh-jauh… " Rengek Vania manja dengan tatapan memohon. Verrel mengerutkan dahi, lalu kemudian dirinya menaiki ranjang dimana Vania tengah merebahkan tubuhnya. " Aku tidak akan jauh lagi darimu sayang, aku akan selalu menemanimu, kemanapun aku pergi, kau akan turut bersama…” Bisik Verrel yang kini tengah membelai rambut Vania dan mengecup kening wanita yang amat di cintainya itu. " Bohong kamu! buktinya tadi mo pergi nemenin Sarah pacarmu itu, jelas terdengar di telingaku dia merengek minta kamu temenin, artis kah dia?" Tanya Vania seraya memiringkan badannya dengan wajah kesal.
" Hmmm, terserah kamu sayang, kamu boleh pilih dimanapun dan sesuai keinginanmu tinggal, kamu tunjuk saja sayang, sisanta serahkan padaku…” Verrel menjelaskannya dengan sabar terhadap Vania. Verrel beranjak turun dari ranjang setelah terdengar suara bell bunyi dari balik pintu. “ Mau kemana kamu? Jangan-jangan itu wanitamu, semangat banget kamu ngebukanya?” Tanya Vania di iringi anggukan Verrel hingga membuat bola mata Vania membelalak lebar seperti hendak keluar. “ Dia adalah wanita selain kamu yang aku cintai sayang, jadi bersabarlah menunggu disini sejenak…” Jawab Verrel santai sembari bergegas menuju pintu. Verrel mengetahui siapa orang yang berada di balik pintu itu, pasti putri kecil Vania yang telah sampai. Dan benar saja, begitu Verrel membuka pintu ternyata Issabella yang langs
Kemudian Verrel menghempas tubuh Della dengan satu tangan, hingga mengenai tiang besi penjara bawah tanah itu. Dia meringis menahan sakit, dan memohon ampun pada Verrel. “ Ampuni aku Tuan, aku..” Mendengar ucapan Della membuat Verrel yang berniat meninggalkan tempat itu, terhenti seketika. Amarahnya kembali memuncak mendengar wanita yang menjadi otak kecelakaan memohon ampun, sekelebat terlintas bayangan Vania dalam keadaan sekarat dengan besi menancap dada, lalu Verrel memutar tubuhnya dan berjalan dengan cepat mendekati Della, lalu dengan gigi beradu dan wajah memerah, tangannya mengayunkan tangannya, hingga mengenai dada Della. Hingga membuat Della melengking karena kesakitan. Verrel melakukan itu agar Della merasakan bagaiamana yang Vania rasakan. Verrel sengaja hanya sedikit melukai Della, untuk membuat luka agar mengingatkan wanita itu, bah
" Verrell! bau apa ini, mau muntah aku“ Teriak Vania sembari beranjak bangun dengan perlahan. Teriakan Vania sontak membangunkan Issabella dan Carroline yang tengah tertidur pulas kelelahan. Hoooeeekkkk..Hoeekkkkk...!” Carroline berdiri dan mendekati kearah Issabella lalu menggendong Issabella yang terlihat ketakutan melihat ibunya berteriak. Verrel yang mendapat teriakan itu menjadi kebingungan dan berlari kearah Vania. " Aku memasaknya untukmu sayang…ini menu khas Italia, sangat nikmat, kau akan ketagihan jika mencobanya sayang…” Ucap Verrel dengan sabar menghadapi Vania. " Nikmat apanya, makanan bau bangkai gitu, aku gak mau makan…, atau kamu sengaja ya biar aku gak makan, trus aku mati dan kamu bisa sama Sarah kan?! &ldquo
" Mana aku tau dimana yang jual, memangnya aku yang jualan! bilang aja kamu ga mau beliin kan?! pura-pura ga tau kamu rel…” Ujar Vania diakhiri dengan isak tangis, membuat Verrel semakin kebingungan karena emosi Vania yang tiba-tiba naik turun, tidak stabil. Verrel kembali menghela nafas sembari mengelus dada. " Iya sayang…iyaaa…, kita cari mangga itu sampe ketemu, ke ujung dunia sekalipun pasti aku akan mencarinya untukmu, kalau tak juga ada, aku akan menghukum pohon mangga mengapa dia tidak menyisakan yang muda untukmu…” Jawab Verrel di akhiri dengan canda berharap Vania mencair dan tak lagi menangis. Vania hanya tersenyum senang mendapat perlakuan manja dari Verrel " Asyik! aku udah gak sabar pengen makan mangga itu, pake bumbu rujak pedeess! “ Ujar Vania melonjak kegirangan seperti anak kecil yang di janjikan
Dia berfikir keras apa yang terjadi sebenarnya dengan wanitanya, Akankah itu akibat pengaruh dari obat yang mungkin terlalu tinggi dosisnya. Ataukah Efek dari kecelakaan karena kepala Vania sempat terbentur dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah ke otak sehingga Vania seperti ini. Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti berkecamuk di pikiran Verrel. Sayangnya Verrel bukanlah orang sesabar itu untuk menerka-nerka dengan jawaban yang tidak pasti. Dirinya langsung menghubungi Koleganya yang berada di Singapura. Verrel berdiskusi adanya perubahan di emosi Vania setelah kepulangannya, Verrel dengan detail menjawab semua pertanyaan yang di berikan oleh sang dokter. Setelah obrolan panjang bersama sang kolega, Verrel justru di buat semakin terheran manakala sang kolega tidak ka
Direktur rumah sakit tersebut mengangguk, memahami maksud Verrel. Setelah bersalaman dan saling bertukar janji, mereka akhirnya berpisah. Begitulah para pengusaha ketika bertemu, setiap pertemuan dan kesempatan berbicara adalah bisnis. Mereka tentu saja menginginkan Verrel menjadi investor bagi rumah sakit mereka. Verrel tersenyum lalu memasuki ruangan dokter Obgyn terbaik yang di miliki rumah sakit ini. Verrel meminta asisten pribadinya menunggu di luar ruangan, karena dirinta merasa baik-baik saja, selain itu, ini adalah mengenai privasi Vania. Arjun patuh pada perintah, sehingga dirinya menunggu di luar bersama dengan para pasien lain. Tentu saja kehadiran Arjun dan teamnya mendapat tatapan tidak senang dari para ibu-ibu yang telah lama mengantre disana. Para Ibu Hamil dan pasangannya saling berbisik membicarakan siapa sebenarnya y
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses