" Hmmm, terserah kamu sayang, kamu boleh pilih dimanapun dan sesuai keinginanmu tinggal, kamu tunjuk saja sayang, sisanta serahkan padaku…” Verrel menjelaskannya dengan sabar terhadap Vania.
Verrel beranjak turun dari ranjang setelah terdengar suara bell bunyi dari balik pintu. “ Mau kemana kamu? Jangan-jangan itu wanitamu, semangat banget kamu ngebukanya?” Tanya Vania di iringi anggukan Verrel hingga membuat bola mata Vania membelalak lebar seperti hendak keluar. “ Dia adalah wanita selain kamu yang aku cintai sayang, jadi bersabarlah menunggu disini sejenak…” Jawab Verrel santai sembari bergegas menuju pintu. Verrel mengetahui siapa orang yang berada di balik pintu itu, pasti putri kecil Vania yang telah sampai. Dan benar saja, begitu Verrel membuka pintu ternyata Issabella yang langsKemudian Verrel menghempas tubuh Della dengan satu tangan, hingga mengenai tiang besi penjara bawah tanah itu. Dia meringis menahan sakit, dan memohon ampun pada Verrel. “ Ampuni aku Tuan, aku..” Mendengar ucapan Della membuat Verrel yang berniat meninggalkan tempat itu, terhenti seketika. Amarahnya kembali memuncak mendengar wanita yang menjadi otak kecelakaan memohon ampun, sekelebat terlintas bayangan Vania dalam keadaan sekarat dengan besi menancap dada, lalu Verrel memutar tubuhnya dan berjalan dengan cepat mendekati Della, lalu dengan gigi beradu dan wajah memerah, tangannya mengayunkan tangannya, hingga mengenai dada Della. Hingga membuat Della melengking karena kesakitan. Verrel melakukan itu agar Della merasakan bagaiamana yang Vania rasakan. Verrel sengaja hanya sedikit melukai Della, untuk membuat luka agar mengingatkan wanita itu, bah
" Verrell! bau apa ini, mau muntah aku“ Teriak Vania sembari beranjak bangun dengan perlahan. Teriakan Vania sontak membangunkan Issabella dan Carroline yang tengah tertidur pulas kelelahan. Hoooeeekkkk..Hoeekkkkk...!” Carroline berdiri dan mendekati kearah Issabella lalu menggendong Issabella yang terlihat ketakutan melihat ibunya berteriak. Verrel yang mendapat teriakan itu menjadi kebingungan dan berlari kearah Vania. " Aku memasaknya untukmu sayang…ini menu khas Italia, sangat nikmat, kau akan ketagihan jika mencobanya sayang…” Ucap Verrel dengan sabar menghadapi Vania. " Nikmat apanya, makanan bau bangkai gitu, aku gak mau makan…, atau kamu sengaja ya biar aku gak makan, trus aku mati dan kamu bisa sama Sarah kan?! &ldquo
" Mana aku tau dimana yang jual, memangnya aku yang jualan! bilang aja kamu ga mau beliin kan?! pura-pura ga tau kamu rel…” Ujar Vania diakhiri dengan isak tangis, membuat Verrel semakin kebingungan karena emosi Vania yang tiba-tiba naik turun, tidak stabil. Verrel kembali menghela nafas sembari mengelus dada. " Iya sayang…iyaaa…, kita cari mangga itu sampe ketemu, ke ujung dunia sekalipun pasti aku akan mencarinya untukmu, kalau tak juga ada, aku akan menghukum pohon mangga mengapa dia tidak menyisakan yang muda untukmu…” Jawab Verrel di akhiri dengan canda berharap Vania mencair dan tak lagi menangis. Vania hanya tersenyum senang mendapat perlakuan manja dari Verrel " Asyik! aku udah gak sabar pengen makan mangga itu, pake bumbu rujak pedeess! “ Ujar Vania melonjak kegirangan seperti anak kecil yang di janjikan
Dia berfikir keras apa yang terjadi sebenarnya dengan wanitanya, Akankah itu akibat pengaruh dari obat yang mungkin terlalu tinggi dosisnya. Ataukah Efek dari kecelakaan karena kepala Vania sempat terbentur dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah ke otak sehingga Vania seperti ini. Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti berkecamuk di pikiran Verrel. Sayangnya Verrel bukanlah orang sesabar itu untuk menerka-nerka dengan jawaban yang tidak pasti. Dirinya langsung menghubungi Koleganya yang berada di Singapura. Verrel berdiskusi adanya perubahan di emosi Vania setelah kepulangannya, Verrel dengan detail menjawab semua pertanyaan yang di berikan oleh sang dokter. Setelah obrolan panjang bersama sang kolega, Verrel justru di buat semakin terheran manakala sang kolega tidak ka
Direktur rumah sakit tersebut mengangguk, memahami maksud Verrel. Setelah bersalaman dan saling bertukar janji, mereka akhirnya berpisah. Begitulah para pengusaha ketika bertemu, setiap pertemuan dan kesempatan berbicara adalah bisnis. Mereka tentu saja menginginkan Verrel menjadi investor bagi rumah sakit mereka. Verrel tersenyum lalu memasuki ruangan dokter Obgyn terbaik yang di miliki rumah sakit ini. Verrel meminta asisten pribadinya menunggu di luar ruangan, karena dirinta merasa baik-baik saja, selain itu, ini adalah mengenai privasi Vania. Arjun patuh pada perintah, sehingga dirinya menunggu di luar bersama dengan para pasien lain. Tentu saja kehadiran Arjun dan teamnya mendapat tatapan tidak senang dari para ibu-ibu yang telah lama mengantre disana. Para Ibu Hamil dan pasangannya saling berbisik membicarakan siapa sebenarnya y
Sepeninggal Vania dan Verrel dokter cantik itu memutuskan untuk menunda pasien Selanjutnya dan meminta kepada pihak management Rumah Sakit untuk Istirahat hari itu. Dia beralasan mengalami pusing dan kurang enak badan sehingga takut merugikan pasien. Dan pihak rumah sakit memberikan izin istirahat demi menjaga kualitas pelayanan. Sementara itu para pasien yang sedang antri di berikan alternatif untuk ke dokter obgyn lain, yang praktek pada hari itu atau jika harus dengan dokter Monica maka di harus kan datang kembali esok hari. Karena sang Dokter sedang tidak sehat dan di kawatirkan apabila di paksakan berobat akan membahayakan pasien yang memang sangat beresiko untuk ibu Hamil. Begitulah kira-kira penjelasan dari pihak Rumah Sakit untuk mene
" Iya sayang…, mulai sekarang, kau ikut kamanapun aku pergi, ayo kita bersiap, semua orang telah bersiap menyambut kita…” Bisik Verrel, kemudian mengecek iPadnya dan menatap layar yang ada di iPad. Terlihat disana sebuah rumah dengan aktivitas orang di dalamnya, tengah sibuk mempersiapkan semua sesuai permintaan nya. Verrel tersenyum melihat semua orang tengah sibuk menyambut kedatangan dirinya dan Vania sore ini. Rumah dengan kamar mereka terhubung dengan kolam renang yang hanya bisa di akses di lantai itu, dan disana terdapat yaman anggrek dengan semua jenis anggrek. Rumah itu sebenarnya di persiapkan Verrel jauh sebelum kecelakaan, sebagai rumah yang akan mereka tempati setelah menikah nanti, tapi nyatanya Tuhan memberikan scenario berbeda, dan kini terpaksa harus mereka tempati karena Verrel tidak
“ Sebaiknya kita makan siang dulu, setelah itu istirahat, karena aku lelah dan ingin tidur sejenak, nanti malam kita bahas lagi sayang, kamu bisa mewujudkannya…” Bisik Verrel yang telah mengangkat tubuh Vania menuju bathroom mewah berdinding kaca dengan ornamen-ornamen unik di dalamnya. Akh, seperti bukan kamar mandi, pikir Vania. Setelah mereka mandi dan menikmati santap siang yang langsung di antar ke meja makan yang tersedia disana, mereka kembali beranjak keatas tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuh. Tubuh lelah dan lega keduanya, membawa mereka tertidur hingga menjelang magrib, dan Vania terbangun setelah mendengar ponsel Verrel berdering. Verrel memilih mengabaikan ponselnya, dan mandi bersama wanita yang di cintainya. Mereka menikmati makan malam berdua di sebuah meja di tengah taman anggrek dibawah